Pemulihan Ekonomi Dorong Manufaktur Asia, tetapi Rantai Pasokan Belum Pulih
Aktivitas pabrik di China dan negara-negara di Asia lain terus berkembang tahun ini. Namun, kenaikan biaya bahan baku dan kendala rantai pasokan masih membayangi prospek ekonomi selanjutnya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SELASA — Aktivitas pabrik-pabrik di kawasan Asia tumbuh pada bulan Mei berkat pemulihan permintaan global yang terus berlanjut. Namun, kenaikan biaya bahan baku dan kendala rantai pasokan masih membayangi prospek ekonomi selanjutnya, bersamaan dengan adanya kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 di negara-negara Asia, terutama Taiwan dan Vietnam.
Aktivitas pabrik-pabrik di Jepang dan Korea Selatan, sebagaimana terlihat dalam Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis pada Selasa (1/6/2021), menunjukkan ekspansi secara moderat sepanjang Mei 2021. PMI, yang berfokus pada perusahaan kecil, naik menjadi 52,0 bulan lalu, tertinggi sejak Desember 2020 dan naik tipis dari April pada level 51,9.
Angka hasil survei tersebut mengikuti PMI resmi China yang dirilis pada Senin (31/5/2021). Hasilnya menunjukkan, aktivitas pabrik di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu sedikit melambat pada Mei karena melonjaknya biaya bahan baku. Dua data beruntun itu, menurut sejumlah analis, menunjukkan masih rapuhnya tren pemulihan ekonomi global secara umum.
Aktivitas pabrik di China, merujuk data PMI terbaru, telah berkembang pada laju tercepat tahun ini pada bulan Mei. Hal itu dinilai terdorong oleh permintaan yang solid di dalam dan luar negeri. Namun, kenaikan harga yang tajam dan belum pulihnya rantai pasokan menghambat produksi beberapa perusahaan.
Lonjakan infeksi Covid-19 di negara-negara, seperti Taiwan dan Vietnam, dinilai dapat mengganggu produksi semikonduktor dan rantai pasokan secara umum. Produsen-produsen pun harus memikirkan solusi atas kondisi itu. Kondisi ini dinilai dapat membebani pemulihan yang didorong oleh ekspor Asia. Jika tekanan itu berlangsung lebih lama, efeknya yang dinilai bisa lebih merepotkan.
”Penyebaran varian baru (Covid-19) sudah berdampak negatif pada rantai pasokan. Jika situasi ini berlanjut, hal itu akan memukul produsen di Asia yang telah berebut untuk mendiversifikasi rantai pasokan dari China,” kata Toru Nishihama, kepala ekonom di lembaga Dai-ichi Life.
”Pemulihan Asia lebih didorong oleh permintaan eksternal daripada domestik. Jika perusahaan mengalami kesulitan mengekspor barang yang cukup, hal itu menjadi pertanda buruk bagi ekonomi kawasan itu,” lanjut Nishihama.
Lonjakan penularan Covid-19 di negara-negara, seperti Taiwan dan Vietnam, dinilai dapat mengganggu produksi semikonduktor dan rantai pasokan secara umum.
Aktivitas pabrik-pabrik di Taiwan dan Vietnam sejauh ini masih bertahan pada level yang sudah tercapai sebelumnya. Indeks PMI Taiwan berada di level 62,0 pada bulan Mei, melambat dari April. Namun, tingkatan level itu tetap jauh di atas level 50, tingkatan yang menegaskan terjadinya pertumbuhan dari sebuah kondisi kontraksi. Indeks PMI Vietnam juga bertahan di atas level 50, yakni 53,1 pada bulan Mei, meskipun melambat dari level 54,7 yang tercatat di bulan April.
Pengaruh operasionalisasi
Lonjakan kasus Covid-19 yang diiringi dengan langkah atau kebijakan setempat di negara-negara di Asia langsung memengaruhi operasionalisasi pabrik-pabrik. Jika hal itu berlanjut, efeknya pun bisa lebih besar.
Sejumlah sumber dari kalangan industri di Vietnam mengungkapkan, pabrik-pabrik di utara Vietnam yang banyak memasok perusahaan teknologi global, seperti Apple dan Samsung, harus beroperasi di bawah kapasitas karena gelombang baru Covid-19 di negara itu.
Hal serupa terjadi di Thailand dan Malaysia. Perusahaan agribisnis terbesar di Thailand, Charoen Pokphand Foods Pcl, menutup pabrik unggasnya di Thailand selama lima hari setelah para pekerjanya dinyatakan positif Covid-19. Ribuan kasus lagi telah ditemukan di pabrik, lokasi konstruksi, dan penjara di negara itu.
Adapun di Malaysia yang kembali memberlakukan ”penguncian total” mulai Selasa ini untuk membendung penyebaran Covid-19, sejauh ini pabrik-pabrik tetap dapat beroperasi, tetapi dengan kapasitas yang berkurang.
Kekurangan cip global dan gangguan rantai pasokan juga telah memengaruhi produksi mobil. Kondisi itu menyebabkan pertumbuhan hasil produksi otomotif di Jepang meleset dari ekspektasi pada bulan April lalu.
Kantor berita Kyodo melaporkan, raksasa otomotif Jepang, Toyota Motor dan Honda Motor, telah menangguhkan produksinya di Malaysia karena tindakan penguncian atau penutupan wilayah yang diberlakukan untuk memerangi pandemi.
Data terpisah yang dirilis pada Selasa juga menunjukkan, perusahaan-perusahaan Jepang memangkas belanja untuk pabrik dan peralatan secara triwulanan terus berlanjut. Hingga triwulan I-2021, kondisi itu sudah dilakukan selama empat triwulan berturut-turut. Kondisi pandemi Covid-19 dinilai masih menjadi penghambat dan memengaruhi prospek pemulihan sektor itu.
Terkait kondisi manufaktur di Korea Selatan (Korsel), Indeks PMI Korsel berada di level 53,7 pada bulan Mei. Indeks itu juga melambat dari April, tetapi memperpanjang terjadinya pertumbuhan selama delapan bulan berturut-turut. Terpantau adanya beban biaya yang meningkat atas perusahaan-perusahaan di Korsel. Ini lonjakan ke level tertinggi dalam kurun waktu 13 tahun terakhir. (AFP/REUTERS)