AS dan NATO Siap Tinggalkan Pangkalan Udara Utama di Bagram
Pangkalan utama militer AS dan NATO di Bagram, Afghanistan, yang memiliki dua landasan pacu dan fasilitas penjara segera diserahkan kepada militer Afghanistan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
BAGRAM, SELASA — Pangkalan Udara Bagram, pusat operasi pasukan Amerika Serikat dan NATO di Afghanistan, segera diserahkan kepada militer Afghanistan. Hanya dalam hitungan hari, seluruh kekuatan asing akan meninggalkan pangkalan udara tersebut setelah 20 tahun beroperasi.
Pejabat AS, Selasa (29/6/2021) di Washington DC, menyebutkan, penyerahan pangkalan induk militer AS dan NATO di Afghanistan itu dilakukan dalam 20 hari ke depan. Langkah itu merupakan bagian dari komitmen AS untuk menarik pasukannya dari Afghanistan. Ditargetkan seluruh penarikan usai pada 11 September 2021.
Pangkalan udara Bagram merupakan fasilitas militer terbesar yang digunakan pasukan AS dan NATO di Afghanistan. Di sana, sejak AS memulai operasi militernya di Afghanistan, ditempatkan puluhan ribu tentara.
”Saya dapat mengonfirmasi, kami akan menyerahkan Pangkalan Udara Bagram (ke Afghanistan),” kata seorang pejabat pertahanan AS, tanpa merinci tanggal penyerahan. Dia memastikan, fasilitas pusat operasi militer asing di Afghanistan itu diserahkan dalam 20 hari ke depan.
Komando Pusat AS pekan lalu mengatakan, pengemasan seluruh peralatan militer dan personel di Pangkalan Udara Bagram sudah lebih dari 50 persen. Selebihnya akan tuntas dalam waktu secepatnya. Para pejabat AS menyebutkan, penarikan seluruh pasukan AS kemungkinan besar akan selesai sepenuhnya pada 4 Juli meski batas akhir adalah 11 September 2021.
Pentagon mengindikasikan, penarikan pasukan dari Afghanistan, termasuk Bagram, akan dipercepat. Komando Pusat AS pekan lalu juga mengatakan bahwa militer AS telah membuang 14.790 peralatan dan menerbangkan 763 sorti C-17 yang sarat dengan material keluar dari Afghanistan. Penduduk lokal mendengar ledakan dari pangkalan, kemungkinan ada penghancuran bangunan dan material.
Pada April lalu, Presiden AS Joe Biden menetapkan target akhir 11 September untuk penarikan penuh 2.500 tentara AS dan sekitar 16.000 kontraktor sipil keluar dari Afghanistan. Penarikan itu untuk mengakhiri kehadiran militer AS yang telah berlangsung selama dua dekade. Pangkalan Bagram adalah pusat komando nasional dan operasi udara selama dua dekade terakhir.
Militer Afghanistan akan mengambil alih Bagram sebagai bagian dari upaya berkelanjutan melawan Taliban. Namun, mayoritas masyarakat Afghanistan diliputi rasa khawatir terkait kemungkinan terjadinya perang dan kekacauan baru seiring perginya pasukan asing dari negara itu. Selain itu, ada faktor lain yang memicu kekhawatiran tersebut, yaitu menguatnya Taliban dan lemahnya pasukan pemerintah.
Bagram
Pangkalan Udara Bagram dibangun di atas puing pangkalan udara yang ditinggalkan Uni Soviet pada tahun 1980-an. Awalnya, Soviet membangun bandar udara di sana pada 1950-an. Ketika menginvasi Afghanistan pada tahun 1979 untuk mendukung pemerintah komunis, Soviet mengubahnya menjadi basis militer utama untuk mempertahankan pendudukannya di negara Asia Selatan itu.
Selama 10 tahun, Soviet memerangi mujahidin yang didukung AS. Pada masa itu, oleh Presiden AS Ronald Reagan, kelompok tersebut dijuluki sebagai pejuang kemerdekaan. Reagan melihat kelompok mujahidin Afghanistan sebagai kekuatan garis depan dalam salah satu arena pertempuran Perang Dingin terakhir.
