Jepang Pertimbangkan Sumbang Vaksin Covid-19 ke Taiwan
Atas nama kemanusiaan dan kesetiakawanan, Jepang berencana membagikan vaksinnya untuk Taiwan. Taiwan kesulitan memperoleh vaksin untuk mengoptimalkan langkah menangani pandemi Covid-19.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
TOKYO, MINGGU — Pemerintah Jepang kemungkinan besar akan menyumbangkan sejumlah vaksin Covid-19 keluaran AstraZeneca kepada Taiwan. Langkah ini dikatakan sebagai salah satu bentuk uluran tangan kemanusiaan untuk memastikan tetangga regionalnya bisa berjuang melawan pandemi Covid-19.
Gagasan itu diumumkan Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi, di Tokyo, Jumat (28/5/2021). Saat diwawancara kantor berita Kyodo News, Motegi lebih lanjut menjelaskan, parlemen Jepang juga tengah mempertimbangkan langkah tersebut.
”Taiwan tidak hanya tetangga, tetapi juga teman Jepang. Setiap kali kita mengalami kesusahan, seperti bencana gempa bumi, tsunami, atau ledakan reaktor nuklir di Fukushima tempo hari, rakyat Taiwan selalu mengulurkan tangan membantu rakyat Jepang,” tuturnya.
Jepang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, seperti halnya mayoritas negara-negara di dunia. Akan tetapi, Tokyo dan Taipei memiliki hubungan erat di sektor ekonomi dan pertukaran kebudayaan. Jepang telah mengamankan pesanan 400 juta dosis vaksin Covid-19 dari berbagai merek. Jumlah ini dua kali lipat jumlah populasi dewasa di ”Negeri Matahari Terbit”.
Dari jumlah itu, Jepang memiliki 60 juta dosis vaksin buatan AstraZeneca. Menurut Motegi, apabila sebagian dari AstraZeneca ini disumbangkan kepada Taiwan, publik Jepang tidak akan kekurangan vaksin. Selain itu, walaupun proses imunisasi massal di Jepang lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara maju, Pemerintah Jepang optimistis mereka bisa menyuntikkan dosis lengkap vaksin Covid-19 kepada warganya pada akhir 2021.
Sebagai gambaran, dari 126 juta warga Jepang, baru 1 persen yang telah menerima satu dosis vaksin Covid-19, termasuk tenaga kesehatan. Proses imunisasi merupakan tanggung jawab pemerintah prefektur dan kota. Meskipun begitu, pemerintah pusat melalui Kementerian Pertahanan membuka dua pusat imunisasi Covid-19 di kota Tokyo dan Osaka.
Pusat imunisasi di Tokyo telah mencapai target menyuntik 10.000 orang setiap hari dan di Osaka 5.000 orang per hari. Jika dilihat secara agregat, baru 900.000 penduduk Tokyo dan 450.000 penduduk Osaka yang diimunisasi. Selain itu, pusat imunisasi besar lainnya, seperti di kota Kob,e baru mampu menyuntik 1.000 orang per hari. Mereka menargetkan pada pertengahan Juli bisa menyuntik 5.000 orang setiap hari.
”Sejak pertengahan Juni 2021, kami harus bisa menargetkan penyuntikan 1 juta dosis vaksin Covid-19 setiap hari,” kata Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dalam keterangan resmi tertulis.
Setia kawan
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, ketika diwawancara oleh Central News Agency, Minggu (30/5/2021), menyambut dengan senang hati iktikad baik Jepang. Ia mengatakan ini sungguh karakter setia kawan yang membuat hubungan kedua belah pihak tetap erat. Sebelumnya, Taiwan mengalami krisis penyediaan vaksin.
Pada Desember 2020, Taiwan hendak meneken kontrak pembelian vaksin dengan Pfizer-BioNTech, tetapi gagal karena Pfizer-BioNTech tiba-tiba mundur dari kesepakatan tersebut. Setelah itu, muncul keterangan bahwa semua vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech untuk wilayah China, Taiwan, Hong Kong, dan Makau hanya bisa dibeli melalui Fosun Pharmaceuticals Co milik China.
Tsai menyatakan tidak akan mau membeli vaksin dari perusahaan China dengan alasan meragukan jaminan mutu dan keampuhan vaksinnya. Taiwan hanya mau membeli vaksin langsung dari perusahaan pembuat, bukan dari pihak ketiga. Hal ini yang mengakibatkan Taiwan kesulitan memperoleh vaksin. Apalagi, sekutu Taiwan, Amerika Serikat, telah mengatakan akan fokus mengimunisasi rakyatnya dulu, baru memikirkan untuk membantu negara lain.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menuturkan, hendaknya bagi-bagi vaksin tetap pada koridor kemanusiaan, jangan disalahgunakan untuk agenda politik tertentu. ”China tidak pernah menghalangi Taiwan untuk mendapatkan vaksin,” ujarnya. (REUTERS)