Lonjakan Kasus Covid-19 di Asia Tenggara Mengkhawatirkan
Negara-negara di Asia Tenggara melaporkan kenaikan tajam jumlah infeksi kasus Covid-19. Vaksinasi yang lambat dan sulitnya pengadaan vaksin menyebabkan penanganan pandemi tidak optimal.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, SENIN — Kasus infeksi virus korona varian baru di sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara melonjak tajam. Lonjakan ini membunyikan alarm penanganan pandemi dan menegaskan urgensi akan vaksinasi yang lebih cepat.
”Angka infeksi Covid-19 sangat mengkhawatirkan di negara-negara Asia Tenggara. Varian yang semakin berbahaya dan mematikan menggarisbawahi kebutuhan skema berbagi vaksin dan produksi vaksin global yang lebih cepat untuk membendung wabah dan membantu negara-negara ini terhindar dari korban massal,” ujar Alexander Matheou, Direktur Asia Pasifik Federasi Palang Merah dan Masyarakat Bulan Sabit Internasional, kepada kantor berita Reuters, Senin (31/5/2021).
Kenaikan kasus Covid-19 harian di Malaysia sepanjang pekan lalu memicu karantina wilayah secara total (total lockdown) mulai 1 Juni besok. Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin, Jumat (28/5/2021), mengumumkan karantina wilayah yang lebih ketat pada 1-14 Juni menyusul lonjakan kasus Covid-19 di negara tersebut.
Malaysia melaporkan 8.290 kasus baru, rekor baru jumlah infeksi virus korona, menjadikan total 549.514 kasus. Jumlah kematian harian juga melampaui rekor, yakni 63 orang pada awal pekan ini.
Jumlah kasus harian Covid-19 di Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Timor Leste masing-masing naik dua kali lipat dibandingkan dengan bulan lalu. Thailand, yang berhasil membendung gelombang pertama pandemi, mencatat jumlah kematian hingga 10 kali lipat dalam dua bulan meski jumlahnya sekitar 1.000 kasus, jauh lebih rendah daripada angka global.
Kendati demikian, kasus baru di Thailand menyebabkan perusahaan agribisnis terbesar, Charoen Pokphand Foods Pcl, menutup sebuah pabrik selama lima hari setelah para pekerjanya terdeteksi positif Covid-19. Ribuan kasus lain ditemukan di berbagai pabrik, lokasi konstruksi, dan penjara.
Kekhawatiran tambahan
Menambah kekhawatiran atas lonjakan kasus Covid-19 di beberapa negara adalah temuan dari Vietnam tentang varian baru virus korona yang merupakan kombinasi varian India dan Inggris. Walaupun belum diketahui detail informasinya secara jelas, varian ini dinilai sangat berbahaya dan kemungkinan menyumbang lonjakan kasus di Vietnam.
Vietnam juga dinilai sukses membendung gelombang awal pandemi. Laporan kematian pada kasus baru tidak lebih dari 50 orang, tetapi pusat bisnis Ho Chi Minh City mulai memberlakukan mekanisme pembatasan sosial baru, Senin.
Otoritas kesehatan di Indonesia dan Filipina juga mengawasi dengan cermat penambahan jumlah kasus Covid-19. Dua negara dengan penduduk terbesar di Asia Tenggara ini terpukul akibat pandemi tahun lalu.
Filipina melaporkan kenaikan tertinggi infeksi harian selama empat pekan. Adapun Indonesia melaporkan rata-rata kasus baru dalam sepekan mencapai angka tertinggi dalam dua bulan.
Sementara Myanmar, kudeta militer mempersulit penanganan pandemi. Sistem kesehatan nyaris kolaps karena banyak tenaga medis yang justru diburu junta karena mendukung aksi protes antikudeta dan terpaksa bersembunyi.
Tingkatkan vaksinasi
Dalam kondisi seperti ini, vaksinasi menjadi langkah penting bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Namun, hampir semua negara di kawasan ini dipandang lambat dalam proses vaksinasi, baik dalam hal pengadaan vaksin maupun distribusinya kepada masyarakat.
Malaysia telah berupaya meningkatkan kampanye vaksinasi, tetapi baru 6 persen penduduknya yang telah menerima satu dosis vaksin. Hal serupa terjadi di negara-negara lain. Hanya Singapura yang tercatat sudah memvaksinasi lebih dari 36 persen penduduknya untuk satu dosis vaksin.
”Dengan sedikitnya penduduk yang menerima perlindungan dari vaksin, mayoritas penduduk masih rentan. Sistem perawatan kesehatan di sejumlah negara Asia Tenggara berisiko kewalahan, atau malah sudah kewalahan, menangani (kasus),” kata Teo Yik Ying, Dekan Saw Swee Hock School of Public Health pada National University of Singapore.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long tengah mempersiapkan strategi untuk kembali membuka negara itu setelah pembatasan wilayah. ”Solusinya memang hanya tes, lacak kontak, dan vaksinasi, semuanya harus lebih cepat dan lebih banyak,” katanya. (REUTERS)