Setelah menghancurkan gedung tempat media berkantor, Israel mengincar rumah tokoh senior Hamas. Proses mediasi sudah diinisiasi sejumlah negara, tetapi tidak akan mudah karena Israel dan Hamas tak mau mundur.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
GAZA CITY, MINGGU — Militer Israel mengebom rumah Yehya al-Sinwar, pemimpin urusan politik dan sayap militer paling senior kelompok Hamas, di wilayah Khan Younis, Gaza City. Sinwar pernah ditahan di penjara Israel kemudian dibebaskan pada 2011. Sedikitnya 153 orang tewas di Gaza, 42 korban di antaranya anak-anak, sejak serangan udara Israel, Senin lalu.
Selain Sinwar, Israel mengaku menyasar saudara laki-laki Sinwar, Muhammad, yang juga anggota senior di Hamas. Muhammad diduga bertugas menangani urusan logistik dan anggota Hamas. Sebelumnya, Israel mengklaim menghancurkan rumah salah satu tokoh senior Hamas untuk urusan politik, Khalil al-Hayeh. Namun, kedua tokoh itu dikabarkan tidak berada di dalam rumah saat serangan terjadi karena sedang bersembunyi.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dijadwalkan akan membicarakan konflik terparah Israel-Palestina ini pada Minggu (16/5/2021). Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Sabtu lalu, melalui Juru Bicara PBB Stephane Dujarric, mengingatkan semua pihak berkepentingan bahwa serangan terhadap warga sipil dan bangunan media melanggar hukum internasional.
Namun, peringatan ini tak diindahkan, baik oleh Israel maupun Hamas. Serangan udara Israel menghancurkan gedung bertingkat 12 lantai Al-Jala yang menjadi markas kantor berita Amerika Serikat, Associated Press (AP), dan media Qatar, Al Jazeera.
Militer Israel menyatakan gedung Al-Jala itu menjadi salah satu sasaran mereka karena di dalamnya juga ada kantor militer Hamas. Sebelum penyerangan, Israel mengaku telah memberikan peringatan supaya warga sipil bisa keluar dari gedung itu terlebih dulu. Pihak AP mengecam serangan itu dan meminta Israel memberikan bukti bahwa di gedung itu memang ada kantor Hamas.
”Tidak ada indikasi Hamas ada di gedung itu atau berkegiatan apa pun di sana. Kami rutin mengecek ini. Kami tidak akan pernah membahayakan wartawan kami,” kata Presiden dan CEO AP Gary Pruitt, dalam pernyataan tertulisnya.
Kantor berita AP sudah beroperasi di gedung itu selama 15 tahun. Selama konflik Israel dan Hamas, kamera AP merekam gambar dari atap gedung selama 24 jam. Sebelum menyerang, Israel mengaku sudah menghubungi pemilik gedung itu dan memperingatkan bahwa mereka akan menyerang sekitar satu jam ke depan. Seluruh karyawan di gedung itu kemudian dievakuasi. Tak lama kemudian, tiga rudal menghantam gedung itu hingga ambruk.
Guna membalas serangan Israel ke gedung Al-Jala, kata Israel, Hamas menembakkan 120 roket ke arah Tel Aviv dan Beersheba sepanjang Sabtu malam. Akibatnya, 10 orang terluka saat mereka hendak menyelamatkan diri ke tempat berlindung. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, Israel tidak akan mundur dan akan tetap melawan Hamas sepanjang masih dirasa perlu.
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, ketika berbicara di hadapan pengunjuk rasa di Doha, Qatar, menegaskan, pihak Israel-lah yang memicu konflik ini. ”Para zionis berpikir mereka bisa menghancurkan Masjid Al-Aqsa. Mereka pikir bisa memindahkan rakyat kita di Sheikh Jarrah. Saya meminta Netanyahu, jangan bermain api,” ujarnya.
Sejak Senin lalu, Hamas, Jihad Islam, dan kelompok militan lain sudah menembakkan sekitar 2.000 roket dari Gaza. Sebaliknya, Israel telah meluncurkan 1.000 serangan udara dan artileri ke lokasi-lokasi yang diklaim berada di bawah kekuasaan Hamas. Netanyahu menuding Hamas melakukan kejahatan perang ganda dengan menyerang warga sipil dan menggunakan warga sipil Palestina sebagai ”perisai manusia”.
Utusan khusus Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Hady Amr, tiba di Israel, Jumat lalu, untuk membicarakan isu ini. Biden sudah berbicara dengan Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Sabtu malam. Namun, proses mediasi ini tak mudah lantaran AS dan mayoritas negara-negara barat tidak berbicara dengan Hamas karena dianggap sebagai organisasi teroris. (REUTERS/AP)