Setelah berbulan-bulan berunding, Australia dan Selandia Baru sepakat mengaktifkan gelembung perjalanan dan untuk sementara meniadakan kewajiban karantina mandiri bagi warga kedua negara yang datang berkunjung.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Ratusan warga Selandia Baru dan Australia berbondong-bondong ke bandara setelah pemerintah kedua negara membuka perbatasan negara mereka melalui kebijakan gelembung perjalanan bilateral. Puluhan orang dari Australia mulai berdatangan di bandara-bandara Selandia Baru, Senin (19/4/2021). Begitu pula sebaliknya.
Perjalanan bebas karantina ini diaktifkan setelah ditutup selama setahun karena pandemi Covid-19. Bandara dipadati orang-orang yang sudah tak sabar menunggu anggota keluarganya karena sudah setahun tidak bertemu secara fisik.
Bahkan, penumpang dengan rute menuju Wellington, ibu kota Selandia Baru, mendapat sambutan ucapan ”Selamat Datang Whanau”, yang dalam bahasa Maori artinya ’keluarga besar’. Ucapan itu dicat di dekat landas pacu. Bahkan, di Bandara Auckland, ada kelompok paduan suara yang menyanyikan lagu ”Selamat Datang Kembali di Rumah”.
Suasana bandara penuh tangis haru dan tawa terlepas saat penumpang akhirnya bertemu kembali dengan keluarganya.
Danny Mather akhirnya bertemu dengan putrinya, Kristy Mather, dan cucunya yang masih bayi untuk pertama kalinya. Mereka tertahan selama 15 bulan di Sydney. ”Begitu ketemu, kami hanya bisa berpelukan lama dan menangis. Saya tidak bisa bicara apa-apa. Hanya senang bisa bertemu anak cucu saya lagi,” ujar Danny Mather.
Dibukanya perbatasan ini bagi Lorraine Wratt, warga Selandia Baru yang tak bisa pulang karena perbatasan ditutup, bagaikan mukjizat. ”Kami datang ke Australia pada 11 Desember untuk merayakan Natal bersama anak-anak yang tinggal di Sydney. Menurut rencana pulang Februari, tetapi tidak bisa. Rasanya seperti mimpi buruk,” ujarnya.
Pemerintah Australia dan Selandia Baru akhirnya mengaktifkan gelembung perjalanan khusus di antara keduanya.
Rutin ditinjau
Setelah selama berbulan-bulan berunding, Australia dan Selandia Baru sepakat mengaktifkan gelembung perjalanan dan untuk sementara meniadakan kewajiban karantina mandiri bagi warga kedua negara yang datang berkunjung. Kebijakan ini akan rutin ditinjau dan jika kondisi memungkinkan, gelembung perjalanan akan bisa diperluas ke negara lain.
Sebagian besar negara bagian Australia sudah memberlakukan perjalanan bebas karantina bagi warga Selandia Baru sejak akhir tahun lalu. Sebaliknya, Selandia Baru mewajibkan karantina bagi siapa pun yang datang dari Australia karena khawatir dengan penyebaran Covid-19 yang sifatnya sporadis.
”Gelembung perjalanan ini menandai langkah penting dalam upaya Selandia Baru berhubungan lagi dengan dunia dan kami harus berbangga dengan ini,” kata Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.
Dengan membuka pintu perbatasan kembali, Ardern mengatakan, PM Australia Scott Morrison berencana berkunjung ke Selandia Baru dalam waktu dekat. Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne juga akan bertolak ke Selandia Baru pada Rabu mendatang.
Maskapai penerbangan Qantas akan menambah jumlah penerbangan antarkedua negara itu menjadi sekitar 200 penerbangan setiap pekan. Sementara maskapai Air New Zealand menambah penerbangan menjadi 30 kali per hari dan semua penerbangan 97 persen penuh. Biasanya, Air New Zealand hanya terbang 2-3 kali per hari.
Meski perbatasan sudah dibuka, Morrison dan Ardern mengingatkan warganya untuk mempersiapkan diri jika tiba-tiba ada perubahan kebijakan apabila wabah Covid-19 kembali melanda.
Kedua pemimpin juga membuka kemungkinan memperluas perjalanan bebas karantina ke negara lain di kawasan Pasifik jika hal itu dinilai aman dilakukan.
Sedikitnya 1,5 juta warga Australia berkunjung ke Selandia Baru pada 2019, satu tahun sebelum pandemi Covid-19 memaksa Selandia Baru menutup perbatasan internasional. Pengunjung dari Australia yang berjumlah sekitar 40 persen dari total seluruh pengunjung itu membelanjakan 1,93 miliar dollar AS.
Lebih dari 500.000 orang kelahiran Selandia Baru tinggal di Australia atau 2 persen dari total populasi Australia yang jumlahnya mencapai 26 juta jiwa.
Pada hari pertama perbatasan dibuka, lebih banyak orang yang pergi ke Selandia Baru adalah warga Selandia Baru yang terdampar di Australia. Wisatawan dari Australia diperkirakan akan datang pada saat libur sekolah.
”Australia dan Selandia Baru seperti satu negara yang besar. Bagus, akhirnya perbatasan dibuka karena banyak keluarga bisa bersatu kembali,” kata Mehat El Masri yang sedang menunggu anaknya yang tinggal di Sydney dan belum bertemu 16 bulan.
Baik Australia maupun Selandia Baru sama-sama menutup pintu perbatasannya untuk warga nonpenduduk dan pemukim permanen lebih dari satu tahun lalu. Bagi pendatang asing, kedua negara itu menetapkan semua pendatang harus menjalani karantina di hotel selama dua pekan dengan biaya sendiri.
Australia mencatat, 29.500 kasus Covid-19 dan 910 orang meninggal sejak awal pandemi. Sementara di Selandia Baru terdapat 2.200 kasus dan 26 orang meninggal.
Saat ini Australia tengah mempertimbangkan membuka gelembung perjalanan dengan Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan. Adapun Selandia Baru tengah mempertimbangkan negara-negara kecil di Pasifik, seperti Pulau Cook dan Tuvalu.
”Kebijakan gelembung perjalanan ini akan dilakukan dengan hati-hati dan penuh perhitungan,” kata Morrison. (REUTERS/AFP/AP)