Kabar Kematian Pemimpin Boko Haram Bukan Akhir Cerita Terorisme di Afrika
Pemimpin kelompok Boko Haram, Abubakar Shekau, kembali dikabarkan tewas dalam bentrokan dengan kelompok pesaingnya, ISWAP, pertengahan Mei lalu. Kabar kematian Shekau bukanlah akhir kekerasan di Nigeria dan sekitarnya.
ABUJA, SENIN — Pemimpin kelompok militan Boko Haram, Abubakar Shekau, dikabarkan tewas bunuh diri setelah terluka dalam sebuah pertempuran melawan kelompok rivalnya, Negara Islam Afrika Barat (ISWAP). Aparat keamanan dan intelijen Pemerintah Nigeria masih coba mengonfirmasi laporan tersebut.
Informasi tewasnya Shekau berawal dari sebuah rekaman percakapan yang diduga berisi suara pemimpin ISWAP, Abu Musab al-Barnawi. Shekau tewas diperkirakan tanggal 18 atau 19 Mei 2021. Rekaman itu diterima sejumlah media, Minggu (6/6/2021).
”Shekau lebih suka dipermalukan di akhirat daripada dipermalukan di bumi. Dia bunuh diri seketika dengan meledakkan diri,” kata suara yang mirip dengan suara Barnawi, dalam bahasa Kanuri. Bahasa Kanuri digunakan oleh warga di sejumlah negara Afrika, seperti Nigeria, Niger, Chad, Kamerun, serta kelompok-kelompok minoritas di Libya selatan dan diaspora di Sudan.
Baca juga: Kelompok Boko Haram Bunuh 65 Pelayat di Pemakaman
Dua orang yang memiliki kedekatan hubungan dengan Barnawi mengonfirmasi bahwa suara yang ada di rekaman itu adalah suara pemimpin ISWAP. Sebuah laporan intelijen Nigeria yang disebarkan oleh seorang pejabat pemerintah dan peneliti Boko Haram juga mengatakan bahwa Shekau tewas.
Di dalam rekaman suara itu dijelaskan tentang strategi ISWAP mengirim anggota mereka ke kantong Boko Haram dan tempat tinggal Shekau di hutan Sambisa, timur laut ibu kota Abuja, Nigeria, pertengahan Mei lalu. Anggota ISWAP menemukan Shekau tengah berada di rumah dan tidak lama kemudian terlibat dalam baku tembak.
”Dia terdesak, mundur dan melarikan diri ke dalam hutan selama lima hari. Tetapi, kami terus mencari dan memburunya sebelum mereka dapat menemukannya,” kata suara itu.
Shekau yang terdesak diminta untuk menyerah, meminta maaf, dan bertobat. Namun, Shekau menolak dan memilih untuk mengakhiri hidupnya. ”Kami sangat senang karena pengacau besar, penganiaya, dan pemimpin negara (kelompok) yang merusak itu tewas,” kata suara itu lagi.
Militer Nigeria juga mengatakan, mereka tengah menyelidiki dugaan kematian Shekau. Kabar ini pertama kali muncul di sebuah laman berita Nigeria dan media asing. Media yang pertama merilis rekaman suara pertama yang mengabarkan kematian Shekau adalah laman Nigeria, HumAngle.
Terlalu radikal
Boko Haram menjadi berita utama di seluruh dunia ketika kelompok itu pada 2014 menculik lebih dari 270 siswi sebuah sekolah menengah di kota Chibok. Penculikan itu memicu kampanye dan upaya global mengembalikan mereka ke keluarganya. Salah satu pendukung kampanye ini adalah Michelle Obama.
Sampai saat ini, masih 100 siswi tersebut hilang. Banyak yang memperkirakan mereka telah tewas saat disekap oleh Boko Haram.
Kelompok ini telah membunuh lebih dari 40.000 orang, memaksa sekitar 2 juta orang meninggalkan rumah mereka, dan melahirkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Konflik yang melibatkan kelompok ini juga menyebar ke negara tetangga, yaitu Chad, Kamerun, dan Niger.
Baca juga: Serangan Tujuh Jam Boko Haram Tewaskan 100 Tentara Chad
Aksi-aksi kekerasan yang dilakukan Shekau dikenal terlalu radikal, bahkan dalam ukuran kelompok ekstrem Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Atas dasar itu, Shekau pernah ditolak oleh NIIS. Ia memimpin kelompok Boko Haram, yang sebelumnya bernama resmi Jama’tu Ahlis Sunna Lidda’awati wal-Jihad (JAS), tahun 2010 setelah pendirinya, Mohammed Yusuf, tewas dalam perburuan oleh aparat kepolisian tahun 2009. Shekau adalah wakil Yusuf.
Nama ”Boko Haram” diambil dari bahasa Hausa, yang berarti ’pendidikan Barat haram atau dilarang’. Salah satu ajaran kelompok itu adalah menentang pendidikan model Barat, terutama bagi perempuan. Anggota kelompok itu adalah para pengikut Yusuf di Negara Bagian Borno, yang menginginkan penerapan syariat Islam di seluruh wilayah Nigeria.
