Hamas dan Israel Bersiap untuk Gencatan Senjata Mulai Jumat Sore
Setelah 11 hari pertempuran, yang memakan ratusan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, kelompok Hamas dan Israel bersiap memulai gencatan senjata, Jumat sore ini waktu setempat.
KAIRO, KOMPAS — Upaya mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza dan Israel, yang dimulai sejak awal pekan ini, semakin menunjukkan kemajuan. Berbagai media Arab dan Israel, seperti harian Asharq al-Awsat, televisi Al Arabiya, televisi Israel, Channel 12, Kamis (20/5/2021), melansir, gencatan senjata hampir dipastikan bisa terwujud mulai Jumat sore waktu setempat, terlepas akan diumumkan secara resmi atau dilaksanakan secara de facto tanpa ada pengumuman resmi.
Israel seakan berlomba dengan waktu menjelang gencatan senjata itu dengan terus melancarkan gempuran udara ke berbagai area di Jalur Gaza. Gempuran itu dijalankan selepas Rabu tengah malam, lebih dari belasan kali. Radio milik kelompok Hamas melaporkan, seorang perempuan tewas dan empat anak-anak terluka akibat serangan di kota Khan Younis, Gaza selatan.
”Kami sedang duduk di sofa saat rudal mendarat. Asap tebal mengepul dan kami tak dapat melihat apa-apa,” cerita Amira Esleem (14) di wilayah pinggiran Sabra, Gaza City.
Baca juga : Ada Titik Terang Gencatan Senjata di Palestina-Israel
Ia mengatakan, beberapa bagian rumahnya runtuh. Amira dan tiga anggota keluarganya mengalami luka-luka. Dalam 11 hari pertempuran sejak 10 Mei, menurut badan PBB, hampir 450 bangunan di Gaza hancur atau rusak berat, termasuk 6 rumah sakit dan 9 pusat layanan kesehatan utama. Lebih dari 52.000 warga di Gaza mengungsi dari rumahnya.
Televisi Israel, Channel 13, menyebutkan, Israel akan meningkatkan serangan atas Jalur Gaza sebelum diumumkan gencatan senjata. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak desakan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menginginkan ”deeskalasi signifikan”, Rabu lalu. Ia bertekad ”melanjutkan operasi hingga sasaran tercapai”.
Faksi-faksi Palestina, khususnya Hamas, Kamis, juga melancarkan serangan balik dengan menembakkan roket ke kota Beersheba (sekitar 41 kilometer arah timur Gaza City) dan Ashkelon (sekitar 21 kilometer utara Gaza City). Tidak ada laporan korban ataupun kerusakan di Israel.
Baca juga : Hindari Perpecahan, Masyarakat Diminta Hentikan Perdebatan Israel-Palestina
Pertempuran di Palestina-Israel mulai meletus pada 10 Mei saat Hamas menembakkan roket ke Jerusalem menyusul bentrokan antara warga Palestina dan polisi Israel di Masjid Al Aqsa bulan Ramadhan serta rencana Israel menggusur warga Palestina dari rumah-rumah mereka di Distrik Sheikh Jarrah, Jerusalem Timur.
Pejabat kesehatan di Gaza menyebutkan, hingga Kamis sedikitnya 230 warga Palestina—termasuk 65 anak-anak dan 39 perempuan—tewas serta lebih dari 1.700 warga luka-luka. Adapun otoritas Israel melaporkan, sebanyak 12 orang di Israel—termasuk seorang anak dan seorang tentara—tewas serta 336 orang dirawat karena cedera.
Mulai Jumat sore
Baku serang dengan jet tempur dan rudal serta roket antara Hamas dan Israel itu diharapkan berakhir Jumat sore ini waktu setempat. Mengutip pejabat keamanan Mesir, Asharq al-Awsat melansir, kedua belah pihak secara prinsip menyetujui gencatan senjata dalam dua tahap mulai Jumat sore ini.
