Berharap akan kehidupan dan masa depan lebih baik, banyak anak muda di China tertarik bergabung dengan Partai Komunis China.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Lectrice (28) doyan makan makanan cepat saji Kentucky Fried Chicken, tak pernah absen menonton drama televisi Amerika Serikat, Gossip Girl, sejak SMA, selalu memakai sepatu merek Nike Air Jordan, dan mendukung gerakan #MeToo. Namun, di sisi lain, ia juga termasuk salah satu anggota setia Partai Komunis China.
”Orang menganggap slogan-slogan partai itu omong kosong belaka karena terdengar terlalu agung. Namun, sebenarnya slogan-slogan itu panduan yang baik untuk pengembangan diri anak muda yang kerap berjiwa pemberontak,” ujarnya.
Partai Komunis China (PKC) yang memperingati ulang tahun ke-100 pada Kamis ini kian berjaya di masa kepemimpinan Presiden Xi Jinping. Ini ditunjukkan dengan perekonomian China yang bangkit dengan cepat setelah dihajar gelombang pandemi Covid-19. Belum lagi pengaruh China di komunitas internasional yang meluas dan menguat. Para pengamat menilai rakyat China menganggap slogan-slogan PKC berarti karena fokus pada kolektivisme anakronistik di masyarakat yang kian individualistik.
Keberhasilan PKC itu pada akhirnya berhasil membangkitkan semangat nasionalisme dan kebanggaan pada bangsa di kalangan anak muda di China. ”Saya bergabung dengan PKC karena menginginkan platform yang mendorong tujuan-tujuan sosial bersama rekan-rekan saya,” kata Lectrice, mahasiswa program doktor bidang filsafat itu.
Tujuan-tujuan sosial itu antara lain ikut bergerak mendukung kampanye isu-isu sosial. Seperti yang dilakukan Lectrice, beberapa tahun lalu, saat menjadi sukarelawan membantu perempuan-perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga dan menulis artikel mendukung gerakan #MeToo di China.
Namun, otoritas China beberapa tahun terakhir menyensor atau menahan perempuan-perempuan aktivis yang mengadvokasi gerakan feminis. Ini menunjukkan sikap intoleransi China terhadap aktivisme sosial. Menurut Lectrice, ini terjadi sebenarnya karena suara dan gerakan perempuan aktivis terlalu ekstrem dan mempunyai agenda anti-PKC di luar isu-isu hak perempuan.
Sementara visi utama Xi untuk mewujudkan bangsa China yang kuat adalah membuat konsolidasi peran partai dalam masyarakat. Negara-negara Barat pada awal 2000-an pernah memperkirakan, jika kelas menengah di China meningkat, cengkeraman PKC akan melemah. Xi berusaha membuktikan bahwa perkiraan itu keliru. Dan ternyata memang keliru.
Menurut data Departemen Organisasi PKC, Rabu (30/6/2021), keanggotaan PKC justru tumbuh dengan rekor 2,43 juta pada tahun 2020 dan sekitar 80 persen anggota yang baru ada di kisaran usia 35 tahun ke bawah. Pertumbuhan pada tahun ini diperkirakan bisa lebih cepat lagi karena sudah ada 2,31 juta anggota baru selama enam bulan terakhir. Sejauh ini jumlah anggota PKC tercatat mencapai 95,15 juta orang. Proses seleksi anggota baru PKC pun tak mudah dan memakan waktu 2-3 tahun.
Propaganda
Selama masa kepemimpinan Xi, tradisi diskusi politik yang relatif terbuka berakhir. Sebelum Xi memimpin, peran dan posisi PKC dinilai tak terlalu kuat dan berpengaruh dalam kehidupan rakyat China. Saat Xi memimpin, tak ada lagi ruang untuk bisa berbeda pendapat. Sebagai gantinya, PKC di bawah kepemimpinan Xi menggenjot pendidikan dan propaganda pro-partai yang kemudian menyuburkan semangat nasionalisme, terutama di kalangan anak muda usia 20-an tahun yang mengenal China ketika China maju dan percaya diri.
”Anak-anak muda bisa begitu karena selama ini hanya terpapar propaganda positif mengenai betapa hebat bangsanya,” kata Guru Besar Ilmu Politik di Renmin University, Zhang Ming.
Selain itu, PKC berhasil membuat anak muda meyakini bahwa menjadi anggota PKC akan memperlancar karier dan pengembangan diri. Sejumlah anak muda yang menjadi anggota PKC mengaku mereka mau bergabung hanya supaya lebih mudah mendapatkan pekerjaan, terutama di kota-kota besar seperti Beijing di mana pegawai negeri sipil memberikan keamanan pekerjaan dan mendapatkan status kependudukan hukou. Dengan status kependudukan itu, seseorang bisa mendapatkan jaminan pekerjaan, makanan, dan sembako yang diberikan melalui kupon.
”Banyak teman saya yang ikut partai karena bisa mendapatkan keutamaan saat melamar pekerjaan,” kata Roy (29), mahasiswa program doktor di Inggris. Roy telah bergabung dengan PKC sejak 10 tahun lalu.
Bagi Vivian (30), bergabung dengan PKC akan bisa memperbaiki kualitas hidupnya dan keluarga. Vivian menginginkan kesempatan untuk hidup lebih baik dibandingkan kehidupan neneknya yang tidak berpendidikan dan menjual kue di jalanan. ”Saya harus bisa hidup lebih baik kalau mau anak-anak saya juga hidupnya lebih baik daripada saya,” ujarnya.
Vivian kemudian bergabung dengan PKC segera setelah lulus SMA dan kini mengajar Marxisme di sebuah universitas di China bagian selatan. ”Hanya pelajar dan mahasiswa yang mempunyai nilai dan prestasi terbaik yang bisa bergabung ke partai. Jadi, ini semacam pengakuan atas diri untuk menjalankan tugas mulia,” ujarnya. (REUTERS)