Pasukan AS dan NATO Tinggalkan Bagram, Sebagian Warga Lari ke Iran
Keamanan di Afghanistan semakin memburuk seiring dengan keluarnya pasukan asing. Sebagian warga Afghanistan yang merasa terancam meninggalkan negaranya.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
BAGRAM, JUMAT — Seluruh personel militer AS dan NATO meninggalkan pangkalan utama militer mereka di Bagram, Afghanistan, Jumat (2/7/2021), setelah 20 tahun berperang. Sehari sebelumnya puluhan warga Afghanistan, yang terancam kebangkitan Taliban, meninggalkan Kabul menuju Iran.
”Semua tentara AS dan anggota pasukan NATO telah meninggalkan Pangkalan Udara Bagram,” kata seorang pejabat senior keamanan AS yang tidak mau disebutkan namanya, Jumat.
Beberapa pasukan belum ditarik dari pangkalan lain di Kabul, ibu kota Afghanistan. Penarikan penuh pasukan AS dan NATO dari pangkalan utama militer di Bagram secara efektif mengakhiri perang terpanjang dalam sejarah AS yang dimulai sejak 2001. Perang dimulai setelah Al Qaeda dukungan Taliban saat itu melancarkan serangan 11 September 2001 ke Amerika Serikat.
Pangkalan Bagram, arah utara Kabul, adalah basis utama militer AS dan NATO. Pangkalan itu menjadi pusat untuk mengoordinasikan serangan udara dan dukungan logistik untuk seluruh misi mereka di Afghanistan. Taliban menyatakan terima kasih atas penarikan pasukan asing tersebut.
”Kami menganggap penarikan ini sebagai langkah positif. Warga Afghanistan semakin dekat pada stabilitas dan perdamaian berkat penarikan penuh pasukan asing,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, kepada Reuters.
Warga Afghanistan lainnya lebih berhati-hati mengomentari kepergian tentara AS dari Bagram. ”Amerika harus meninggalkan Afghanistan dan harus ada perdamaian di negara ini,” kata penduduk Kabul, Javed Arman.
”Kami berada dalam situasi yang sulit. Kebanyakan orang telah meninggalkan distrik mereka dan beberapa distrik telah jatuh (ke tangan Taliban). Tujuh distrik di Provinsi Paktia telah jatuh dan sekarang berada di bawah kendali Taliban,” ujar Arman.
Seorang pejabat Afghanistan mengatakan, Pangkalan Udara Bagram akan secara resmi diserahkan kepada pemerintah dalam sebuah upacara pada Sabtu esok. Pejabat pertahanan AS mengatakan, Jenderal Austin Miller, komandan tertinggi AS di Afghanistan, ”masih mempertahankan semua kemampuan dan otoritas untuk melindungi kedutaan” di Kabul.
Laporan media mengatakan, Pentagon mungkin akan mempertahankan sekitar 600 tentara AS di Afghanistan. Mereka bertugas untuk menjaga kompleks korps diplomatik AS di Kabul.
Awal pekan ini, Miller, kepada wartawan di Kabul, menggambarkan bahwa perang saudara Afghanistan sebagai ”yang dapat divisualisasikan”. Hal itu mungkin karena Taliban telah merebut banyak distrik di seluruh negeri dalam beberapa pekan terakhir ketika pasukan asing pergi.
Miller bertemu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Jumat. Keduanya membahas ”bantuan lanjutan dan kerja sama AS dengan Afghanistan, khususnya dalam mendukung pasukan pertahanan dan keamanan”.
Tidak ada penjelasan spesifik, tetapi AS sudah berkomitmen untuk membayar hampir 4 miliar dollar per tahun hingga 2024 untuk membiayai pasukan keamanan Afghanistan. Meskipun tidak ada yang menyebut kunjungan Miller sebagai perpisahan, lawatan itu ditandai dengan ”ucapan selamat tinggal”.
Dua pejabat keamanan AS lainnya mengatakan, seluruh personel militer AS akan meninggalkan Afghanistan pada Minggu (4/7). Itu berarti dua bulan lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan oleh Presiden AS Joe Biden, yang berjanji bahwa seluruh pasukan AS akan keluar paling akhir pada 11 September.
Washington sepakat menarik semua pasukannya dari Afghanistan setelah melakukan perundingan dengan Taliban di Doha, Qatar, pada Februari 2020. Biden menolak saran para jenderal agar tetap mempertahankan pasukan AS sampai kesepakatan politik antara pemberontak dan pemerintahan Ghani yang didukung AS dicapai.
Administrator Distrik Bagram, Darwaish Raufi, mengatakan, pasukan AS pergi tanpa koordinasi dengan pejabat lokal. Akibatnya, pada Jumat pagi, puluhan penjarah lokal masuk melalui gerbang tanpa penjagaan sebelum pasukan Afghanistan mendapat wewenang untuk mengendalikan pangkalan.
”Mereka berhasil dicegah. Beberapa telah ditangkap dan sisanya telah diusir dari pangkalan,” kata Raufi sambil menambahkan bahwa para penjarah menggeledah beberapa bangunan sebelum ditangkap. Pasukan Keamanan dan Pertahanan Nasional Afghanistan (ANDSF) akhirnya menguasai pangkalan.
Keluarnya pasukan asing dari Bagram ”melambangkan bahwa Afghanistan sendirian, ditinggalkan, dan dibiarkan mempertahankan diri dari serangan Taliban.” Hal itu dikatakan pakar Afghanistan yang berbasis di Australia, Nishank Motwani.
”Setelah tiba di tanah airnya, pasukan AS dan sekutu akan menyaksikan apa yang mereka perjuangkan dengan susah payah untuk dibangun selama 20 tahun, berakhir sia-sia. Mereka akan menyaksikan pria dan wanita Afghanistan yang mereka jaga selama ini berisiko kehilangan segalanya,” ujar Motwani.
Sehari sebelum AS dan NATO keluar dari Bagram, puluhan warga sipil Afghanistan meninggalkan Kabul. Mereka, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, naik bus menuju Iran untuk mengamankan diri dari kemungkinan serangan Taliban.
Warga Bagram mengatakan, keamanan hanya akan memburuk dengan keluarnya pasukan asing. ”Situasinya sudah kacau, tidak aman. Pemerintah tidak memiliki (cukup) senjata dan peralatan,” kata Matiullah, pemilik toko alas kaki di pasar Bagram.(REUTERS/AP/AFP)