Tak lama setelah peristiwa penculikan 270 siswi pada 2014, Dewan Keamanan PBB dan Amerika Serikat menyatakan Boko Haram sebagai ”teroris global”. Washington menawarkan hadiah uang 7 juta dollar AS bagi siapa pun yang bisa memberikan informasi yang berujung dengan penangkapan Shekau.
Lahir di Negara Bagian Yobe, wilayah utara Nigeria, Shekau berasal dari keluarga petani miskin etnis Kanuri yang pindah ke Niger, negara tetangga Nigeria. Setelah belajar akidah Islam dan menganut ideologi Wahabi, Shekau—yang hingga kini usianya tidak diketahui secara pasti—pada tahun 1990 pindah ke Maiduguri, ibu kota Negara Bagian Borno.
Menurut Butari Gwoni, warga area Mafoni, Maiduguri, Shekau pernah menikah dengan anak perempuan seorang guru. Istrinya meninggal saat melahirkan. Sebagian pihak menduga, peristiwa itu menjadi awal pemicu gangguan mental pada Shekau.
Jejak radikalisasi
Namun, jejak radikalisasi Shekau dimulai saat ia belajar Islam di sebuah sekolah menengah atas di Borno, yakni Perguruan Studi Hukum dan Islam. Di sekolah ini ia bertemu dengan Mamman Nur, yang belakangan menjadi otak serangan bom di kantor-kantor PBB di ibu kota Abuja dan menewaskan 26 orang. Nur memperkenalkan Shekau kepada Yusuf, pendiri Boko Haram.
”Dia (Shekau) awalnya teman yang sederhana dan periang,” tutur Kayam Bulama, siswa yang semasa dengan Shekau belajar di sekolah itu. ”Tetapi, tidak lama setelah Mamman Nur memperkenalkan dia dengan Mohammed Yusuf, dia (Shekau) mulai kasar dan radikal, menjauhi teman-temannya dan hanya bergaul dengan teman-teman satu kelompoknya.”
Yusuf tewas pada 2009 dalam penyerbuan militer terhadap kelompok tersebut. Sekitar 800 orang tewas saat itu. Boko Haram sempat bergerak secara rahasia hingga akhirnya Shekau mengambil alih kendali kelompok itu. Di bawah Shekau, Boko Haram menguasai banyak wilayah di timur laut Nigeria dan memproklamasikan kekhalifahan di kota Gwoza, Borno, tahun 2014.
Serangan besar tahun 2015 oleh tentara Nigeria, didukung tentara dari Kamerun, Chad, dan Niger, membuat Boko Haram kehilangan sebagian besar wilayah yang pernah dikuasainya. Meski demikian, Boko Haram tetap mampu melancarkan sejumlah serangan, termasuk pada Desember tahun itu saat mereka mengklaim membunuh 76 petani di luar Maiduguri.
Shekau menjalankan aksi-aksi kekerasan secara brutal, termasuk memanfaatkan perempuan dan anak-anak sebagai pelaku bom bunuh diri. NIIS sendiri tidak menyetujui cara itu. Tak hanya menyerang gereja dan pasar, Boko Haram juga menghancurkan masjid. ”Dia menganggap warga sipil Muslim yang tidak loyal pada JAS (nama lama Boko Haram) sebagai target yang sah,” tulis Vincent Foucher, peneliti pada Crisis Group, dalam sebuah laporan.
Pada 2015, Shekau menyatakan sumpah kesetiaan pada NIIS. Sejumlah komandan senior menentang cara dan taktik Shekau. Setahun kemudian, NIIS menunjuk Abu Musab al-Barnawi sebagai pemimpin wakil mereka di Afrika Barat atau pemimpin Negara Islam Afrika Barat (ISWAP), sempalan dari Boko Haram. ISWAP kini menjadi ancaman dominan bagi militer Nigeria.
Sulitnya verifikasi kematian
Memastikan kematian Shekau menjadi pekerjaan penting bagi aparat keamanan dan intelijen Nigeria. Shekau, yang memimpin Boko Haram sejak 2009, berulang kali dilaporkan tewas selama beberapa tahun terakhir. Aparat keamanan juga menyatakan mereka masih menyelidiki kematiannya, termasuk lokasi serta sisa tubuhnya untuk kepentingan identifikasi.
Dalam catatan beberapa media, kabar kematian Shekau saat ini bukan untuk pertama kalinya. Dan, setelah kabar kematian itu muncul, setelah bertahun-tahun Shekau kembali muncul.
Baca juga: Penculikan 337 Anak Sekolah oleh Boko Haram Menyisakan Kepedihan
”Keberadaan Shekau dan nasibnya masih menjadi bahan spekulasi. Hanya sekutu dekatnya yang dapat memberikan informasi tentang keadaan yang sebenarnya, apakah dia tewas atau masih bertahan hidup,” kata seorang sumber intelijen.
