Meski satu miliar lebih vaksin Covid-19 telah diberikan, pandemi belum juga mereda. Beberapa negara justru melaporkan lonjakan kasus baru dalam beberapa pekan terakhir.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
ANKARA, SELASA — Turki akan memberlakukan ”karantina penuh” secara nasional mulai Kamis (29/4/2021) pukul 16.00 hingga 17 Mei pukul 02.00 waktu setempat untuk menekan penyebaran kasus dan kasus meninggal akibat Covid-19.
Hal itu diumumkan Presiden Recep Tayyip Erdogan seusai rapat kabinet, Senin (26/4). Erdogan mengatakan, semua perjalanan antarkota akan membutuhkan persetujuan resmi, semua sekolah ditutup dan menerapkan pembelajaran daring, pengguna transportasi publik juga akan dibatasi dengan ketat.
Warga Turki juga harus tinggal di dalam rumah kecuali untuk keperluan esensial, seperti berbelanja dan pengobatan. Kelompok tertentu, termasuk pekerja layanan darurat dan pegawai di sektor makanan dan manufaktur, dikecualikan dalam aturan ini.
”Saat Eropa berada dalam fase pembukaan kembali, kami perlu menurunkan kasus dengan cepat ke level di bawah 5.000 agar tidak tertinggal. Jika tidak, kerugian di berbagai sektor tidak akan terhindarkan, mulai dari pariwisata hingga perdagangan dan pendidikan,” kata Erdogan.
”Kebijakan ini akan diterapkan dengan ketat untuk memastikan memberikan hasil yang kami harapkan,” kata Erdogan.
Kementerian Kesehatan Turki menyatakan, dalam 24 jam terakhir, terdapat 37.312 kasus Covid-19 baru dan 353 kasus meninggal. Meski telah menurun dibandingkan dengan pertengahan April, penambahan kasus itu menempati urutan keempat terbanyak di dunia dan yang terparah jika dilihat per kapita di antara negara-negara besar.
Dua minggu lalu, Turki mengumumkan jam malam mulai dari pukul 19.00 sampai pukul 05.00 di hari biasa dan karantina penuh di akhir pekan menyusul melonjaknya kasus baru Covid-19. Namun, intervensi ini terbukti tidak cukup untuk menekan laju infeksi.
Di Asia, Thailand melaporkan 15 kasus meninggal baru akibat Covid-19. Ini merupakan rekor harian ketiga dalam empat hari terakhir. ”Jika kita tidak menapis orang yang bisa menyebarkan virus korona, akan ada wabah dan mutasi berikutnya yang membuat vaksinasi tidak efektif,” tulis Thiravat Hemachudha, Kepala Pusat Penyakit Infeksi Baru Palang Merah Thailand di Facebook.
Komentar itu muncul saat kritik publik terkait lambannya respons pemerintah terhadap lonjakan kasus terbaru dan vaksinasi yang lambat kian kencang. Bahkan, publik menyuarakan menteri kesehatan untuk mundur.
Kasus baru Covid-19 dan kasus meninggal di Thailand yang tercatat bulan ini menyumbang porsi yang dominan pada total kasus negara itu selama ini. Bulan ini ada 30.824 kasus Covid-19 dan 69 kasus. Adapun total kasus Covid-19 selama ini sebanyak 59.687 kasus dan 163 kasus meninggal.
Thailand telah menutup taman, gimnasium, bioskop, dan sekolah di Bangkok, tetapi mal dan restoran tetap buka. Denda sebesar 635 dollar AS juga diberlakukan bagi warga yang tidak memakai masker di tempat umum. Perdana menteri sendiri melanggar aturan ini.
Sementara itu, Focus Taiwan melaporkan bahwa Taiwan mengidentifikasi kasus baru Covid-19 domestik keduanya dalam seminggu ini dan lima kasus impor. Kasus domestik tersebut adalah perempuan warga negara Indonesia (WNI) berusia 40 tahunan yang merupakan istri pilot kargo China Airlines yang dinyatakan positif Covid-19 di Australia 20 April lalu.
Istri pilot itu kemudian diwajibkan menjalani karantina pada 21 April. Tes di hari pertama dan kedua karantina menunjukkan hasil negatif. Namun, pada 26 April ia mulai menunjukkan gejala Covid-19. Hasil tes ketiga pada Selasa 27 April menunjukkan bahwa perempuan itu positif Covid-19.
Hingga Selasa, terdapat 11 kasus Covid-19 terkait China Airlines dalam seminggu terakhir. Kasus tersebut termasuk dua pilot kargo Taiwan, dua pilot WNI (salah satunya dinyatakan positif di Australia) yang mengunjungi sebuah masjid bersama-sama, dua anggota keluarga dari salah seorang pilot WNI, dan lima pilot Taiwan lain. (REUTERS/AP)