Covid-19 Timbulkan Efek ”Jaringan Parut” pada Ratusan Juta Pekerja di Dunia
Pandemi Covid-19 menyebabkan krisis pasar lapangan kerja global selama tahun-tahun mendatang. Pemulihan diperkirakan baru dimulai pada paruh kedua tahun 2021.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
GENEVA, KAMIS — Organisasi Buruh Internasional, Rabu (2/6/2021) di Geneva, melaporkan, Covid-19 telah menciptakan krisis global terparah bagi pasar tenaga kerja selama bertahun-tahun ke depan. Hal ini menimbulkan dan memperburuk efek ”jaringan parut” jangka panjang pada pekerja dan perusahaan.
Badan PBB itu membuat laporan setebal 164 halaman dengan tajuk ”World Employment and Social Outlook: Trends 2021”. Disebutkan, krisis pasar tenaga kerja global akibat penyebaran pandemi yang tak terperikan dan ”tidak tertandingi” akan memengaruh pasar tenaga kerja dalam waktu yang lama.
Pada April lalu, Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengatakan bahwa 1,25 miliar pekerja penuh waktu saat ini dipekerjakan di sektor-sektor yang rentan terdampak Covid-19. Mereka terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) serta pemotongan upah dan jam kerja yang drastis.
Dalam sebuah penelitian yang dirilis saat itu, ILO memperingatkan tekanan terhadap ketenagakerjaan global muncul akibat pandemi Covid-19 itu sendiri serta langkah-langkah drastis yang diambil untuk mengendalikan penyakit ini.
Dengan jumlah penduduk di seluruh dunia pada awal 2020 diperkirakan 7,75 miliar orang, jumlah pekerja yang terdampak Covid-19 mencapai 16 persen dari total warga dunia.
Penurunan tajam
Laporan terbaru ILO kemarin menyebutkan, semua negara sedang dan akan mengalami penurunan tajam pada lapangan pekerjaan dan pendapatan nasional. ”Hal itu memperburuk ketidaksetaraan yang ada dan berisiko menimbulkan efek ’jaringan parut’ jangka panjang pada pekerja dan perusahaan,” kata laporan ILO.
Menurut ILO, krisis paling nyata telah memukul para buruh atau pekerja yang rentan, termasuk 2 miliar pekerja di sektor informal. Terlebih lagi bagi kaum perempuan dan generasi muda.
Selama tahun 2020, diperkirakan 8,8 persen dari total jam kerja yang hilang ”setara dengan jam kerja dalam satu tahun oleh 255 juta pekerja penuh waktu”, kata laporan ILO. Sebaliknya, jika tidak ada pandemi, dunia akan menciptakan sekitar 30 juta pekerjaan baru pada tahun 2020.
ILO melaporkan, gelombang pandemi Covid-19 yang berulang di seluruh dunia telah menyebabkan hilangnya jam kerja. Kuantitas kehilangan pun tetap tinggi. Kehilangan 4,4 persen jam kerja dialami oleh 140 juta pekerja atau buruh penuh waktu pada kuartal pertama 2021. Lalu pada kuartal kedua, kehilangan jam kerja itu tetap tinggi, yakni 4,4 persen yang dialami 127 juta pekerja penuh waktu.
”Krisis masih jauh dari selesai,” kata badan PBB yang berbasis di Geneva, Swiss, itu. Ditambahkan, kawasan yang terkena dampak terburuk akibat Covid-19 pada paruh pertama tahun ini adalah Amerika Latin, Karibia, Eropa, dan Asia Tengah.
Laporan ILO menyebutkan, pemulihan ekonomi yang tidak merata diperkirakan akan dimulai pada paruh kedua 2021. Hal itu didorong oleh kemajuan vaksinasi dan pengeluaran fiskal skala besar.
Pemulihan akan menciptakan 100 juta pekerjaan tahun ini dan tambahan 80 juta pada tahun 2022. Namun, ILO juga mengatakan, pemulihan yang dicapai tersebut masih jauh dibandingkan dengan kondisi prapandemi.
”Lebih buruk lagi, banyak pekerjaan baru yang diharapkan itu justru memiliki produktivitas yang rendah dan kualitasnya pun buruk,” kata laporan tersebut.
Lembaga PBB itu memperkirakan pertumbuhan lapangan kerja tidak akan cukup untuk menutupi kerugian yang diderita akibat pandemi hingga setidaknya 2023. Artinya, krisis panjang tersebut masih akan berjalan hingga sedikitnya dua tahun ke depan. Perluasan program vaksinasi akan mempercepat pemulihan.
Dikatakan bahwa banyak bisnis—terutama usaha mikro dan kecil—”sudah bangkrut atau menghadapi masa depan yang sangat tidak pasti”, sebut laporan ILO tersebut.
Sebuah survei terhadap 4.520 entitas bisnis di 45 negara di seluruh dunia pada kuartal kedua 2020 menemukan, sekitar 80 persen usaha mikro dan 70 persen usaha kecil ”menghadapi kesulitan keuangan yang signifikan”, kata laporan itu.
”Pemulihan dari Covid-19 bukan hanya masalah kesehatan,” kata Direktur ILO Guy Ryder. ”Kerusakan serius pada ekonomi dan masyarakat juga perlu diatasi.”
Perlu upaya yang dipercepat untuk menciptakan pekerjaan yang layak. Begitu pula dukungan terhadap orang-orang yang paling rentan di dunia dan sektor ekonomi yang paling terpukul.
Jika tidak, ”Dampak pandemi yang ada itu akan tetap ada bersama kita selama bertahun-tahun ke depan. Entah itu dalam bentuk hilangnya potensi manusia dan ekonomi atau kemiskinan dan ketidaksetaraan yang lebih tinggi,” kata Ryder. (AP/AFP)