Covid-19 Varian Delta Memaksa Sydney ”Lockdown” Dua Pekan
Kasus terbaru di Sydney berasal dari awak maskapai penerbangan internasional yang menjalani karantina di sebuah hotel. Pengemudi bus yang mengantarkan mereka tertular, lalu menularkan Covid-19 kepada keluarga dan rekan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
SYDNEY, SABTU — Kedua kalinya sejak pandemi Covid-19 terjadi pada Maret 2020, kota terbesar Australia, Sydney, menerapkan karantina wilayah (lockdown). Penyebaran galur Delta yang pesat membuat pemerintah setempat memutuskan membatasi pergerakan masyarakat. Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga berjanji membangun pusat-pusat karantina khusus seantero Negeri Kanguru itu. Para pengkritik menilai langkah tersebut terlambat.
Karantina wilayah diberlakukan per hari Sabtu (26/6/2021) sampai dengan 9 Juli. Hanya sektor-sektor esensial yang buka. Namun, sejumlah sekolah dan perkantoran tetap melaksanakan tatap muka terbatas apabila kegiatan mereka tidak memungkinkan dilakukan dari jarak jauh.
Semua orang yang pernah berkunjung ke Sydney sejak hari Senin (21/6/2021) juga diminta mengisolasi mandiri selama 14 hari di kota masing-masing.
”Adanya galur Delta ini tidak memungkinkan kita melakukan karantina mikro di sejumlah distrik atau karantina total selama tiga hari saja. Satu kota harus dikunci dan kita semua bersiap menghadapi risiko gelombang kedua,” kata Menteri Utama Negara Bagian New South Wales Gladys Berejiklian.
Total, ada 5,8 juta penduduk di kota Sydney, wilayah pesisir, dan Dataran Tinggi Blue Mountain yang menjalani karantina ini. Karantina wilayah total sebelumnya dilakukan pada Maret-Juli 2020 ketika pandemi Covid-19 merebak. Setelah itu, Sydney melonggarkan aturan karena tidak memiliki penularan lokal.
Di Australia, sejak Maret 2020 jumlah kasus positif Covid-19 adalah 30.000 kasus dengan 910 kematian. Negara ini dianggap sukses mengendalikan pandemi. Akan tetapi, kemunculan galur Alfa dan Delta membuat mereka juga mulai waspada.
Sejak November 2020, Australia sudah mengalami delapan kali penguncian wilayah di Adelaide, Brisbane, Perth, dan Melbourne. Di Sydney umumnya pemerintah hanya melakukan karantina mikro. Misalnya, pada Desember 2020 mengunci wilayah pesisir utara sejak ada kemunculan kluster yang menulari 150 orang.
Dari awak maskapai
Kali ini, Sydney mencatat ada 87 kasus positif baru. Sebanyak 22 kasus merupakan penularan lokal. Berdasarkan kajian dinas kesehatan setempat, kasus ini berasal dari para awak maskapai penerbangan internasional yang menjalani karantina di salah satu hotel. Pengemudi bus yang mengantarkan mereka tertular dan kemudian menularkan Covid-19 kepada keluarga dan rekan kerja.
Bulan lalu, di Melbourne, Negara Bagian Victoria, juga terjadi kluster akibat kebocoran di hotel-hotel tempat karantina orang tanpa gejala ataupun para pendatang dari luar negeri.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison, pekan lalu, mengatakan, pihaknya hendak membangun pusat-pusat karantina khusus Covid-19 di penjuru Benua Australia akibat isolasi di hotel terbukti tidak efisien. Langkah ini dikritik oleh pihak oposisi terlambat dilakukan.
Di samping itu, Australia turut menghadapi persoalan lambatnya proses vaksinasi Covid-19. Dari total 25 juta penduduk, baru 3 persen masyarakat dewasa telah menerima dosis vaksin Covid-19 lengkap. Sebanyak 25 persen baru menerima dosis pertama. Sejumlah pihak mengatakan, masyarakat skeptis dengan vaksin, apalagi ada beberapa kasus efek samping dari vaksinasi yang mengakibatkan kematian di segelintir orang.
Masker tidak wajib
Cinantya, seorang mahasiswi pascasarjana Indonesia yang kuliah di Sydney, mengatakan, apabila dibandingkan dengan pengalaman keluarganya di Jakarta dan Singapura, sejak awal protokol kesehatan di kota itu tidak terlalu ketat. Penduduk Sydney berjumlah sekitar 5 juta jiwa, mayoritas bergerak dengan menggunakan kendaraan pribadi sehingga hanya bertemu dengan orang lain di tempat-tempat umum, seperti restoran, bar, pantai, dan kampus.
Imbauan bermasker hanya ditujukan bagi mereka yang hendak menaiki angkutan umum. Masker tidak perlu dikenakan di tempat umum selama setiap orang bisa menjaga jarak 1,5 meter. ”Kalau kita berbicara dengan orang lain dengan jarak kurang 1,5 meter, baru diimbau memakai masker,” tutur Cinantya.
Mal, kafe, bar, dan taman-taman umum juga dipenuhi oleh pengunjung sejak Januari 2020 sehingga suasana tampak kembali normal. Adanya karantina wilayah kali ini cukup membuat masyarakat Sydney terkejut. Sejumlah pasar dan toserba didatangi oleh warga yang membeli kebutuhan pokok akibat panik. (AFP/AP)