Jepang Bersama AS Siap Bela Taiwan jika Diserbu China
Beijing tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk memaksa Taiwan bersatu lagi dengan China daratan. Jepang menyatakan siap bersama AS membela Taiwan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Wakil Perdana Menteri Jepang Taro Aso mengatakan, Jepang dan Amerika Serikat siap membela Taiwan jika China menyerbunya. Beijing, Selasa (6/7/2021), merespons dengan mengatakan bahwa pernyataan Aso merusak landasan politik hubungan China-Jepang dan China tegas menentangnya.
Kantor berita Kyodo, Senin malam, mengutip peryataan Aso bahwa Jepang dan AS akan membela Taiwan jika China menginvasi negara yang dipimpin Presiden Tsai Ing-wen itu.
”Jika masalah besar terjadi di Taiwan, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa itu bisa berhubungan dengan situasi yang mengancam kelangsungan hidup (Jepang),” kata Aso pada acara penggalangan dana oleh mitra anggota parlemen sesama dari Partai Demokrat Liberal.
China tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk memaksa Taiwan bertekuk lutut dan kembali bersatu dengan China daratan. Latihan militer baru-baru ini, baik oleh China maupun oleh Taiwan, di Selat Taiwan telah meningkatkan ketegangan.
Suatu ”situasi yang mengancam kelangsungan hidup” yang dimaksud Aso itu mengacu pada kondisi serangan bersenjata terhadap negara asing yang memiliki hubungan dekat dengan Jepang. Jika situasi itu terjadi, pada gilirannya akan menimbulkan risiko nyata pada kelangsungan hidup Jepang.
Situasi seperti itu merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar Jepang dapat menggunakan haknya untuk membela diri secara kolektif. Jepang juga punya alasan membantu sekutu yang diserang.
”Kami harus berpikir keras bahwa Okinawa bisa menjadi yang berikutnya,” kata Aso, seperti dikutip Kyodo.
Nama Okinawa yang disebut Aso itu tampaknya merujuk pada pertempuran besar yang terjadi pada 1 April hingga 22 Juni 1945. Akibat pertempuran tersebut, ratusan ribu orang meninggal. Pertempuran Okinawa menjadi salah satu serangan amfibi terbesar dalam masa Perang Dunia II.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada konferensi pers reguler, Selasa, mengatakan bahwa pernyataan Aso ”merusak landasan politik hubungan China-Jepang”. China akan "dengan tegas menentangnya”.
”Tidak ada yang boleh meremehkan tekad teguh, kemauan keras, dan kemampuan tangguh rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan nasional,” kata Zhao.
China mengklaim sekelompok pulau yang dikuasai Jepang di Laut China Timur atau Laut Jepang bagian selatan. Pulau kecil tak berpenghuni, yang disebut Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China, berada di lepas Pulau Okinawa di Jepang selatan.
Aso, ditanya tentang sikap Jepang pada masalah lintas selat dalam konferensi pers tersebut, mengatakan, segala kemungkinan atas Taiwan harus diselesaikan melalui dialog. ”Kami memantau situasi dengan cermat,” kata Aso, yang juga menjabat Menteri Keuangan Jepang, kepada jurnalis.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato menolak berkomentar ketika ditanya apakah komentar Aso itu sejalan dengan sikap pemerintah. Dia mengatakan tidak mengetahui komentar Aso secara rinci, tetapi mengulangi kebijakan resmi Jepang tentang masalah tersebut.
”Jepang berharap masalah Taiwan diselesaikan melalui dialog damai secara langsung antara pihak-pihak terkait. Itu adalah sikap konsisten kami,” kata juru bicara Pemerintah Jepang.
China sejak awal memandang Taiwan sebagai provinsi pembangkang, yang sewaktu-waktu dapat direbut kembali, termasuk dengan kekerasan senjata. Saat pidato pada Hari Ulang Tahun Ke-100 Partai Komunis China, 1 Juli, Presiden China Xi Jinping menegaskan komitmen Beijing untuk merebut kembali Taiwan. (REUTERS/AFP)
-------
Pembetulan -- Judul tulisan ini mengalami perubahan dan revisi minor guna memperjelas berita pada hari Selasa, 6 Juli 2021, pukul 21.45 WIB. Terima kasih - Redaksi