Kredit hijau diperkenalkan bank sentral Jepang. Program ini diharapkan selaras dengan upaya pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 sekaligus target baru Jepang mencapai kondisi netral karbon pada tahun 2050.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, JUMAT — Bank sentral Jepang, Jumat (18/6/2021), mengumumkan skema kredit hijau perdananya. Program ini ditujukan kepada lembaga keuangan yang mendorong produk pinjaman dan investasi mereka untuk kegiatan penanganan perubahan iklim. Kebijakan ini diharapkan selaras dengan upaya pemulihan ekonomi Jepang dari dampak pandemi Covid-19 sekaligus target Jepang untuk mencapai kondisi netral karbon pada tahun 2050.
”Masalah perubahan iklim dapat memberikan dampak yang sangat besar pada perkembangan aktivitas ekonomi dan harga-harga serta kondisi keuangan dari perspektif jangka menengah hingga jangka panjang,” sebut bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) dalam pernyataan resminya usai pertemuan dua hari di Tokyo.
Program kredit hijau akan menggantikan program yang ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara umum sebagaimana telah berjalan selama ini. BOJ berpandangan bahwa mendukung upaya sektor swasta pada isu-isu penanganan perubahan iklim akan berkontribusi untuk menstabilkan makroekonomi dalam jangka panjang.
BOJ berpandangan bahwa mendukung upaya sektor swasta pada isu-isu penanganan perubahan iklim akan berkontribusi untuk menstabilkan makroekonomi dalam jangka panjang.
BOJ belum merinci lebih lanjut tentang program yang kemungkinan akan dimulai tahun ini. Hal itu baru akan diumumkan usai pertemuan penetapan kebijakan berikutnya pada Juli mendatang.
Untuk sementara waktu, BOJ akan meniru program yang sudah ada. Salah satu profilnya adalah menawarkan pinjaman murah kepada lembaga-lembaga keuangan yang meningkatkan pinjaman mereka di sektor-sektor yang tumbuh secara industri.
”Masalah perubahan iklim dapat memberikan dampak yang sangat besar pada aktivitas ekonomi, harga, dan kondisi keuangan dari perspektif jangka menengah hingga jangka panjang. Dengan membuat skema ini, kita dapat merespons secara fleksibel terhadap perubahan lingkungan eksternal terkait perubahan iklim,” kata Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda.
Kuroda menilai, skema kredit hijau itu akan lebih cocok untuk mengatasi perubahan iklim di Jepang. Alasannya, sebagian besar perusahaan selama ini mengandalkan pinjaman bank daripada mengumpulkan dana dari pasar keuangan.
Jepang adalah salah satu negara paling rawan bencana di dunia dengan sejarah gempa bumi besar dan topan. Kondisi ini dinilai sangat dipengaruhi oleh fenomena perubahan iklim. Hujan lebat dan banjir menyebabkan banyak korban jiwa dan material hampir tiap tahun.
Namun, banyak perusahaan Jepang masih berada di belakang perusahaan-perusahaan di Eropa dalam hal penggunaan sumber energi bersih. Hal itu berkaitan dengan tingginya ketergantungan Jepang pada energi tenaga panas bumi dan batubara.
Ekonom senior Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, Naomi Muguruma, berpendapat, BOJ barangkali ingin bergerak bersama-sama dengan pemerintah yang baru-baru ini mengadopsi lingkungan hidup dalam cetak biru kebijakannya. ”Ini juga menjadi sebuah terobosan di antara bank sentral lain, yakni dengan menghubungkan kebijakan moneter dengan perubahan iklim,” kata Muguruma.
Selain soal kredit hijau, BOJ pada pertemuan dua hari yang lalu itu juga tetap mempertahankan paket stimulus moneter untuk membantu dunia usaha sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi Jepang yang pertumbuhan ekonominya tahun lalu mencatatkan minus 4,8 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi triwulan I-2021 adalah minus 3,9 persen.
BOJ misalnya mempertahankan suku bunga rendah. Untuk suku bunga jangka pendek tetap di level minus 0,1 persen. Adapun untuk imbal hasil jangka panjang di sekitar 0 persen. BOJ juga memperpanjang batas waktu pembelian aset dan program pinjamannya selama enam bulan dari tenggat awal per September tahun ini. Kebijakan ini sesuai harapan dan perkiraan para pelaku pasar.
Di tengah proyeksi perbaikan ekspor dan menguatnya produksi yang akan membantu pemulihan ekonomi, BOJ memperingatkan bahwa konsumsi masyarakat cenderung stagnan. Namun, Kuroda lebih optimistis dengan prospek ekonomi Jepang mutakhir ketimbang pada pertemuan BOJ sebelumnya pada April. Pertimbangannya, pemulihan global belakangan semakin menguat.
Hal ini diperkuat dengan tingkat vaksinasi di Jepang yang berangsur-angsur meningkat. ”Vaksinasi di Jepang sedikit meningkat. Jika ini terus berlanjut, ada kemungkinan konsumsi akan pulih lebih cepat dari perkiraan,” katanya.
Program vaksinasi di Jepang dimulai relatif lambat Namun, realisasinya telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Saat ini, lebih dari 6 persen dari populasi di negara itu telah divaksinasi lengkap. Jepang juga tengah bersiap-siap menggelar Olimpiade Tokyo setelah ditunda setahun akibat pandemi Covid-19.
Pemulihan ekonomi di Jepang sejauh ini berjalan moderat. Ini terjadi karena langkah-langkah untuk menahan penyebaran virus korona tipe baru sedikit banyak membebani konsumsi. Harga konsumen inti di Jepang pada bulan Mei naik 0,1 persen dari tahun sebelumnya. Ini menandai kenaikan pertama secara tahunan sejak Maret 2020 tetapi tetap jauh dari target 2 persen sebagaimana diharapkan BOJ.
Ekonom senior di SuMi TRUST, Naoya Oshikubo, menilai perpanjangan dukungan bisnis oleh BOJ menjadi harapan masyarakat. Paket stimulus moneter yang diperpanjang akan sangat efektif dalam membantu usaha kecil dan menengah yang kesulitan di Jepang.
”Banyak perusahaan terus menderita secara finansial akibat keadaan darurat Covid-19 di sejumlah prefektur Jepang, serta dari tingkat vaksinasi yang rendah di negara itu,” kata Oshikubo menjelang keluarnya keputusan kebijakan BOJ. (AFP/REUTERS)