Pemimpin Protes Myanmar Dituduh Membunuh dan Berkhianat
Wai Moe Naing ditangkap pada 15 April 2021 ketika petugas keamanan menabraknya dengan mobil. Tindakan aparat itu dilakukan saat Moe Naing tengah memimpin demonstrasi menggunakan sepeda motor di pusat kota Monywa.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
YANGON, RABU — Junta militer Myanmar sedang berusaha untuk mengajukan tuduhan pembunuhan dan pengkhianatan terhadap salah seorang pemimpin utama kampanye protes melawan kekuasaan militer, Wai Moe Naing. Moe Naing, seorang Muslim berusia 25 tahun, telah muncul sebagai salah seorang pemimpin oposisi paling terkenal terhadap kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin Aung San Suu Kyi.
Moe Naing ditangkap pada 15 April 2021 ketika petugas keamanan menabraknya dengan mobil. Tindakan aparat itu dilakukan saat Moe Naing tengah memimpin demonstrasi menggunakan sepeda motor di pusat kota Monywa. Televisi Myanmar, dalam buletin berita malam utamanya, menyiarkan daftar dakwaan yang diajukan terhadapnya, termasuk pembunuhan dan pengkhianatan. Dakwaan itu dikatakan telah diajukan junta ke polisi. Tidak diketahui apakah Moe Naing memiliki pengacara atau tidak yang mendampingi dirinya dalam proses hukum itu.
Protes prodemokrasi telah terjadi di kota-kota besar dan kecil di seluruh negeri sejak kudeta. Monywa salah satu pusat oposisi utama di Myanmar. Seruan pembangkangan sipil kembali digaungkan para pemrotes pada tengah pekan ini. Militer telah menindak aksi-aksi protes itu secara brutal sejak kudeta, diduga telah menewaskan lebih dari 750 warga sipil.
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang khawatir dengan gejolak di salah satu negara anggotanya, telah berusaha untuk mencari jalan keluar bagi Myanmar dari krisis. Seperti diwartakan, ASEAN telah menggelar pertemuan pada akhir pekan lalu di Jakarta. Pemimpin junta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, hadir dalam pertemuan itu.
Namun, pada Rabu (28/4/2021), pemerintah persatuan prodemokrasi Myanmar, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang dibentuk untuk menentang junta, mengesampingkan pembicaraan tentang krisis tersebut sampai semua tahanan politik dibebaskan. NUG, termasuk di dalamnya para anggota parlemen yang digulingkan oleh kudeta, tidak diundang ke pertemuan di Jakarta. Menurut NUG, ASEAN harus terlibat dengan NUG sebagai perwakilan sah rakyat.
”Sebelum dialog konstruktif dapat dilakukan, bagaimanapun, harus ada pembebasan tanpa syarat dari tahanan politik, termasuk Presiden U Win Myint dan Penasihat Negara Daw Aung San Suu Kyi,” kata Perdana Menteri NUG, Menteri Mahn Winn Khaing Thann, dalam sebuah pernyataan. Belum ada komentar langsung dari pejabat senior ASEAN. Juru bicara militer Myanmar tidak menjawab panggilan telepon untuk meminta konfirmasi aataupun komentar atas hal itu.
”Sebelum dialog konstruktif dapat dilakukan, bagaimanapun, harus ada pembebasan tanpa syarat dari tahanan politik, termasuk Presiden U Win Myint dan Penasihat Negara Daw Aung San Suu Kyi,” kata Perdana Menteri NUG, Menteri Mahn Winn Khaing Thann, dalam sebuah pernyataan.
Win Myint, Suu Kyi, dan para pemimpin Myanmar lainnya telah ditahan sejak kudeta. Kudeta itu digelar militer saat pemerintahan sipil sedang mempersiapkan masa jabatan kedua setelah menyapu bersih pada pemilihan umum yang digelar November tahun lalu. Militer berdalih harus merebut kekuasaan di Myanmar karena keluhan kecurangan pemilu tidak ditangani oleh komisi pemilu yang menganggap pemilu telah berjalan dengan jujur dan adil. Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik mengatakan, lebih dari 3.400 orang telah ditahan junta karena menentang kudeta.
Para pemimpin ASEAN mengatakan setelah pertemuan akhir pekan lalu bahwa mereka telah mencapai ”konsensus lima poin” tentang langkah-langkah untuk mengakhiri kekerasan dan mempromosikan dialog di Myanmar. Namun, junta menolak untuk menerima proposal ASEAN itu. Junta mengatakan akan mempertimbangkannya ”ketika situasi kembali stabil” dan memberikan rekomendasi yang memfasilitasi peta jalan militer sendiri.
Kekerasan berlanjut
Aksi kekerasan terhadap warga sipil dilaporkan terus berlanjut di sejumlah kota Myanmar. Para pengunjuk rasa berbaris untuk mendukung NUG di kota Mandalay pada Rabu, demikian laporan media Myanmar Now. Dua bom kecil—satu di Mandalay dan satu di kota utama Yangon—dilaporkan meledak dan melukai beberapa orang. Namun, sejauh ini tidak tidak ada klaim tanggung jawab atas peristiwa itu.
Pejabat Thailand melaporkan bahwa pertempuran antara militer Myanmar dan pemberontak etnis minoritas Karen di timur Myanmar juga meningkat. Militer Myanmar menggelar lebih banyak serangan udara di sejumlah wilayah yang diduga menjadi basis pertahanan etnis Karen. Serangan udara itu mengakibatkan para penduduk desa melarikan diri ke Thailand.
Pemberontak Karen merebut pos tentara Myanmar di dekat perbatasan Thailand pada Selasa dalam beberapa bentrokan paling intens sejak kudeta yang mencakup serangan udara oleh militer. Karen dan kekuatan etnis minoritas lainnya yang berbasis di daerah perbatasan telah mendukung penentang junta yang berbasis di perkotaan. Bentrokan juga terjadi di Negara Bagian Chin, yang berada di perbatasan dengan India, antara aktivis antikudeta dan pasukan keamanan. Myanmar Now melaporkan 30 tentara pemerintah tewas dalam empat hari bentrokan di sana. (AFP/REUTERS)