Tahap pertama, gencatan senjata dilakukan mulai Jumat sore sebelum memasuki hari Sabat, hari libur Yahudi yang dimulai setelah terbenamnya matahari pada Jumat. Tahap kedua, segera memulai perundingan Hamas-Israel dengan mediasi Mesir dan AS yang jadwal waktunya ditentukan kemudian berdasarkan kompromi kedua belah pihak dalam pelaksanaan gencatan senjata.
Israel di antaranya meminta bisa tercapai gencatan senjata jangka panjang di Jalur Gaza, seperti gencatan senjata mereka dengan Hezbollah pada perang Lebanon tahun 2006. Sejak itu hingga hari ini tidak lagi meletus perang besar Israel dengan faksi di Lebanon itu.
Adapun Hamas dan Jihad Islami menuntut Israel tidak melakukan aksi provokasi lagi di kompleks Masjid Al Aqsa dan Distrik Sheikh Jarrah sebagai imbalan gencatan senjata.
Baca juga : Konflik di Sheikh Jarrah, Potret Legalisasi Penggusuran Palestina di Jerusalem Timur
Televisi Al Arabiya, yang berbasis di Dubai, juga mengonfirmasi telah tercapai kesepakatan secara prinsip mengenai draf kesepakatan gencatan antara Hamas dan Israel.
”Saya kira mediasi gencatan senjata akan berhasil. Rumusnya jelas, jika mereka mengurangi (serangan), kami juga mengurangi. Jika mereka berhenti menembaki Gaza, kami juga berhenti menembaki Tel Aviv,” ujar Wakil Kepala Biro Politik Hamas Mosa Mohammed Abu Marzook.
Televisi Israel, Kan dan Channel 12, mengutip pejabat militer dan politik Israel, melansir, tidak ada gencatan senjata sebelum hari Jumat. Kabinet mini Israel urusan politik dan keamanan dijadwalkan menggelar sidang darurat, Kamis malam pukul 19.00 waktu Israel atau pukul 24.00 WIB, untuk membahas genjatan senjata.
Dalam sepekan terakhir, berbagai kekuatan regional maupun internasional, seperti PBB, AS, Rusia, China, Mesir, Jordania, Qatar, dan Arab Saudi, menekan Hamas dan Israel agar segera mencapai kesepakatan gencatan senjata. Di New York, AS, Majelis Umum PBB menggelar sidang membahas situasi di Palestina dan Israel.
”Saya sangat terguncang oleh terus berlangsungnya gempuran udara dan artileri oleh Angkatan Bersenjata Israel di Gaza,” kata Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, dalam pidatonya. ”Penembakan roket tanpa pandang bulu oleh Hamas dan kelompok-kelompok lain juga tidak bisa diterima.”
Baca juga : Hentikan Serangan, Demi Masa Depan Anak-anak
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi juga menghadiri sidang Majelis Umum PBB itu. Setiba di New York, Rabu, Retno bertemu dengan Presiden Majelis Umum PBB Volkan Bozkir dan presiden Dewan Keamanan (DK) PBB yang saat ini dijabat China. Ia dijadwalkan juga bertemu dengan Guterres dan para koleganya dari Turki, Palestina, Kuwait, serta utusan khusus AS untuk Afghanistan.
”Kita harus tetap berkomitmen dan bersatu dalam upaya melawan tindakan ilegal Israel (demi) menuju penghentian pendudukan Palestina. Kita harus bertindak sekarang, bersama. Perserikatan Bangsa-Bangsa harus bertindak sekarang,” ujar Retno dalam pidatonya di sidang Majelis Umum PBB, Kamis.
Ia mendesak gencatan senjata, penghentian kekerasan, dan akses kemanusiaan di Palestina. Retno juga mendorong perundingan di antara semua pihak bertikai di Palestina dengan fasilitasi pihak yang tepercaya.
Dalam tiga kali sidang membahas isu Palestina-Israel, DK PBB gagal mengeluarkan pernyataan akibat veto AS. Perancis juga mengajukan rancangan resolusi gencatan senjata, tetapi kembali dihadang AS.
