Kematian Kasus Covid-19 Meroket, Krematorium di India Bekerja Nonstop
Sejumlah krematorium di beberapa kota di India melaporkan lonjakan kremasi dan pemakaman dengan protokol Covid-19. Jumlah kasus kematian akibat Covid-19, yang dicatat dari kremasi, lebih tinggi dibandingkan data resmi.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
AHMEDABAD, SELASA — Krematorium di banyak negara bagian di India terus bekerja nonstop menyusul tingginya kasus baru dan kasus meninggal akibat Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir. Bahkan, aktivitas kremasi yang nyaris tanpa henti membuat beberapa bagian logam krematorium meleleh karena panas.
”Kami bekerja setiap hari dengan kapasitas 100 persen untuk mengkremasi jenazah,” kata Kamlesh Sailor, pemimpin sebuah yayasan yang mengelola krematorium di kota Surat, Negara Bagian Gujarat, India, Selasa (20/4/2021).
Dengan banyaknya rumah sakit yang penuh dan kekurangan oksigen juga obat-obatan akibat lonjakan pasien Covid-19, beberapa kota melaporkan proses kremasi dan pemakaman dengan protokol Covid-19 lebih banyak dibandingkan data resmi kasus meninggal akibat Covid-19.
Senin (19/4/2021), India melaporkan 273.810 kasus Covid-19 harian baru dan 1.619 kasus meninggal. Sekarang jumlah total kasus Covid-19 di India telah mencapai lebih dari 15 juta kasus, kedua terbanyak setelah Amerika Serikat.
Para pakar kesehatan menyebutkan, data yang tepercaya menjadi jantung dalam respons pandemi pemerintah mana pun. Tanpa data yang valid, perencanaan untuk keterisian rumah sakit, pemenuhan kebutuhan oksigen juga obat-obatan akan menjadi sulit.
Para pejabat pemerintah mengatakan, ketidaksesuaian data kasus meninggal dengan kondisi di lapangan bisa disebabkan beberapa faktor, termasuk salah satunya sikap terlalu berhati-hati.
Menurut seorang pejabat kesehatan, meningkatnya kremasi dengan protokol Covid-19 terjadi karena ”dengan kemungkinan terinfeksi Covid-19 sebesar 0,1 persen saja, jenazah akan dikremasi”.
”Dalam banyak kasus, pasien datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang sangat sangat kritis dan meninggal sebelum mereka menjalani tes. Ada juga kasus di mana pasien dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan meninggal dan kami tidak tahu apakah mereka positif Covid-19 atau tidak,” kata pejabat tersebut.
Namun, Bhramar Mukherjee, Guru Besar Biostatistik dan Epidemiologi di University of Michigan, mengatakan bahwa banyak pihak di India yang ”menyangkal data” yang ada.
”Semuanya begitu tidak jelas,” ujarnya. ”Rasanya seperti tak ada seorang pun yang memahami situasi saat ini dengan benar dan itu sangat menjengkelkan.”
Di kota Surat, Krematorium Kurukshetra Sailor dan Umra telah mengkremasi lebih dari 100 jenazah dengan protokol Covid-19 dalam sehari pada pekan lalu. Padahal, dalam kondisi normal hanya 25 jenazah sehari.
Tiga kali lipat
Prashant Kabrawala, pengurus Narayan Trust yang mengelola krematorium Ashwinikumar, menolak memberikan jumlah jenazah yang mereka terima dengan protokol Covid-19. Namun, ia menyebutkan bahwa kremasi di krematorium tersebut telah meningkat tiga kali lipat dalam beberapa minggu terakhir.
”Saya telah pergi ke krematorium secara rutin sejak 1987 dan terlibat dalam operasional krematorium sehari-hari sejak 2005. Namun, saya belum pernah melihat begitu banyak jenazah yang dikremasi selama bertahun-tahun, bahkan selama wabah pes tahun 1994 dan banjir tahun 2006 sekalipun,” tutur Kabrawala.
Juru bicara pemerintah Negara Bagian Gujarat tidak memberikan tanggapan atas informasi dari banyak krematorium di sana.
India bukanlah satu-satunya negara yang data pandeminya dipertanyakan. Testimoni para petugas di lapangan dan catatan literatur ilmiah mengarah pada kemungkinan bahwa tidak semua kasus Covid-19 di India dilaporkan. Jumlah kasus tak dilaporkan di negara itu diperkirakan lebih besar dibandingkan kasus serupa di negara-negara lain.
Penelitian Mukherjee terhadap gelombang pertama infeksi Covid-19 di India menyimpulkan bahwa jumlah kasus Covid-19 sesungguhnya di lapangan 11 kali lebih banyak dari yang dilaporkan dalam data resmi. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian di beberapa negara. Selain itu, kasus meninggal akibat Covid-19 sesungguhnya pun 2-5 kali lebih banyak dari yang dilaporkan atau jauh di atas rata-rata global. (REUTERS)