AS Mengusir 10 Diplomat Rusia dan Berlakukan Sejumlah Sanksi
Amerika Serikat melarang bank-bank AS membeli obligasi pemerintah dari bank sentral Rusia, dana kekayaan nasional, dan departemen keuangan. Rusia membantah telah mencampuri pemilihan presiden AS.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menjatuhkan serentetan ”hukuman” terhadap Rusia karena ikut campur dalam pemilihan presiden AS pada tahun lalu. AS mengusir 10 diplomat Rusia dan menjatuhkan sanksi dengan memasukkan 32 perusahaan serta individu ke daftar hitam karena peretasan dunia maya, penindasan terhadap Ukraina, pembatasan pasar utang negara, dan dugaan tindakan memfitnah lainnya.
AS melarang bank-bank AS membeli obligasi pemerintah dari bank sentral Rusia, dana kekayaan nasional, dan departemen keuangan. AS memperingatkan Rusia segala bentuk hukuman masih bisa diberikan tetapi belum akan dilakukan supaya situasi tidak semakin tegang. Kementerian Luar Negeri Rusia berang dan memanggil Duta Besar AS untuk memberitahukan serentetan tindakan pembalasan yang akan dilakukan.
”Kita tidak bisa membiarkan kekuatan asing mencampuri proses demokratik kita dengan impunitas. Kami menginginkan hubungan yang stabil dan bisa diprediksi," kata Biden, Kamis (15/4/2021), di Gedung Putih, AS.
Rusia membantah telah mencampuri pemilihan presiden AS, memanfaatkan perusahaan teknologi AS, SolarWinds Corp, untuk meretas jaringan internet Pemerintah AS, dan menggunakan agen saraf untuk meracuni tokoh oposisi dan pengkritik Kremlin, Alexei Navalny. Sanksi terhadap enam perusahaan Rusia yang meretas dunia maya merupakan tindakan pembalasan pertama terhadap Rusia. Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov memperingatkan pihaknya akan memberikan tindakan balasan dalam waktu dekat.
AS juga menjatuhkan sanksi pada 32 individu dan entitas yang dituduh berusaha mencampuri pemilu dengan menyebarkan informasi palsu. Pada bulan lalu, AS menyebutkan Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi khusus membantu Presiden AS Donald Trump agar terpilih kembali. Namun, tidak ada bukti Rusia atau pihak lain yang mengubah perolehan suara.
Belum bisa diketahui apakah tindakan tegas AS itu akan bisa mengubah perilaku Rusia karena pada zaman Trump dan Barack Obama pun sebenarnya sudah pernah mengusir diplomat Rusia. Namun, peretasan Rusia masih saja berlanjut. Para pengamat menilai serentetan hukuman AS kali ini kemungkinan akan berpengaruh karena ada sanksi yang menyasar masalah finansial. Akan semakin sulit bagi Rusia untuk meminjam uang karena bank-bank AS dilarang membeli obligasi Rusia. Ini mempersulit upaya Rusia menambah modal dan membuat perusahaan-perusahaan sulit berbisnis di Rusia.
Mantan asisten menlu AS untuk isu Eropa dan Eurasia, Daniel Fried, memperkirakan Putin bisa saja mengevaluasi langkah-langkahnya tetapi perilakunya tidak akan berubah cepat. ”Yang penting kita harus bisa menekan balik agresi Putin tetapi tetap menjaga komunikasi dan terus bekerja sama dengan Rusia di bidang yang menguntungkan kedua pihak,” ujarnya.
Dari sejumlah perusahaan yang terkena sanksi, terdapat situs-situs yang dioperasikan badan intelijen Rusia dan menyebarkan informasi palsu, termasuk artikel-artikel yang menyebarkan kecurangan pemilu 2020. Individu-individu yang dijatuhi sanksi termasuk Konstantin Kilimnik, konsultan politik Rusia dan Ukraina yang bekerja dengan mantan ketua kampanye Trump, Paul Manafort.
Departemen Keuangan AS menyebutkan Kilimnik memberikan informasi sensitif tentang strategi kampanye dan pemungutan suara kepada badan intelijen Rusia. Selain Kilimnik, di dalam daftar sanksi juga ada nama wakil kepala staf Rusia, Alexei Gromov, individu yang terkait dengan Yevgeny Prigozhin, yakni pengusaha yang dekat dengan Putin.
Sampai saat ini, pemerintahan AS masih kerepotan memperbaiki dampak intrusi SolarWinds yang memengaruhi departemen keuangan, departemen kehakiman, dan departemen keamanan dalam negeri. Peretasan Rusia itu juga menunjukkan kelemahan jaringan suplai dan sistem pertahanan dunia maya pemerintahan federal. (Reuters/AP)