Vietnam Deteksi Kombinasi Varian Virus India dan Inggris
Vietnam melaporkan temuan laboratorium varian virus korona kombinasi dua galur, India dan Inggris. WHO menduga virus kombinasi itu merupakan mutasi tambahan dari virus varian India.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·3 menit baca
HANOI, MINGGU — Otoritas Vietnam telah mendeteksi varian baru virus korona yang merupakan kombinasi galur India dan Inggris. Virus ini disebutkan menyebar dengan cepat di udara.
”Vietnam telah menemukan varian baru virus korona dengan karakteristik kombinasi dari dua varian yang pertama kali ditemukan di Inggris dan India. Varian baru ini merupakan varian India yang bermutasi, yang awalnya berasal dari Inggris, dan sangat berbahaya,” kata Menteri Kesehatan Vietnam Nguyen Thanh Long dalam rapat kabinet, seperti dikutip kantor berita Reuters, Minggu (30/5/2021).
Setelah berhasil membendung penyebaran virus hampir sepanjang tahun 2020, Vietnam bergulat dengan kenaikan kasus infeksi virus korona sejak akhir April 2021. Dari total 6.856 kasus, lebih dari separuhnya terjadi sejak akhir April. Sejauh ini dilaporkan 47 kematian akibat Covid-19.
Sebelumnya, Vietnam telah mendeteksi tujuh varian virus korona, yakni B.1.222, B.1.619, D614G, dan B.1.1.7 yang dikenal sebagai varian Inggris serta B.1351, A23.1, dan B.1.617.2 dari varian India. Long mengatakan, Vietnam akan segera memublikasikan data genom dari varian virus yang baru saja diidentifikasi. Menurut dia, varian itu lebih mudah menginfeksi dibandingkan tipe sebelumnya.
Long menjelaskan, kultur laboratorium dari varian baru virus itu menunjukkan virus mereplikasi diri dengan cepat. Kemungkinan inilah penjelasan mengapa begitu banyak kasus baru muncul di banyak tempat di negara itu dalam waktu singkat.
Mutasi tambahan
Sejauh ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi empat varian virus SARS-CoV-2 yang melanda secara global. Keempat varian itu merupakan yang pertama kali muncul di India, Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil.
”Saat ini, kami belum membuat kajian tentang varian baru virus yang dilaporkan di Vietnam. Kantor kami di Vietnam tengah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Vietnam dan kami masih menanti lebih banyak informasi,” kata Maria Van Kerkhove, Kepala Teknis WHO untuk Covid-19, dalam sebuah pernyataan.
Dari pemahaman WHO saat ini, varian yang terdeteksi di Vietnam adalah B.1.617.2, yang secara umum dikenal sebagai varian India, kemungkinan dengan tambahan mutasi. ”Bagaimanapun, kami akan memberikan informasi lebih jauh segera setelah kami menerimanya,” imbuh Van Kerkhove.
Saat ini, Vietnam masih berupaya mengamankan 10 juta dosis vaksin di bawah skema berbagi Covax, begitu juga 20 juta dosis vaksi Pfizer dan 40 juta vaksin Sputnik V dari Rusia. Negara berpenduduk 98 juta jiwa ini baru menerima 2,9 juta dosis dan berniat mengamankan vaksin hingga 150 juta dosis tahun ini.
Keprihatinan baru
Temuan Vietnam ini memunculkan keprihatinan baru seiring laporan dari negara-negara yang mengalami kenaikan kasus positif Covid-19, terutama negara yang sebelumnya terbilang sukses membendung pandemi. Taiwan, Minggu, melaporkan 355 kasus infeksi domestik, termasuk 89 kasus dari hari-hari sebelumnya.
Sementara Negara Bagian Victoria, Australia, juga melaporkan lima kasus lokal baru pada Minggu (30/5/2021), hari ketiga karantina wilayah. Total kasus baru menjadi 40 kasus, termasuk salah satu pekerja di panti jompo di Melbourne.
Gelombang infeksi di Melbourne dimulai dengan kepulangan para pelancong dari luar negeri yang positif Covid-19. Para pelancong itu meninggalkan fasilitas karantina di hotel meski ternyata masih positif. Penjabat sementara Perdana Menteri Negara Bagian Victoria James Merlino mengatakan, 70 persen kontak dekat dari para pelancong tersebut sejauh ini terdeteksi negatif Covid-19.
Pemerintah Australia menghadapi kritik dari dalam negeri mengenai cara penanganan karantina di hotel-hotel. Selain itu, proses vaksinasi penduduk dinilai sangat lambat.
Wakil Perdana Menteri Australia Michael McCormack membela kebijakan vaksinasi pemerintah federal. ”Ini bukan balapan, (vaksinasi) harus sistematis,” katanya kepada stasiun televisi Sky News. (REUTERS)