Kasus Harian Covid-19 Terbesar, Taiwan Gerak Cepat
Taiwan melaporkan lonjakan kasus harian tertinggi sepanjang pandemi Covid-19. Ini mengejutkan karena selama ini Taiwan dinilai berhasil mengendalikan pandemi. Kegiatan sosial dan acara keagamaan diduga jadi pemicu.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
TAIPEI, SELASA – Sebanyak 245 kasus positif Covid-19 baru terdeteksi di Taiwan, Selasa (18/5/2021). Jumlah ini terbesar untuk kasus harian sejak pandemi terjadi pada Maret 2020. Pemerintah Taiwan menerapkan karantina wilayah ketat karena dalam lima hari terakhir sudah 988 kasus terdeteksi.
Lonjakan kasus baru di Taiwan yang semuanya penularan lokal ini mengejutkan karena Taiwan terbilang sukses dalam mengendalikan pandemi. Sejak pandemi dimulai, Taiwan mencatat 2.260 kasus positif dengan 14 kematian. Dua kematian terjadi pada Selasa, yakni warga lansia yang punya penyakit bawaan atau komplikasi.
Kantor berita pemerintah Taiwan, Central News Agency, mengabarkan, dari kasus baru tersebut, sebanyak 240 kasus penularan lokal dan lima penularan impor dari orang-orang yang baru tiba dari luar negeri, di antaranya Filipina dan Haiti. Covid-19 menjangkiti penduduk usia 5-90 tahun. Terdeteksi pula 37 kasus terdapat pada anak usia sekolah.
Pusat Pengendalian Wabah Taiwan (Central Epidemic Command Center/CECC) telah melacak 80 persen dari kasus ini dan berhasil memetakan kluster penularan. Jumlah kasus terbesar adalah di New Taipei City sebanyak 106 kasus dan peringkat kedua diduduki Ibu Kota Taipei dengan 102 kasus. Sisanya kasus menyebar di seantero negeri, antara lain di Kaohsiung, Yunlin, Hsinchu, dan Keelung.
Kluster terbesar di New Taipei City akibat adanya kegiatan sosial yang diadakan sebuah yayasan. Kluster berikutnya ialah acara-acara keagamaan di wilayah selatan dan kluster pusat permainan elektronik di Yilan
Status kesiagaan Taiwan tetap di level 3, yaitu karantina wilayah dan hanya mengizinkan sektor-sektor esensial yang beroperasi. CECC meminta semua pemerintah daerah menutup sekolah-sekolah sampai tanggal 28 Mei. Semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring.
Kementerian Ketenagakerjaan Taiwan membuat aturan karyawan yang memiliki anak berusia di bawah 12 tahun atau menyandang disabilitas berhak mengajukan cuti pengasuhan darurat kepada tempat kerja masing-masing. Cuti ini tidak boleh dihitung sebagai bagian dari cuti tahunan, cuti sakit, dan cuti hari raya.
Perusahaan yang menolak pengajuan cuti pengasuhan darurat atau membebankannya kepada cuti tahunan akan diberi sanksi denda 20.000 dollar Taiwan hingga 1 juta dollar Taiwan (sekitar Rp 10,2 juta hingga Rp 501 juta). Meskipun demikian, kebijakan cuti pengasuhan darurat ini tidak mewajibkan perusahaan membayar gaji kepada karyawan tersebut.
Di kota Kaohsiung, pembatasan malah lebih ketat karena ditemukan satu perawat Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Renhui yang positif tertular Covid-19. Akibatnya, pengelola rumah sakit segera melakukan pengetesan kepada 94 orang staf dan meminta mereka melakukan isolasi mandiri selama dua pekan. Para pasien RSIA pun dipindahkan ke 12 rumah sakit lain. Rencananya, pengetesan akan diperluas ke anggota keluarga 94 staf ini.
Wali Kota Kaohsiung Chen Chi-mai mengumumkan semua kegiatan berkumpul lebih dari lima orang di dalam satu ruangan dilarang, demikian pula perkumpulan lebih dari sepuluh orang di luar ruangan. “Semua tempat ibadah, perpustakaan, kelab olahraga, bioskop, dan tempat hiburan ditutup,” ujarnya.
Harian Taipei Times mewawancarai Menetri Kesehatan Chen Shih-chung yang mengungkapkan bahwa semua orang asing yang tidak memiliki kartu izin tinggal di Taiwan dilarang memasuki negara tersebut hingga tangal 18 Juni. Menurut Chen, hal ini guna menjaga risiko kasus impor dari mereka yang memang memiliki hak tinggal di Taiwan baik karena pekerjaan, kuliah, ataupun pernikahan dan masuk dalam skema asuransi kesehatan nasional.
Pemerintah Taiwan pun berupaya menggenjot pembelian vaksin dari luar negeri. Para diplomat yang berada di negara-negara sahabat dikerahkan untuk melobi pemerintahan setempat agar mau membantu. Pemimpin Kantor Perwakilan Taiwan untuk Amerika Serikat, Hsiao Bi-khim telah bertemu dengan Presiden Joe Biden dan membicarakan apabila ia bisa membantu.
“Presiden Biden mengatakan, Juni akan mengirim 20 juta dosis vaksin ke luar negeri pada Juni, termasuk Taiwan,” katanya.
Pertolongan juga datang dari Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) yang memasukkan Taiwan ke dalam program Covax, sebuah skema dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membantu membeli dan mendistribusikan vaksin ke negara-negara berkembang dan miskin. Melalui program Covax Taiwan membeli vaksin AstraZeneca yang rencananya tiba akhir Juni.
AstraZeneca mengalokasikan 76 juta dosis vaksin selama Februari-Juni 2021 untuk 80 negara. Rencananya, Taiwan membeli 10 juta dosis AstraZeneca. Jumlah ini di luar 1,02 juta dosis AstraZeneca yang dibeli Taiwan pada awal tahun 2021. Selain itu, Taiwan juga memesan 51,05 juta dosis vaksin Moderna serta 4,76 juta dosis vaksin merek lain melalui Covax.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, Selasa, mengatakan, pemerintah berharap bisa menyediakan vaksin Covid-19 yang diproduksi secara domestik sebelum akhir Juli. (Reuters)