Uni Soviet merundingkan penarikannya pada tahun 1989. Tiga tahun kemudian, pemerintah pro-Moskwa runtuh. Mujahidin mengambil alih kekuasaan. Namun, situasi tidak lantas membaik karena terjadi saling serang antarkelompok yang menyebabkan ribuan warga sipil tewas. Gejolak itu membuat Taliban berkuasa pada tahun 1996.
Ketika AS dan NATO menguasai Bagram pada tahun 2001, pangkalan udara itu hancur berantakan. Di sana-sini yang tampak adalah bangunan yang rusak parah akibat serangan roket dan tembakan senjata berat. Sisa-sisa roket dan proyektil berserakan.
Sebagian besar tembok pagar pelindung pangkalan hancur. Bagram hancur akibat pertempuran antara Taliban dan kelompok mujahidin yang kemudian melarikan diri ke Afghanistan utara.
Setelah mengusir Taliban dari Kabul, koalisi pimpinan AS mulai beroperasi bersama pasukan NATO untuk membangun kembali Bagram. Pada mulanya didirikan sejumlah bangunan sementara, tetapi perlahan-lahan menjadi permanen.
”Penutupan Bagram adalah kemenangan simbolis dan strategis utama bagi Taliban,” kata Bill Roggio, senior fellow di Foundation for the Defense of Democracies. ”Jika Taliban mampu menguasainya, pangkalan itu akan berfungsi sebagai (basis) anti-AS, subyek propaganda pada tahun-tahun mendatang,” kata Roggio yang juga editor Long War Journal.
Pangkalan Bagram sangat luas dengan memiliki dua landasan pacu. Landasan pacu kedua memiliki panjang 3.700 meter yang dibangun pada tahun 2006 dengan biaya 96 juta dollar AS. Ada 110 sangkar beton yang pada dasarnya adalah tempat parkir pesawat dengan pelindung atau dinding antiledakan.
GlobalSecurity, sebuah lembaga pemikir bidang keamanan, mengatakan, Bagram memiliki tiga hanggar besar, menara kontrol, dan banyak bangunan pendukung. Pangkalan ini memiliki rumah sakit berkapasitas 50 tempat tidur dengan satu ruang trauma, tiga ruang operasi, dan klinik gigi modern. Ada juga pusat kebugaran dan restoran cepat saji.
Di kompleks bandar udara Bagram itu terdapat penjara yang terkenal dan ditakuti di antara orang Afghanistan. Roggio mengatakan, banyak pemimpin dan anggota Taliban serta militan Al Qaeda dan NIIS ditahan di sana. Masih ada sekitar 7.000 tahanan di penjara itu. ”Jika pangkalan jatuh dan penjara diserbu, para tahanan bisa memperkuat barisan kelompok teror ini,” katanya.
Jonathan Schroden dari CNA, sebuah lembaga penelitian dan analisis yang berbasis di AS, memperkirakan lebih dari 100.000 orang menghabiskan waktu paling berharga mereka di Bagram selama dua dekade terakhir.
”Bagram membentuk dasar pengalaman masa perang bagi sebagian besar anggota militer AS dan kontraktor yang bertugas di Afghanistan,” kata Schroden yang menjabat Direktur Pusat Stabilitas dan Pengembangan CNA.
”Bagram telah berkembang menjadi instalasi militer yang sangat besar. Seperti beberapa pangkalan lain di Afghanistan dan bahkan Irak, pangkalan Bagram melambangkan ungkapan ’misi merayap’,” kata Andrew Watkins, analis senior Afghanistan untuk Krisis Internasional yang berbasis di Brussels.
Distrik Bagram terdiri atas lebih dari 100 desa yang dipenuhi kebun buah-buahan dan ladang pertanian. Pangkalan tersebut telah menjadi penampung terbesar bagi para pekerja lokal. Penarikan AS memengaruhi hampir setiap rumah tangga, kata Darwaish Raufi, kepala distrik tersebut.(AP/AFP)