Paus Fransiskus Serukan Penghentian Kekerasan di Jerusalem
Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus menyerukan penghentian kekerasan di Jerusalem setelah warga Palestina yang tengah beribadah mendapatkan kekerasan fisik dari aparat keamanan Israel.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
VATIKAN, MINGGU — Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus menyerukan diakhirinya kekerasan di Jerusalem. Ia mengajak semua pihak mencari resolusi bersama. Tindakan kekerasan dinilai tidak akan menyelesaikan masalah.
Seruan itu disampaikan Paus Fransiskus seusai menyampaikan doa Regina Caeli dari jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus di Vatikan, Minggu (9/5/2021). Paus mengatakan, dirinya mengikuti secara khusus peristiwa yang terjadi di Jerusalem dalam beberapa pekan terakhir ini.
Dalam seruannya, Paus Fransiskus mengajak semua pihak mencari penyelesaian bersama terhadap peristiwa yang terjadi di Kota Tua Jerusalem, kota yang menjadi identitas multiagama dan multibudaya kota suci tersebut. Penyelesaian damai perlu dicari agar persaudaraan antarumat manusia dan umat beragama tetap terjalin.
”Saya mengajak semua orang untuk mencari resolusi bersama sehingga identitas multiagama dan multibudaya kota suci bisa dihormati dan agar persaudaraan bisa menang. Kekerasan hanya menghasilkan kekerasan. Mari kita hentikan bentrokan ini,” katanya.
Paus mengatakan, seruan dan doa itu dia panjatkan agar lokasi yang menjadi pusat konflik, yaitu kompleks Masjidil Aqsa di Kota Tua Jerusalem tetap berfungsi sebagai tempat pertemuan, tempat doa dan perdamaian. Bukan tempat untuk terjadi bentrokan, kekerasan, dan penindasan.
Kekerasan yang terjadi selama beberapa pekan terakhir sepanjang bulan Ramadhan, bulan suci bagi umat Muslim, mencapai puncaknya setelah pada Jumat (7/5/2021) malam ratusan warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi antihuru-hara Israel.
Minggu dini hari, bentrokan dilaporkan kembali terjadi antara ribuan jemaah Muslim dan aparat keamanan di gerbang kompleks Mesjid Al-Aqsa di Kota Tua Jerusalem. Sejumlah video yang diunggah ke media sosial memperlihatkan polisi menembakkan granat kejut ke kerumunan jemaah dan dibalas dengan lemparan botol air dan batu.
Lusinan warga Palestina terluka akibat bentrokan dengan aparat keamanan saat mereka tengah menjalani ritual ibadah Ramadhan yang akan berakhir beberapa hari lagi. Umat Islam di seluruh dunia, pada pekan terakhir Ramadhan, memperdalam ibadahnya, khususnya pada malam ganjil untuk mencoba mendapatkan apa yang disebut dalam Al Quran sebagai lailatulkadar, sebuah malam yang memiliki nilai ibadah yang lebih dibandingkan dengan malam-malam lainnya. Biasanya umat Muslim memilih menjalani ritual ini di masjid.
Kompleks Masjidil Aqsa merupakan tempat paling suci ketiga bagi umat Islam setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Umat Yahudi juga mengklaim kompleks itu sebagai tempat suci mereka. Lokasi itu dikenal sebagai Temple Mount atau Bukit Bait Suci bagi warga Yahudi.
Desakan Jordania
Seruan terbaru agar aparat keamanan Israel menghentikan tindakan brutalnya terhadap warga Palestina yang tengah beribadah datang dari Pemerintah Jordania. ”Apa yang dilakukan oleh polisi dan pasukan khusus Israel, dari pelanggaran terhadap masjid hingga serangan terhadap jemaah, adalah (perilaku) barbar yang tidak bisa diterima dan harus dikecam,” kata Pemerintah Jordania dalam sebuah pernyataan.
Jordania, yang memiliki hak pengelolaan atas situs-situs Muslim dan Kristen di Jerusalem, mengatakan bahwa Israel harus menghormati jemaah dan hukum internasional yang melindungi hak-hak warga Arab.
Menteri Luar Negeri Jordania Ayman Safadi mengatakan, Jordania yang kehilangan Jerusalem Timur dan Tepi Barat dalam perang Arab-Israel 1967 akan melakukan yang terbaik untuk melindungi hak-hak warga Palestina dari klaim kepemilikan oleh pemukim Yahudi.
”Israel sebagai pasukan pendudukan memikul tanggung jawab untuk melindungi hak-hak warga Palestina di rumah mereka,” kata Safadi dalam komentarnya di media pemerintah.
Pemerintah Israel bergeming dari tekanan dunia internasional atas tindakan aparat keamanannya yang brutal terhadap jemaah Masjidil Aqsa. Sebaliknya, aparat keamanan memberikan lampu hijau pelaksanaan parade tahunan Hari Jerusalem yang menurut rencana akan melewati Kota Tua Jerusalem di tengah situasi yang memanas.
Juru bicara kepolisian Israel, Eli Levi, Minggu (9/5/2021), menyatakan bahwa tidak ada rencana untuk membatalkan parade Hari Jerusalem meski gesekan meningkat dan ada potensi kekerasan. Dia mengatakan, polisi terus-menerus menilai situasi.
Pawai yang akan dilakukan pada Senin (10/5/2021) sore ini menandai pencaplokan Israel atas wilayah Jerusalem Timur pasca-Perang Arab-Israel tahun 1967. Biasanya pawai dihadiri kaum nasionalis garis keras Israel, yang berjalan melalui Gerbang Damaskus Kota Tua dan melalui Muslim Quarter ke Tembok Barat, situs paling suci tempat penganut Yahudi berdoa.
Pawai itu bertepatan dengan keputusan Mahkamah Agung Israel tentang nasib puluhan warga Palestina yang memerangi upaya pemukim Israel untuk mengusir mereka dari rumah mereka di lingkungan Arab di Jerusalem, Sheikh Jarrah.
Berbicara dalam pertemuan Kabinet, Minggu (9/5/2021), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel ”tidak akan membiarkan para ekstremis mengguncang ketenangan di Jerusalem. Aparat keamanan, menurut dia, menegakkan hukum dan ketertiban dengan tegas dan bertanggung jawab. ”Kami akan terus mempertahankan kebebasan beribadah untuk semua agama, tetapi kami tidak akan membiarkan gangguan kekerasan,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)