Penyebab India Mengalami Krisis Oksigen di Tengah Hantaman Pandemi Covid-19
India memproduksi oksigen lebih banyak dari kebutuhan. Masalahnya, pengiriman dari pabrik ke rumah sakit-rumah sakit di berbagai penjuru butuh waktu lama. Ini salah satu penyebab krisis oksigen saat pandemi Covid-19.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
Foto dan video yang menggambarkan orang sesak napas di berbagai rumah sakit India terus beredar. Di banyak rumah sakit, keluarga berjuang untuk mencari ruangan, sementara pasien berjuang untuk bisa terus bernapas.
Pusat Pendataan Perawatan Covid-19 India mencatat, sebanyak 54,4 persen pasien membutuhkan pasokan oksigen. Dengan kata lain, sekitar 1,67 juta pasien dari 3,08 juta kasus Covid-19 aktif di India pada Kamis (29/4/2021) butuh oksigen. Mereka tersebar di negara berpenduduk 1,39 miliar jiwa itu. Pada September 2020, paling banyak 500.000 pasien butuh oksigen.
Pada Oktober 2020, Kementerian Kesehatan India sebenarnya sudah memprogramkan penambahan pasokan oksigen. Dari 162 izin pendirian pabrik oksigen yang diberikan New Delhi, baru 59 terealisasi dan 80 lagi diharapkan terwujud pada akhir Mei 2021.
”Masalahnya bukan hanya produksi. Mengirimkan oksigen ke daerah terpencil adalah persoalan terbesar,” kata Presiden Asosiasi Produsen Gas India (AIIGMA) Saket Tiku, kepada Indian Express.
Klaim Tiku tidak salah. Data New Delhi menunjukkan kapasitas produksi oksigen India mencapai 7.127 metrik ton setiap hari. Sementara hingga pertengahan April 2021, kebutuhan oksigen medis tidak sampai 4.000 metrik ton per hari. Dengan kata lain, praktis tidak ada kendala produksi.
Kendala jalur logistik
Masalahnya ada di jalur logistik. Karena mudah terbakar, oksigen harus dikemas dalam tangki khusus dan diantarkan dengan angkutan dan aturan khusus pula. Data resmi Pemerintah India mencatat, total terdapat 1.172 mobil pengangkut oksigen di negara itu.
Mobil pengangkut oksigen tidak boleh melaju lebih dari 40 kilometer per jam. Hal itu untuk mencegah mobil tersebut kehilangan kendali kala dikendarai terlalu cepat. Kecelakaan pada kendaraan pengangkut oksigen bisa memicu bahaya lebih besar, baik berupa ledakan di jalan raya maupun tentu saja korban jiwa.
Selain pelan dan sedikit, mobil pengangkut oksigen juga hanya beroperasi siang hari. Tidak ada pengiriman antara pukul 18.00 dan 05.00 waktu setempat.
Dalam situasi pandemi, memang ada perubahan kebijakan. Salah satu produsen oksigen terbesar India, Inox, mengoperasikan 500 mobil tanpa henti dari pagi sampai pagi lagi. Seperti dilaporkan BBC, Inox memasok 2.000 metrik ton oksigen untuk 800 rumah sakit.
Oksigen diproduksi dengan mesin untuk mengembunkan udara sehingga dihasilkan oksigen cair dengan kemurnian 99,5 persen. Dari mesin pengembun, oksigen dipindahkan ke tangki penyimpan.
Dari tangki itu, oksigen dipindah lagi ke mobil pengangkut dengan tangki khusus untuk menjaga suhu oksigen tetap dingin. Suhu harus dijaga tetap di bawah nol derajat celsius agar oksigen tidak menguap dalam perjalanan menuju agen distribusi di daerah. Di agen, oksigen diuapkan, lalu dimasukkan tabung untuk dikirim ke rumah sakit dan klinik.
Sebagian rumah sakit punya tangki besar sehingga memudahkan distribusi. Sementara sebagian rumah sakit dan klinik mengandalkan tabung-tabung yang membutuhkan waktu lebih banyak untuk pengisian dan kendaraan lebih banyak untuk pengangkutan.
Sejak proses pengembunan sampai tiba di rumah sakit, butuh rata-rata 3 hari. Proses pengembunan ke tangki penyimpanan pabrik paling lama bisa 2,5 hari. Sementara distribusi dari pabrik ke pengguna akhir bisa menghabiskan paling sedikit 10 jam.
Jika proses produksi tidak dapat dipercepat lagi waktunya, berbeda dengan proses pengantaran. New Delhi telah menggunakan pesawat militer dan kereta untuk mengantar tangki oksigen ke daerah yang jauh. Menggunakan pesawat untuk alasan kecepatan dan menggunakan kereta untuk alasan tambahan kapasitas.
Di Maharashtra, dibuat rumah sakit darurat berkapasitas 500 ranjang di dekat pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Keputusan itu untuk memangkas persoalan pengiriman oksigen yang bisa diproduksi PLTP. Dari PLTP, dibuat saluran untuk mengantar oksigen ke ranjang-ranjang.
”Ini kejadian 100 tahun sekali, tidak ada yang menduga akan membutuhkan oksigen sebanyak sekarang. Inilah mengapa infrastruktur tidak pernah dibangun,” kata seorang pejabat Inox, Siddharth Jain, kepada Forbes. (AFP/REUTERS)