Otoritas Hong Kong Tebangi Satu Per Satu Kalangan Prodemokrasi
Penangkapan demi penangkapan kalangan prodemokrasi di Hong Kong berlangsung. Cara ini dinilai sebagai upaya sistematis untuk memberangus kebebasan pers.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
HONG KONG, SENIN — Penangkapan redaktur pelaksana sekaligus kolumnis opini surat kabar Apple Daily oleh Kepolisian Hong Kong semakin menunjukkan otoritas wilayah ini terus menebangi individu ataupun organisasi yang menunjukkan kritik kepada Pemerintah China. Sejumlah media arus utama di Hong Kong mulai menunjukkan kegentaran berhadapan dengan pemberangusan kebebasan pers.
Fung Wai-kong (57), redaktur pelaksana surat kabar Apple Daily, ditangkap oleh Kepolisian Hong Kong di bandara pada Minggu (27/6/2021). Ia diduga hendak melarikan diri ke luar negeri setelah para redaktur dan pimpinan media tersebut ditahan polisi sejak pekan lalu. Dengan penangkapan Fung, berarti ada tujuh pejabat struktural Apple Daily yang ditahan.
Asosiasi Jurnalis Hong Kong melalui keterangan resmi, Senin (28/6/2021), mengecam penangkapan Fung tersebut. ”Ini adalah upaya sistematis untuk tidak hanya memberangus kebebasan pers di Hong Kong, tetapi membunuhnya,” kata pernyataan tersebut.
Media cetak Apple Daily resmi ditutup melalui edisi terakhir mereka yang terbit pada Kamis tanggal 24 Juni. Edisi itu terjual 1 juta kopi atau 10 kali lipat eksemplar yang terjual setiap hari. Apple Daily adalah harian yang konsisten kritis terhadap Otoritas Hong Kong dan Pemerintah China. Mereka juga mendukung unjuk rasa prodemokrasi yang terjadi tahun 2019.
Setelah unjuk rasa itu, Hong Kong mengeluarkan Undang-Undang Keamanan yang melarang segala jenis ucapan serta tindakan yang dianggap membahayakan kestabilan negara serta melawan Pemerintan China. Gara-gara peraturan ini, 60 pengunjuk rasa, pegiat prodemokrasi, termasuk para wartawan dan redaktur Apple Daily, dijerumuskan ke penjara.
Pendiri Apple Daily, Jimmy Lai (75), juga mendekam di tahanan selama 20 bulan. Sama seperti bawahannya, ia dituduh bersekongkol dengan sejumlah pihak asing dengan tujuan menggoyahkan atau mengancam keamanan negara. Kantor media cetak ini pada 17 Juni digerebek oleh 500 petugas polisi yang menyita semua bahan liputan.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan, kebebasan pers adalah dalih yang dipakai oleh para pengacau keamanan. Apple Daily, menurut otoritas, adalah media yang menyebar kampanye hitam atas pemerintah. ”Gara-gara Apple Daily, kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum menurun drastis. Mereka (wartawan dan redaksi) harus dihukum,” tutur Kepala Kepolisian Hong Kong Raymond Liu.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam taklimat media rutin di Gedung Putih mengutarakan keprihatihan terhadap pemberangusan media di Hong Kong. Ia menekankan, AS akan terus mendukung Hong Kong agar menjadi wilayah yang demokratis. Pernyataan Biden kemudian dicela oleh Kementerian Luar Negeri China sebagai ikut campur urusan internal negara lain.
Ketar-ketir
Penutupan Apple Daily, menurut pakar media Universitas City, Hong Kong, Cheung Chor-yung, kepada BBC adalah strategi otoritas memukul mental publik. Sejumlah media arus utama prodemokrasi juga menunjukkan sikap gentar karena harian yang telah berusia 26 tahun dan selama ini menunjukkan keberanian menyuarakan kritis bisa dengan mudah dipereteli otoritas. Jika lembaga resmi bisa ditebang seperti ini, rakyat jelata bisa-bisa tinggal menunggu waktu diciduk otoritas.
Media daring Stand News, misalnya, mengumumkan di laman resminya bahwa mereka berhenti menerima sumbangan tunai dari pembaca. Semua komentar kritis yang ditulis warganet ketika menanggapi artikel-artikel yang telah terbit juga dihapus.
”Kami menyadari ini situasi rawan bagi demokrasi Hong Kong. Kami tidak menginginkan warganet yang pernah mengunggah komentar tidak sesuai selera otoritas di laman Stand News terkena getah dari situasi ini,” kata penyataan resmi Stand News.
Demikian juga dengan media siar yang merupakan badan usaha milik negara, Radio and Television Hong Kong (RTHK). Mereka sebelumnya dikenal tajam dalam menganalisis kebijakan pemerintah ataupun perilaku para pejabat politik. Sejak Mei, Otoritas Hong Kong mengganti para pejabat struktural dan redaksi RTHK menjadi orang-orang yang pro-Pemerintah China. Arsip konten yang bersifat kritis juga dihapus dari laman resminya.
Hal ini kemudian mendorong sejumlah warganet untuk menggali kembali arsip-arsip tersebut. Bersama dengan artikel-artikel Apple Daily dan media prodemokrasi lainnya, konten itu diunggah ke rantai blok (blockchain), seperti Torrent dan ARWeave yang bebas dari sensor pemerintah sehingga tetap bisa diakses oleh publik. (AF/REUTERS)