Berangus Pemikiran Kritis, Beijing Tahan Pimpinan Media dan Blokir Aset Perusahaan
Pemerintah China membungkam media kritis di Hong Kong melalui Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong. ”Apple Daily”, surat kabar prodemokrasi di Hong Kong, menjadi korban pertamanya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
HONG KONG, SENIN — Pemerintah China membungkam media kritis di Hong Kong melalui Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong. Apple Daily, surat kabar prodemokrasi di Hong Kong, menjadi korban pertamanya.
Setelah menangkap para pemimpin Apple Daily, pemerintah pada tengah pekan lalu juga memblokir aset perusahaan media tersebut. Sebagaimana dinyatakan Menteri Keamanan Hong Kong John Lee, nilai asetnya mencapai 18 juta dollar Hong Kong atau 2,3 juta dollar AS. Akibatnya, sebagaimana diumumkan Apple Daily pada Senin (21/6/2021), perusahaan terancam tak bisa membayar gaji 700 karyawan sekaligus berisiko gulung tikar.
Dalam laporan akhir pekan lalu, Apple Daily berencana meminta Lee untuk mencairkan sejumlah dana. Hal itu semata agar perusahaan media itu dapat membayar gaji sekitar 700 karyawan. Jika langkah itu tidak berhasil, mereka berencana untuk memerkarakan pemblokiran tersebut ke pengadilan.
Apple Daily telah lama menjadi salah satu pembela kebebasan sipil yang paling vokal di Hong Kong. Media itu mendukung protes besar-besaran yang menuntut lebih banyak demokrasi pada 2019. Media itu juga mengkritik tindakan represif pemerintah terhadap masyarakat sipil dengan, antara lain, menerapkan pemberlakuan Undang-Undang (UU) Keamanan Nasional Hong Kong per 30 Juni 2020.
Sebagai respons terhadap rangkaian laporan kritis Apple Daily, pemerintah pada Kamis (17/6/2021) mengerahkan lebih dari 500 polisi untuk menggerebek ruang redaksi dan menangkap lima eksekutif perusahaan itu. Polisi menyatakan artikel-artikel Apple Daily yang menyerukan sanksi internasional kepada China melanggar UU Keamanan Nasional Hong Kong. Ryan Law selaku pemimpin redaksi dan Cheung Kim-hung selaku pejabat eksekutif tertinggi alias CEO didakwa berkolusi dengan pihak asing untuk merusak keamanan nasional China.
Atas perintah pengadilan Hong Kong, keduanya langsung ditahan tanpa jaminan sejak akhir pekan lalu. Perintah dikeluarkan langsung pada sidang pertama sejak penangkapan mereka. Keduanya didakwa berkolusi dengan negara asing untuk membahayakan keamanan nasional dalam kasus yang secara luas dilihat sebagai serangan terhadap kebebasan pers di wilayah semi-otonom China itu.
Ketua majelis hakim Victor So mengatakan, tidak ada cukup alasan untuk percaya bahwa mereka tidak akan melanggar hukum keamanan lagi. Majelis hakim pun memerintahkan mereka ditahan di pusat penahanan Lai Chi Kok. Sidang berikutnya atas kasus itu dijadwalkan digelar kembali pada 13 Agustus.
Sementara pendiri Apple Daily, Jimmy Lai, saat ini menjalani hukuman penjara 20 bulan. Ia dinyatakan bersalah karena dianggap menjadi bagian majelis yang tidak sah dalam hal menggelar rapat umum dan pawai yang belum mendapat persetujuan polisi selama protes pada 2019 itu. Dia juga didakwa melanggar UU Keamanan Nasional Hong Kong.
Lai yang tahun ini berusia 73 tahun menghadapi hukuman seumur hidup jika terbukti melakukan kejahatan keamanan nasional. Bulan lalu, aset pribadi Lai di Hong Kong dan saham perusahaannya juga telah dibekukan.
Mark Simon, pembantu Lai, mengatakan, perintah pemblokiran aset dilakukan oleh kepala keamanan Hong Kong pekan lalu. Hal ini telah melumpuhkan kemampuan surat kabar itu untuk melakukan bisnis.
”Masalah kami di Apple Daily bukanlah karena kami tidak memiliki dana. Kami memiliki 50 juta dollar AS di bank. Masalah kami adalah otoritas keamanan dan polisi tidak akan membiarkan kami membayar wartawan kami, mereka tidak akan membiarkan kami membayar staf kami, dan mereka tidak akan membiarkan kami membayar vendor kami. Mereka telah mengunci rekening kami,” tuturnya kepada CNN.
Terhadap semua eksekusi tersebut, Lai menambahkan, yang dihadapi Apple Daily bukanlah keputusan pengadilan, melainkan perintah Menteri Keamanan. ”Kami menghadapi badan keamanan, bukan pengadilan,” tambah Simon kepada CNN. Simon sejak tahun lalu diburu oleh polisi Hong Kong atas tuduhan mengancam keamanan nasional setempat. Untuk itu, ia pindah ke AS sejak tahun lalu.
UU Keamanan Nasional Hong Kong disusun di Beijing. Regulasi ini memberi ruang kepada pihak berwenang untuk membekukan aset individu atau perusahaan mana pun di Hong Kong yang dianggap mengancam keamanan nasional. Eksekusi diberlakukan tanpa memerlukan perintah pengadilan.
Tindakan pada Apple Daily itu adalah operasi represif perdana pemerintah terhadap media sejak UU Keamanan Nasional berlaku. Pemblokiran aset keuangan sebagai bagian dari pemberlakuan undang-undang diperkirakan akan diterapkan juga untuk semua media yang dianggap melawan pemerintah.
Penangkapan atas pimpinan dan awak Apple Daily tersebut menandai pertama kalinya jurnalis menjadi sasaran di bawah UU Keamanan Nasional. Ini di luar penangkapan terhadap para aktivis yang terlibat dalam aneka kegiatan prodemokrasi di Hong Kong.
Ratusan polisi dan agen keamanan yang menggerebek kantor Apple Daily pada Kamis lalu juga menyita 44 perangkat keras. Polisi mengatakan, penangkapan itu didasarkan pada lebih dari 30 artikel di Apple Daily sejak 2019 yang menyerukan sanksi internasional terhadap China dan Hong Kong.
UU Keamanan Nasional Hong Kong secara khusus mengkriminalisasi individu atau institusi di Hong Kong yang dianggap berkolusi dengan pihak asing untuk menjatuhkan sanksi atau blokade terhadap Hong Kong atau China. Pihak asing yang dimaksud antara lain negara, lembaga, serta organisasi atau individu.
Para kritikus menggugat Beijing atas janjinya pada saat penyerahan Hong Kong 1997 dari Inggris. Di dalamnya terdapat janji bahwa bahwa Hong Kong dapat mempertahankan kebebasannya di tempat lain di China selama 50 tahun. (AFP/AP)