Guna menjaga keamanan dan kesehatan, panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 memutuskan melarang sorak-sorai, makan dan minum, dan berkerumun di arena pertandingan. Apa jadinya penyelenggaraan pesta olahraga ini?
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Bagaimana rasanya hadir di arena pertandingan dan melihat atlet favorit bertanding atau berlomba, tetapi sama sekali tidak boleh berseru atau bersorak untuk mengekspresikan dukungan? Padahal itu bagian dari kenikmatan menyaksikan laga secara langsung bukan?
Atau bagaimana pula rasanya tidak boleh meminta tanda tangan atau berfoto bersama sekalipun beruntung punya kesempatan? Padahal, ini adalah tentang Olimpiade Tokyo 2021, pesta olahraga empat tahunan sekali. Rasanya hampir dipastikan akan sangat hambar. Tapi itulah yang kira-kira akan terjadi pada saat penyelenggaraan nanti.
Sebulan menjelang pelaksanaan olimpiade, panitia penyelenggara mengumumkan aturan baru yang ketat bagi para penonton yang hadir di arena pertandingan, yakni tak ada alkohol, tak ada pelukan, tak ada sorakan, dan tak ada tanda tangan.
Protokol di dalam arena tersebut, menurut Presiden Tokyo 2020, Seiko Hashimoto, bertujuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan semua orang, termasuk atlet, ofisial, panitia penyelenggara, hingga orang-orang yang telah membantu penyelenggaraan pesta olahraga. Langkah itu sekaligus untuk mencegah terjadinya kluster olimpiade. Untuk itu, perayaan dan kegembiraan harus ditekan dari level kondisi normal.
Di sisi lain, Hashimoto mengakui, panitia penyelenggara harus lebih kreatif untuk menghidupkan suasana olimpiade. Apalagi, panitia sudah memutuskan untuk membuka keran hadirnya penonton hingga maksimal 10.000 orang di arena pertandingan.
Hashimoto mengingatkan, olimpiade tidak sama dengan perhelatan Piala Eropa yang kini tengah berlangsung. “Di Eropa, arena pertandingan penuh dengan perayaan. Sayangnya, kita tidak mungkin bisa melakukan hal yang sama,” ujarnya.
Untuk bisa masuk ke dalam arena pertandingan, calon penonton wajib lolos pemeriksaan suhu tubuh dan menggunakan masker. Tidak ada persyaratan lain, seperti memperlihatkan hasil tes swab polychain reaction (PCR) atau sejenisnya yang membuktikan bahwa mereka saat itu tidak tengah terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang kini memiliki beberapa varian. Bila calon penonton gagal masuk karena tak memenuhi syarat, panitia tidak akan mengembalikan uang tiket.
Sementara kepada penonton yang lolos, panitia akan mengingatkan protokol di dalam arena, yakni dilarang mengungkapkan dukungan secara verbal dan bersorak, dilarang melakukan kontak langsung dengan penonton lain, dan dilarang meminta tanda tangan atlet. Penonton juga dilarang melambaikan handuk dan aksi yang bisa membuat kerumunan. Usai kegiatan, panitia akan langsung mengarahkan penonton untuk kembali ke rumah masing-masing.
Tentangan publik domestik atas penyelenggaraan olimpiade memang telah melunak dalam beberapa pekan terakhir. Namun, menurut sebuah jajak pendapat, sekitar setengah dari publik Jepang masih tidak ingin kegiatan itu dilangsungkan dalam waktu dekat.
Apalagi tersiar kabar bahwa seorang pelatih dan atlet Uganda dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 ketika telah berada di Jepang. Sebelumnya, keduanya dilaporkan telah menjalani vaksinasi dan dites negatif sebelum melakukan perjalanan ke Jepang. Menyusul kabar terakhir itu, anggota kontingen lainnya harus menjalani karantina hingga 3 Juli mendatang.
Dikutip dari laman KyodoNews, Hashimoto mengatakan, masyarakat Jepang belum cukup yakin bahwa olimpade dan paralimpiade akan berlangsung aman selama masa pandemi. Oleh sebab itu, panitia harus terus-menerus menjelaskan tentang upaya penyelenggara mengurangi risiko infeksi.
Di antaranya adalah melakukan 11.000 uji tes Covid-19 setiap hari untuk memastikan kesehatan semua orang yang terlibat di sekitar arena pertandingan. Orang yang dimaksud mencakup atlet, pelatih, tim ofisial, hingga panitia penyelenggara.
Sebuah ruangan klinik untuk merawat pasien yang demam terlihat di Olympic dan Paralympic Village untuk Olimpiade Tokyo 2020, di Tokyo, Jepang, Minggu, (20/6/2021).Panitia juga berjanji akan menegakkan protokol kesehatan dengan tegas. Barangsiapa terbukti melanggar aturan di penginapan, perkampungan atlet, dan lokasi pertandingan, bisa dijatuhi saksi. Bentuknya mulai dari denda hingga kehilangan hak untuk bertanding atau berlomba di olimpiade maupun paralimpiade. Komite Olimpide Internasional juga telah merekomendasikan agar semua yang terlibat di dalam even untuk divaksin.
Hashimoto berharap, Olimpiade Tokyo 2020 akan menampilkan budaya keramahan dan kepedulian masyarakat Jepang. "Saya berharap semangat peduli satu sama lain seperti itu akan menjadi warisan sesungguhnya olimpiade,” kata Hashimoto. (AFP/MAHDI MUHAMMAD)