Vaksinasi Covid-19 Lambat, Jepang ” Ngotot” Olimpiade
Meski termasuk negara maju, Jepang tergolong lambat dalam vaksinasi Covid-19. Kini Jepang diperkirakan telah memasuki gelombang keempat pandemi. Di tengah situasi tersebut, pemerintah justru berkeras menggelar Olimpiade.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
TOKYO, JUMAT — Jepang diperkirakan tengah memasuki gelombang keempat pandemi Covid-19 yang lebih parah dibandingkan dengan gelombang sebelumnya. Meskipun termasuk negara maju, upaya pemberian vaksin bagi warganya tergolong lambat dan masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda apatis terhadap protokol kesehatan.
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengumumkan di Tokyo, Jumat (7/5/2021), bahwa ”Negeri Matahari Terbit” akan memperpanjang karantina sampai dengan 31 Mei. Rencana awal karantina hanya diberlakukan hingga 11 Mei.
Di Tokyo, Kamis (6/5/2021), tercatat 591 kasus baru. Gubernur Osaka Hirofumi Yoshimura mengungkapkan, tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan di wilayah itu sudah nyaris ambruk akibat kelelahan dan penuh pasien positif Covid-19. Meskipun begitu, Jepang tetap tidak mewajibkan pemakaian masker, menjaga jarak, ataupun bekerja dari rumah kepada penduduknya.
Jumlah kematian akibat Covid-19 di Jepang memang tergolong rendah, yakni 10.500 jiwa. Akan tetapi, masyarakat bersikap apatis dengan tetap berkegiatan seperti biasa. Kereta-kereta dipenuhi pelaju. Trotoar dan sudut-sudut jalanan juga dipenuhi rombongan orang yang minum-minum karena bar dan kelab malam masih tutup.
Di tengah keramaian tersebut, vaksinasi Covid-19 untuk warga lansia bergerak lambat. Pemerintah Jepang menargetkan bisa menyuntikkan dua dosis vaksin kepada 36 juta warga lansia dengan batas waktu akhir Juli. Artinya, setiap hari harus ada 800.000 warga lansia yang divaksinasi.
Jepang telah membeli 24 juta dosis vaksin dari Pfizer. Kenyataannya baru 15 persen dari dosis ini yang telah disuntikkan. Sisanya menumpuk di lemari pembeku. Secara agregat, baru 2,2 persen penduduk yang divaksin atau setara dengan 4 juta warga lansia dan tenaga kesehatan. Bahkan, ada 2 juta tenaga kesehatan yang belum memperoleh vaksin sama sekali.
Penyuntikan vaksin baru dimulai akhir Februari 2021. Menurut berbagai pakar kesehatan dalam negeri dan internasional, langkah itu terlambat dibandingkan dengan negara maju yang telah memulai vaksinasi Covid-19 sejak Januari.
Negara ini juga berencana membeli 30 juta dosis vaksin dari AztraZeneca. Pada 20 Mei Jepang akan memulai vaksinasi dengan memakai vaksin buatan Moderna. Menurut Taro Kano, menteri yang bertanggung jawab atas program vaksinasi Covid-19, kendala terbesar ialah mencari tempat penyuntikan vaksin yang bisa menampung banyak orang sekaligus aman.
Penyuntikan sejauh ini dilakukan di fasilitas-fasilitas kesehatan yang memiliki tempat terbatas. Kementerian Kesehatan telah diberi mandat untuk menyediakan tempat penyuntikan vaksin berkapasitas besar di Tokyo dan Osaka sebelum 24 Mei. Meskipun demikian, para ahli kesehatan masyarakat memperkirakan akan butuh beberapa hari bahkan pekan agar tempat itu bisa dipakai untuk vaksinasi.
Pemerintah Jepang juga bersikeras melaksanakan Olimpiade pada 23 Juli sampai dengan 8 Agustus. Pesta olahraga sedunia ini terpaksa diundur dari tahun 2020 karena situasi dunia yang baru saja terhantam pandemi. Padahal, Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan bahwa saat ini jumlah anak muda yang tertular Covid-19 meningkat lebih banyak dibandingkan dengan gelombang sebelumnya.
PM Suga mengumumkan kota Tokyo, Kyoto, Osaka, dan Hyogo tetap menjadi wilayah dengan pembatasan ketat mengingat kota-kota ini adalah pusat kasus tertinggi. Kota Fukuoka dan Aichi ditambahkan ke dalam daftar wilayah dengan pembatasan karena mengalami penambahan kasus cukup signifikan.
Dilansir dari Nikkei, perusahaan pembuat vaksin Pfizer sudah sepakat bekerja sama dengan Komite Olimpiade Internasional untuk mengimunisasi semua atlet dan staf. Menurut rencana, ada 10.000 atlet dari 200 negara yang datang untuk mengadu kekuatan.
Publik Jepang menilai Olimpiade bukan prioritas. Mereka setuju apabila Olimpiade ditunda, bahkan dibatalkan. Kenji Utsunomiya, pengacara dari Tokyo, memulai petisi daring meminta agar pemerintah membatalkan Olimpiade. Telah terkumpul 200.000 tanda tangan.
”Bagaimana mungkin pemerintah memikirkan gengsi negara di tengah krisis? Fokus dulu urusi rakyat, mulai dari pemberian vaksin sampai dengan stimulus fiskal,” ujarnya. (AP/AFP/Reuters)