Juru bicara militer Nigeria tidak dapat mengonfirmasi rincian berita kematian Shekau. Mereka mengatakan, penyelidikan masih berlangsung. ISWAP dan Boko Haram tidak merilis informasi apa pun tentang serangan di hutan Sambisa atau keberadaan Shekau.
Seorang sumber mengatakan, kelompok militan seperti Boko Haram dan yang sejenis memiliki kebijakan untuk segera menunjuk pengganti setelah pemimpin mereka tewas atau diberhentikan. ”Fakta bahwa Boko Haram belum menunjuk pengganti Shekau merupakan indikasi kuat bahwa dia sesungguhnya masih hidup,” menurut sumber tersebut.
Kelompok-kelompok militan jihad biasanya memiliki kebijakan untuk menghindari kekosongan kekuasaan dengan menunjuk seorang pengganti setelah seorang pemimpin meninggal atau diberhentikan.
Baca juga: Tim Medis Rawat 350 Pelajar Korban Penculikan Boko Haram
Lebih dari 40.000 orang tewas dan lebih dari 2 juta orang mengungsi dari rumah mereka akibat konflik di timur laut Nigeria sejak 2009. Pertempuran telah menyebar ke bagian tetangga Chad, Kamerun dan Niger.
Kekuatan baru
ISWAP sebelumnya adalah bagian dari Boko Haram yang secara resmi bernama Jama’tu Ahlis Sunna Lidda’awati wal-Jihad atau JAS, memisahkan diri pada 2016. ISWAP menyempal dari Boko Haram karena keberatan dengan aksi-aksi Shekau yang menarget tanpa pandang bulu warga sipil Muslim dan menggunakan perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri.
ISWAP bermarkas di hutan Alagarno dan daerah Danau Chad, sementara Boko Haram bermarkas di hutan Sambisa.
Dalam dua tahun terakhir, ISWAP muncul sebagai kekuatan yang lebih dominan di kawasan itu, melakukan serangan besar-besaran terhadap militer Nigeria. ISWAP mencoba memperluas pengaruh dan kekuatannya dengan merekrut warga dan anggota kelompok Boko Haram yang dipimpin Shekau.
Baca juga: Anak-anak Keluarga Anggota NIIS Terperangkap di Kamp Tanpa Masa Depan
Bentrokan sporadis telah meletus di antara kedua faksi untuk memperebutkan kekuasaan dan wilayah. Menurut sumber intelijen, babak baru pertempuran kedua kelompok militan ini sempat terjadi pada April saat Ramadhan. Anggota Boko Haram menyergap anggota ISWAP yang saat itu tengah mengangkut senjata ke salah satu kamp utama mereka. Beberapa anggota ISWAP terbunuh.
Sebagai pembalasan, pada Mei, ISWAP melancarkan serangan ke kamp Boko Haram. Kedua belah pihak menderita kerugian. Namun, kata sumber itu, ISWAP melakukan perlawanan ke Boko Haram langsung di hutan Sambisa lebih jauh ke selatan.
”Invasi ISWAP ke Sambisa bukan untuk membuat Shekau menyerah, tetapi untuk membunuhnya karena serangannya yang tidak beralasan terhadap para anggota milisi tempurnya dalam beberapa pekan terakhir,” kata salah satu sumber di kalangan intelijen.
Menurut keterangan dari dua sumber intelijen, konvoi besar truk ISWAP yang dilengkapi dengan senapan mesin memasuki Sambisa. Satu kelompok menuju ke kamp Boko Haram di Sabilul Huda, tempat Shekau mencari perlindungan.
Seorang sumber di kalangan militer dan intelijen mengatakan, kondisi perebutan pengaruh dan wilayah ini mungkin belum berakhir. ISWAP harus menundukkan para pendukung Shekau dan meyakinkan anggota-anggotanya untuk memperkuat dirinya sendiri.
Baca juga: Eropa Perkuat Pasukan Elite di Afrika, Perancis Tidak Memerangi Islam
Vincent Foucher, peneliti pada Crisis Group yang juga analis pada Pusat Sains Nasional Perancis, mengatakan, pasca-kematian Shekau, ISWAP bisa mengonsolidasi beberapa brigade pro-Shekau di sepanjang perbatasan Kamerun dan di Niger dan Chad yang pernah menginginkan otonomi. ”Semua orang ini terhubung, mereka saling kenal dan harus ada negosiasi. Masih ada beberapa yang tidak diketahui, tetapi yang jelas ini adalah kemenangan besar bagi ISWAP,” katanya.
Foucher menambahkan, banyak orang senang mendengar kabar tewasnya Shekau. ”Tetapi, bukan kabar baik jika ISWAP menjadi kekuatan militan tunggal di daerah itu,” katanya.
Dalam catatan Pecavi Consulting, sebuah lembaga kajian, jika ISWAP berhasil mengonsolidasikan para pengikut Shekau dalam barisannya, mereka akan mengendalikan sebagian besar ruang di timur laut setelah tentara Nigeria menarik diri dari desa-desa di wilayah tersebut. Penarikan ini membuat kelompok militan bebas bergerak di wilayah perdesaan. (AFP/REUTERS)