Sidang Dewan HAM
Secara terpisah, Dewan HAM PBB mengumumkan akan menyelenggarakan sidang khusus membahas situasi di Palestina. Sidang yang dijadwalkan Kamis (27/5/2021) itu membahas ”situasi HAM mengerikan wilayah pendudukan Palestina, termasuk Jerusalem Timur”. Sidang ini digelar atas permintaan Pakistan selaku koordinator Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan otoritas Palestina.
Sidang Dewan HAM PBB akan membahas kemungkinan adanya pelanggaran kejahatan perang dalam perang Gaza. Amnesty International menyebut, serangan atas rumah penduduk sipil tanpa ada pemberitahuan sebelumnya merupakan kejahatan perang. Lembaga itu mengklaim telah mencatat data beberapa serangan atas rumah penduduk sipil di Jalur Gaza yang dilakukan Israel tanpa memberi tahu sebelumnya.
Amnesty International akan meminta pengadilan pidana internasional menyeret para pejabat militer Israel ke meja hijau dengan tuduhan terlibat kejahatan perang.
Baca juga : Stop Perang, Jangan Tambah Korban
Sepanjang hari Kamis kemarin, Israel dan faksi-faksi Palestina di Jalur Gaza masih terus saling melancarkan serangan meskipun secara umum skala serangan lebih rendah dibandingkan hari-hari sebelumnya. Selama Kamis dini hari, faksi-faksi Palestina di Jalur Gaza, termasuk Hamas, tidak menembakkan satu roket pun ke arah sasaran di Israel.
Faksi-faksi Palestina mulai lagi menembakkan roket ke arah sasaran Israel dekat Jalur Gaza pada Kamis siang sebagai reaksi atas Israel yang masih terus melancarkan gempuran di berbagai titik di jalur Gaza. Pesawat tempur Israel masih terus melakukan gempuran atas Distrik Jabaliya dan Beit Lathiya di Jalur Gaza Utara serta Distrik al-Bariej di Jalur Gaza Tengah.
Israel juga meggempur jalanan di kota Rafah di Jalur Gaza Selatan dan di kota Khan Younes di Jalur Gaza Tengah, sehingga jalanan di dua kota tersebut mengalami rusak parah yang tidak bisa lagi dilalui mobil. Israel menggempur pula rumah-rumah penduduk di berbagai area di Jalur Gaza.
Sebaliknya, sayap militer Hamas, Brigade al Qassam, membalas dengan menembakkan roket kornet ke arah bus yang membawa pasukan Israel dekat Jalur Gaza. Serangan itu membawa korban luka-luka seorang anggota pasukan Israel. Brigade al-Qassam juga menembakkan roket ke arah pangkalan militer Israel, Re’im, di Negev Barat dekat Jalur Gaza.
Menurut kantor penerangan pemerintah Hamas di Jalur Gaza, selama 10 hari perang Gaza, sebanyak 184 gedung tinggi (tower) hancur akibat gempuran Israel yang membawa kerugian sekitar 92 juta dollar AS.
Baca juga : Drama Detik-detik Serangan Roket Israel Luluh Lantakkan Gedung Kantor Berita AP
Kantor penerangan tersebut dalam keterangan persnya pada Kamis mengungkapkan, sebanyak 1.335 rumah penduduk hancur total dan 13.000 rumah penduduk mengalami kerusakan berat dan ringan akibat gempuran Israel yang membawa kerugian 322 juta dollar AS. Ditambahkan, korban tewas dari pihak Palestina hingga Kamis pagi kemarin mencapai 230 korban, di antaranya 65 anak kecil dan 39 perempuan, serta 1.710 korban luka-luka. Dari pihak Israel, sebanyak 12 korban tewas.
Pihak militer Israel mengklaim, Hamas dan faksi-faksi Palestina telah menembakkan 4.070 roket ke Israel selama 10 hari perang Gaza dan sistem antiserangan rudal Iron Dome mencegat 90 persen dari roket tersebut. (AFP/AP/REUTERS/RAZ/SAM)