Taliban Rebut Gerbang Utama ke Asia Tengah, Pasukan Pemerintah Terdepak
Pasukan Pemerintah Afghanistan semakin terdesak karena Taliban terus membuat kemajuan dalam pertemuran. Taliban berhasil merebut gerbang utama atau pos terdepan menuju Tajikistan, Asia Tengah.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
KABUL, RABU — Kelompok Taliban kini berada di atas angin. Kelompok itu makin melebarkan penguasaan wilayah di Afghanistan setelah berhasil merebutnya dari kontrol pasukan pemerintahan. Pada Selasa (22/6/2021), kelompok garis keras itu merebut Sher Khan Bandar, kota perbatasan Afghanistan yang merupakan pos terdepan atau gerbang utama lintas batas menuju Tajikistan, Asia Tengah.
Akibat serangan Taliban, pasukan keamanan pemerintah yang menjaga kota itu pun lari kalang kabut. Bahkan, sebagian besar dari mereka lari menyeberangi pos perbatasan ke Tajikistan.
Perebutan kota paling utara Sher Khan Bandar itu merupakan keuntungan paling besar Taliban sejak Amerika Serikat (AS) memulai tahap akhir penarikan pasukannya pada 1 Mei lalu. Taliban semakin banyak mengalahkan pasukan pemerintah setelah pembicaraan damai intra-Afghanistan antara kelompok Taliban dan pemerintah di Kabul menemui jalan buntuh.
Anggota Dewan Provinsi Kunduz, Khaliddin Hakmi, mengatakan, Taliban membutuhkan waktu satu jam untuk merebut kota pelabuhan Sher Khan Bandar itu. Mereka merebut kota dan semua pos pemeriksaan di perbatasan Tajikistan. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, membenarkan hal itu.
”Kami terpaksa meninggalkan semua pos pemeriksaan. Beberapa tentara kami melintasi perbatasan ke Tajikistan,” kata seorang perwira militer. ”Pada pagi hari, ratusan anggota (kelompok Taliban) sudah berada di mana-mana,” katanya tanpa menyebut nama, Selasa kemarin.
Kemajuan paling signifikan Taliban itu semakin mengkhawatirkan masyarakat internasional atas prospek perdamaian di Afghanistan. Terutama setelah pasukan AS dan koalisi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mundur dan dialog damai intra-Afghanistan buntu. AS dan NATO sedang menarik pasukannya keluar dari Afghanistan dengan batas paling akhir 11 September 2021.
”Sebagian besar distrik di sekitar ibu kota Provinsi Kunduz telah direbut. Hal ini menunjukkan bahwa Taliban sedang memosisikan diri mereka untuk mencoba merebut ibu kota (Kunduz) ini setelah pasukan asing sudah ditarik semuanya,” kata Deborah Lyons, Kepala Misi Bantuan PBB untuk Afghanistan, memperingatkan Dewan Keamanan PBB.
Sejak awal Mei, Taliban telah meluncurkan beberapa serangan besar yang menargetkan pasukan pemerintah. Kelompok Islam garis keras ini, yang bercita-cita membentuk pemerintahan berdasarkan ”sistem Islam sejati”, mengklaim telah merebut setidaknya 87 dari 421 distrik di seluruh Afghanistan. Namun, Kabul membantah klaim Taliban yang sulit diverifikasi.
Tiga hari menjelang jadwal kunjungan Presiden Ashraf Ghani ke Gedung Putih di Washington DC, Pemerintah AS menyerukan diakhirinya pertumpahan darah di Afghanistan. ”Kami mendesak kedua belah pihak untuk terlibat dalam negosiasi serius yang menentukan peta jalan politik untuk masa depan Afghanistan,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan.
Profil kota
Kota Sher Khan Bandar terletak di tepi Sungai Pyanj di dekat perbatasan dengan Tajikistan. Kota ini berada di Provinsi Kunduz yang jarak 50 kilometer dari kota Kunduz, ibu kota provinsi.
Kota pelabuhan ini ditandai dengan jembatan sepanjang 700 meter yang didanai AS. Jembatan dibuka secara meriah pada 2007 dengan tujuan meningkatkan perdagangan di antara tetangga Asia Tengah.
Sher Khan Bandar adalah kota pelabuhan kering yang luas, yang mampu menampung hingga 1.000 kendaraan per hari. ”Ada 150 truk yang memuat barang di Sher Khan Bandar ketika kota direbut. Kami tidak tahu apa yang terjadi kepada mereka,” kata Massoud Wahdat, juru bicara Kamar Dagang dan Industri Provinsi Kunduz, sambil mengatakan mereka akan rugi besar.
Analis keamanan Afghanistan, Atiqullah Amarkhail, mengatakan, jatuhnya Sher Khan Bandar, rute perdagangan utama ke Asia Tengah, ke tangan Taliban merupakan pukulan paling berat bagi pemerintah. Kata dia, kegagalan mempertahankan secara efektif pelabuhan penting ini merupakan indikasi bahwa pemerintah sedang berjuang mempertahankan pasukannya di medan tempur.
Pertempuran sengit telah berkecamuk di Provinsi Kunduz selama beberapa hari terakhir. Pasukan Taliban dan Afghanistan terlibat dalam pertempuran pada Senin di pinggiran kota Kunduz itu sendiri. Taliban sempat dua kali menguasai kota itu sebelumnya—pada September 2015 dan sekali lagi setahun kemudian.
Kunduz menjadi benteng pertahanan Taliban, bahkan, sebelum mereka merebut kekuasaan pada 1990-an. Lokasi kota yang strategis menjadikan Sher Khan Bandar tempat transit utama untuk lalu lintas ekonomi dan perdagangan dengan Tajikistan dan sekitarnya.
Analis Amarkhail mengatakan, kekalahan pasukan pemerintah baru-baru ini, di mana banyak tanpa perlawanan yang berarti, menunjukkan bahwa ada ”kekacauan dan kepanikan” di antara pasukan pemerintah. Fakta ini sekaligus menunjukan bahwa pasukan pemerintah lemah tanpa dukungan pasukan asing, terutama pasukan AS.
Ketika pasukan Afghanistan menghadapi Taliban di medan tempur, mereka menderita kerugian besar. Pekan lalu, sedikitnya 20 anggota unit komando tertinggi negara itu tewas dalam pertempuran di Dawlat Abad, juga di wilayah Kunduz.
Pasukan pemerintah Afghanistan mengatakan, mereka akan segera melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut kembali wilayah yang hilang. ”Komando pusat berada dalam kendali penuh. Semua pasukan keamanan dan sumber daya militer telah dikerahkan untuk melawan musuh,” kata Jenderal Ajmal Shinwari, juru bicara pasukan keamanan, kepada wartawan.
”Anda akan segera menyaksikan kemajuan kami di seluruh negeri,” katanya lagi.
Pentagon mengatakan, Senin lalu, bahwa mereka akan menyelesaikan penarikan penuhnya pada 11 September setelah 20 tahun beperang di Afghanistan. Pasukan yang ditarik semuanya sekitar 2.500 personel.
Selain itu, ada sekitar 7.000 personel lagi anggota pasukan sekutu, umumnya dari pasukan NATO bersama dengan Australia, Selandia Baru, dan Georgia.
Juru bicara Pentagon, John Kirby, mengatakan, penarikan pasukan mungkin akan berjalan lambat karena semakin menguatnya pasukan Taliban. ”Kami ingin mempertahankan fleksibilitas untuk melakukan hal itu (menarik pasukan),” kata Kirby.(AFP/REUTERS/AP)