China Pusat Produksi Lingerie, Korea Utara Pemesan Terbesar
Orang Amerika menyukai model lingerie yang cenderung lebih sensual, orang Eropa lebih suka yang lebih berkelas, dan warga China yang lebih tertutup. Warga Korea Utara senang dengan semua model produk itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
Sudut-sudut jalan di Guanyun selama beberapa generasi adalah daerah pesisir sepi mengikuti ”irama” penanaman gandum dan padi. Namun, hari-hari ini kawasan pertanian datar antara Beijing-Shanghai, China, itu memusatkan perhatiannya pada preferensi global atas lingerie atau aneka produk pakaian dalam. Siapa sangka, Korea Utara adalah penggemar terbesar semua model produksi Guanyun, mengalahkan pesanan konsumen Amerika Serikat dan Eropa.
Keberadaan Guanyun sebagai ”ibu kota” lingerie diproklamirkan sendiri oleh China. Pabrik-pabrik tingkat mikro di desa-desa Guanyun berhasil memenuhi 70 persen dari permintaan domestik atas produk itu yang tumbuh pesat belakangan. Di luar itu, lebih besar dari sisi jumlah produksi, lingerie Guanyun diekspor setiap tahun. Lewat dukungan internet, aneka kreasi produk dari ide yang paling ekstrem atas lingerie Guanyun mampu mengglobal.
Salah satu sosok penggagas produk-produk lingerie Guanyum adalah Lei Congrui. Dalam kesehariannya, pria kurus berusia 30 tahun itu berpenampilan dengan kuncir kuda plus mengenakan topi. Ia gemar bermain skateboard. Ia mengaku tidak sengaja akan hidup sebagai produsen lingerie.
Saat remaja, Lei mulai menghasilkan uang tambahan dengan menjajakan berbagai barang konsumsi di situs e-dagang China yang berkembang pesat 15 tahun lalu. ”Pelanggan terus bertanya apakah kami punya pakaian dalam. Saya belum pernah mendengarnya sebelumnya, tapi saya hanya menjawab ’ya’ dan kemudian mencari tahu apa itu,” katanya.
Lei ternyata mampu ”menemukan caranya” dan sekarang mempekerjakan lebih dari 100 orang. Ia mengaku merek produknya, yakni Midnight Charm, mampu menghasilkan pendapatan per tahun hingga 1,5 juta dollar AS. Lewat keberhasilannya sebagai penggerak awal, sosok dan cerita Lei pun menjadi inspirasi bagi ”revolusi industri” di Guanyun dan China secara makro.
Konsultan pasar iiMedia mengatakan, penjualan daring di China untuk produk terkait seksualitas tumbuh 50 persen pada 2019 menjadi 7 miliar dollar AS. Di tengah pandemi Covid-19, penjualan produk-produk itu di China tahun lalu diperkirakan tetap tumbuh dengan pertumbuhan sebesar 35 persen.
Pemerintah Guanyun mengatakan, saat ini ada lebih dari 500 pabrik yang mempekerjakan puluhan ribu karyawan dan menghasilkan pakaian dalam senilai lebih dari 300 juta dollar AS setiap tahun.
Pelonggaran sikap seksual di China secara umum memungkinkan semuanya itu terjadi. Komunisme meninggalkan warisan kesopanan yang berlaku. Pornografi dilarang dan pihak berwenang melakukan tindakan keras secara berkala terhadap apa pun yang dianggap vulgar. Namun, sikap yang lebih terbuka terhadap hal-hal yang berbau asing sebelumnya, dalam waktu yang lama telah membebaskan generasi muda, terutama perempuan, untuk lebih berekspresi.
Konsultan pasar iiMedia mengatakan, penjualan daring di China untuk produk terkait seksualitas tumbuh 50 persen pada 2019 menjadi 7 miliar dollar AS. Di tengah pandemi Covid-19, penjualan produk-produk itu di China tahun lalu diperkirakan tetap tumbuh dengan pertumbuhan sebesar 35 persen.
”Sikap kaum muda mengejar dan membawa sensualitas ke dalam rumah. (Pakaian dalam) menjadi populer,” kata Li Yue, pekerja pabrik pakaian dalam di Guanyun.
Ketika Lei pertama kali memulai usahanya, sebagian besar pembeli produknya rata-rata berusia di atas 30 tahun. Banyak dari pelanggannya adalah mereka yang pernah tinggal di luar negeri atau memiliki tingkat keterpaparan budaya asing tinggi. Namun, hal itu hanya bertahan hingga tahun 2013. Selepasnya, menurut Lei, lonjakan penjualan terjadi didorong oleh konsumen China yang lebih muda yang mulai menemukan sensualitas mereka. Sebagian besar pembeli sekarang berusia antara 22 dan 25 tahun.
Lei mengekspor 90 persen dari produksinya, sebagian besar ke AS dan Eropa. Volume yang signifikan juga dipesan oleh konsumen di kawasan Amerika Selatan. Pembeli Timur Tengah—lebih menyukai barang yang lebih panjang dan lebih sederhana—juga sangat aktif, seperti juga orang Afrika, yang menyukai percikan warna.
Pasar di Asia Tenggara pun berkembang pesat. Lei pernah mengaku mendapatkan pesanan terbesarnya dari pembeli misterius di Korut. Pesanan itu datang tahun 2012 dengan pesanan senilai 1 juta dollar AS. Namun, pelanggan itu tiba-tiba mundur tanpa penjelasan dan barang dagangan itu pun dijual di tempat lain.
Terkait desain, desain produk yang longgar dan tidak terlalu terbuka disukai di China pada satu dekade lalu. Namun, kini produk semi-transparan yang melekat pada tubuh lebih mendominasi. Orang Amerika menyukai model lingerie yang cenderung lebih sensual dan orang Eropa lebih suka yang lebih berkelas. Pesanan terbesar dari semua model produk itu datang dari Korut.
Industri lingerie telah mengubah Guanyun, dengan pabrik-pabrik yang tumbuh di sebelah ladang-ladang gandum. Pemerintah daerah itu telah membuka lahan di zona industri bertema lingerie seluas 690 hektar. Zona itu akan mengintegrasikan penelitian dan pengembangan, desain, aksesori kain, operasi e-dagang, pergudangan, hingga logistik industri lingerie.
Ekonomi warga daerah itu terlihat meningkat. Rumah dan mobil baru telah menjadi bagian dari perjalanan keberhasilan warga daerah itu. Ini kontras dengan wajah Guanyun beberapa waktu sebelumnya. Banyak dari sekitar satu juta penduduk di Guanyun harus pergi keluar kota. Mereka rata-rata menjalani kehidupan yang sulit sebagai pekerja migran di pabrik-pabrik yang jauh.
Tidak ada lagi pemandangan seperti itu, kata Li, seorang pekerja garmen. ”Bekerja jauh dari rumah, kamu akan rindu kampung halaman,” kata ibu dua anak itu. ”Perusahaan-perusahaan ini mengizinkan kami pulang untuk bekerja. Tidak mudah di luar sana.” (AFP)