Liburan Akibatkan Lonjakan Kasus Covid-19 di Thailand
Pihak berwenang Thailand telah mendesak warganya untuk membatasi perjalanan dan mulai bekerja dari rumah. Pusat perbelanjaan juga akan tutup pada jam 21.00 setiap hari akibat lonjakan kasus Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BANGKOK, KAMIS – Jumlah kasus harian terkonfirmasi Covid-19 di Thailand pada Kamis (15/4/2021) mencapai lonjakan paling tajam sejak awal pandemi. Kasus yang dilaporkan pada hari itu juga merupakan sebuah rekor kenaikan jumlah kasus terkonfirmasi keempat dalam pekan ini. Faktor perjalanan warga selama liburan tahun baru Songkran diduga memperparah gelombang ketiga pandemi Covid-19 di negara itu.
Thailand melaporkan 1.543 kasus terkonfirmasi Covid-19 pada Kamis. Bangkok sebagai pusat penyebaran kasus-kasus terbaru melaporkan 409 kasus. Kasus baru itu membuat total infeksi Covid-19 di Thailand menjadi 37.453 kasus, dengan kematian sebanyak 97 jiwa. Wabah terbaru telah menyebabkan beberapa ketegangan pada sistem perawatan kesehatan di Bangkok.
Semua pasien kasus positif harus dirawat di bawah aturan Thailand, di mana sebanyak 8.973 pasien saat ini sedang dirawat. Pemerintah mengatakan ada cukup ruang untuk menampung pasien, terutama di Bangkok dan provinsi sekitarnya. Lebih dari 6.000 tempat tidur diatur dan 2.200 lebih direncanakan termasuk di rumah sakit lapangan.
Kondisi ini cukup membuat khawatir otoritas di negara itu mengingat selama ini Pemerintah Thailand dinilai relatif berhasil menjaga agar pandemi dapat terkendali dibandingkan negara-negara lain. Salah satu pejabat kesehatan Thailand, Chawetsan Namwat, mengatakan pemerintah tengah merumuskan langkah-langkah, termasuk kemungkinan penutupan atau penguncian wilayah.
Penguncian besar terakhir Thailand terjadi pada akhir Maret tahun lalu, dengan jam malam diberlakukan pada sebulan kemudian. Setelah itu Thailand memberlakukan pembatasan yang relatif longgar karena menilai sebagian besar kasus tetap terkendali.
Penguncian besar terakhir Thailand terjadi pada akhir Maret tahun lalu, dengan pemberlakuan jam malam pada sebulan kemudian. Setelah itu Thailand memberlakukan pembatasan yang relatif longgar karena menilai sebagian besar kasus tetap terkendali. Namun kasus-kasus terbaru kali ini membuat otoritas kembali bersiaga. Pelacakan kasus digalakkan kembali di setiap area dan ditindaklanjuti oleh gugus-gugus tugas yang sudah dibentuk.
"Kami harus membagi wilayah berdasarkan tingkat keparahannya yang berbeda dan karena itu tindakan harus sesuai untuk setiap wilayah," kata Chawetsan dalam penjelasan singkat.
Pihak berwenang Thailand telah mendesak warganya untuk membatasi perjalanan dan mulai bekerja dari rumah. Pusat perbelanjaan juga akan tutup pada jam 21.00 dan asosiasi perbankan mengatakan cabang di luar mal akan tutup pada jam 15.30 setiap hari. Jumlah nasabah bank maupun pengunjung pusat perbelanjaan dibatasi.
Chawetsan membantah tingkat vaksinasi di Thailand lambat, namun dirinya mengakui negaranya hanya menerima dosis terbatas. Thailand menerima 2 juta vaksin Sinovac dan 117.300 vaksin AstraZeneca. Data pemerintah menunjukkan sekitar 2.000 vaksinasi digelar pada Kamis dari hari sebelumnya dari total 581.308. Thailand telah memvaksinasi kurang dari 0,4 persen populasinya, mengikuti tetangga seperti Malaysia dengan 1,5 persen dan Singapura 14,6 persen.
Dua kali lipat
Dari New Delhi dilaporkan, kasus terkonfirmasi Covid-19 harian India juga meningkat dua kali lipat dalam sepuluh hari. Lebih dari 200.000 kasus infeksi baru terkonfirmasi pada Kamis ketika pihak berwenang bergulat dengan kekurangan vaksin, perawatan, dan tempat tidur rumah sakit. Setelah lengah dengan festival keagamaan massal, demonstrasi politik, dan kerumunan di pertandingan kriket, India mengalami gelombang kedua yang sangat besar, dengan hampir dua juta infeksi baru bulan ini saja.
Pekan ini India mengambil alih posisi Brasil untuk menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi kedua Covid-19 di dunia. Data Kementerian Kesehatan India menunjukkan pada Kamis pekan ini negara itu juga melaporkan lebih dari seribu kematian akibat Covid-19. Total kematian akibat penyakit itu di India telah menembus 175.000 jiwa.
Setelah kebijakan penguncian wilayah pada setahun yang lalu menyebabkan kesengsaraan yang meluas dan salah satu penurunan tajam ekonomi besar mana pun, pemerintah pusat sangat ingin menghindari penutupan kedua yang sangat tidak populer. Namun pembatasan ketat mau tidak mau dilakukan sejumlah negara bagian. Maharashtra dan ibukotanya Mumbai, misalnya pekan ini memberlakukan pembatasan yang lebih ketat bagi 125 juta penduduknya.
Kondisi itu telah mendorong banyak pekerja migran meninggalkan Mumbai dan kota-kota lain di negara bagian itu. Hal itu mengingatkan pada peristiwa eksodus serupa yang dilakukan warga dari kota-kota di India setahun yang lalu ketika pemerintah menghentikan semua aktivitas hampir dalam semalam. Pemerintah pada tengah pekan ini juga menunda ujian sekolah menengah untuk anak berusia 15-18 tahun, yang akan diadakan pada bulan Mei dan Juni, di tengah lonjakan kasus Covid-19.
Lonjakan kasus terkonfirmasi Covid-19 juga dilaporkan Jerman. Data yang dihimpun Robert Koch Institute menunjukkan jumlah kasus positif Covid-19 di negara itu bertambah 29.426 kasus menjadi 3.073.442 kasus pada Kamis. Korban meninggal dunia di Jerman dilaporkan bertambah 293 jiwa menjadi 79.381 jiwa.
Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, menyatakan Jerman diperkirakan membutuhkan waktu hingga triwulan ketiga tahun ini untuk mencapai kekebalan kelompok terhadap Covid-19. Dia masih berharap pemerintah dapat menggelar vaksinasi kepada semua orang dewasa pada akhir musim panas. "Ini akan memakan waktu hingga musim panas, bukan pada awal Juli tetapi pada musim panas pada triwulan ketiga, sampai kita mencapai kekebalan kelompok," kata Spahn pada sebuah konferensi pers. (AFP/Reuters)