Ketegangan Iran-Israel Bayangi Negosiasi Kesepakatan Nuklir di Vienna
Otoritas Iran menggambarkan insiden atas situs nuklirnya sebagai tindakan ”terorisme nuklir”. Gedung Putih mengatakan, AS tidak terlibat dalam serangan itu dan tidak mengomentari spekulasi tentang penyebab insiden itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
DUBAI, SENIN — Iran pada Senin (12/4/2021) menuduh musuh bebuyutannya, Israel, menyabotase situs nuklir utama Iran, Natanz, dan bertekad membalas dendam atas hal itu. Serangan yang diduga dilakukan Israel itu tampaknya merupakan episode terbaru dalam perang rahasia yang telah berlangsung lama antara Israel dan Iran. Proses negosiasi dan masa depan Amerika Serikat untuk kembali pada kesepakatan nuklir Iran pun dikhawatirkan terganggu. Washington mengaku tidak terlibat dalam sabotase itu dan menolak berkomentar lebih jauh.
Iran mengatakan, orang yang menyebabkan pemadaman listrik di salah satu ruang produksi di pabrik pengayaan uranium bawah tanah itu telah diidentifikasi. ”Tindakan yang diperlukan sedang diambil untuk menangkap orang ini,” ungkap media pemerintah Iran tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Insiden itu terjadi di tengah upaya diplomatik oleh Iran dan AS untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan negara-negara besar. Kesepakatan itu ditentang keras Israel dan AS sendiri pada masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump memilih keluar dari kesepkatan itu.
Pekan lalu Iran dan kekuatan global mengadakan apa yang mereka gambarkan sebagai pembicaraan ”konstruktif” untuk menyelamatkan kesepakatan itu. Kesepakatan itu sebelumnya dinilai tidak berjalan sesuai semestinya karena Iran telah melanggar batas pengayaan uranium yang sensitif sejak Trump memberlakukan kembali sanksi keras terhadap Teheran. Namun, sabotase atas situs nuklir Iran terbaru itu kemudian terjadi, menimbulkan aneka spekulasi atas negosiasi atas masa depan kesepakatan itu.
Otoritas Iran menggambarkan insiden atas situs nuklirnya sebagai tindakan ”terorisme nuklir” dan mengatakan bahwa Teheran berhak untuk mengambil tindakan terhadap para pelaku.
Pada Senin (12/4), Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif secara eksplisit menyalahkan Israel. ”Zionis ingin membalas dendam karena kemajuan kami dalam cara mencabut sanksi. Kami tidak akan jatuh ke dalam perangkap mereka. Kami tidak akan membiarkan tindakan sabotase ini memengaruhi pembicaraan nuklir,” kata Zarif dikutip televisi pemerintah. ”Kami akan membalas dendam terhadap Zionis.”
Beberapa media Israel mengutip sumber-sumber intelijen yang mengatakan bahwa dinas mata-mata negara itu, Mossad, berhasil melakukan operasi sabotase di kompleks bawah tanah Natanz. Operasi itu berpotensi menghentikan pekerjaan pengayaan nuklir di situs tesebut selama berbulan-bulan.
Beberapa media Israel mengutip sumber-sumber intelijen yang mengatakan bahwa dinas mata-mata negara itu, Mossad, berhasil melakukan operasi sabotase di kompleks bawah tanah Natanz. Operasi itu berpotensi menghentikan pekerjaan pengayaan nuklir di situs tersebut selama berbulan-bulan. Israel—yang keberadaannya tidak diakui Iran—belum secara resmi mengomentari insiden tersebut.
Gedung Putih mengatakan, AS tidak terlibat dalam serangan itu dan tidak mengomentari spekulasi tentang penyebab insiden tersebut. ”AS tidak terlibat dengan cara apa pun,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki. ”Kami tidak menambahkan spekulasi tentang penyebab atau dampaknya.”
Dalam sepucuk surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Zarif mengatakan, mereka yang terlibat melakukan kejahatan perang berat dan kekuatan apa pun yang mengetahui, atau menyetujui, tindakan ini juga harus dimintai pertanggungjawaban sebagai kaki tangan kejahatan perang. Kepala energi nuklir Iran, Ali Akbar Salehi, mengatakan, sistem tenaga darurat telah diaktifkan di Natanz untuk mengimbangi pemadaman. Ia juga mengklaim situs pengayaan uranium itu tetap beroperasi seperti biasa.
Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan, terjadi ledakan pada fasilitas itu. ”Ada masalah dengan jaringan listrik. Ledakan itu tidak cukup kuat untuk menghancurkan semuanya, kecuali langit-langit yang runtuh di salah satu ruang kendali,” kata Kamalvandi kepada TV pemerintah.
Insiden itu terjadi sehari setelah Teheran, yang bersikeras hanya menginginkan energi nuklir dan bukan bom nuklir dari proses pengayaan, meluncurkan mesin sentrifugasi canggih baru di Natanz.
Mengacu pada generasi pertama mesin pengayaan Iran yang lebih rentan terhadap pemadaman, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Saeed Khatibzadeh, mengatakan bahwa semua sentrifugal yang keluar dari sirkuit di situs Natanz adalah tipe IR-1. ”Pakar nuklir kami sedang menilai kerusakan, tetapi saya dapat meyakinkan Anda bahwa Iran akan mengganti sentrifugal pengayaan uranium yang rusak di Natanz dengan yang lebih canggih,” kata Khatibzadeh.
Sentrifugal modern dapat memurnikan uranium ke tingkat kemurnian yang lebih tinggi pada tingkat yang jauh lebih cepat. Hal itu membantu mengumpulkan persediaan yang dapat mempersingkat rute Iran ke senjata nuklir; khususnya jika Teheran memilih untuk mengembangkannya, dibandingkan dengan IR-1 yang masih mendominasi di ruang produksi Natanz. Kesepakatan nuklir 2015 hanya memungkinkan Iran memperkaya hingga 5.060 mesin IR-1. Hal itu dilakukan di pabrik yang dirancang untuk menampung sekitar 50.000 mesin. Situs Natanz diperkaya dengan ratusan sentrifugal canggih termasuk IR-2m.
Meskipun mendapat tentangan kuat dari Israel, pemerintahan Presiden AS Joe Biden berkomitmen untuk bergabung kembali dengan kesepakatan tersebut jika Teheran kembali mematuhi sepenuhnya pembatasan produksi bahan bakar nuklir. Secara terpisah, saat ditanya oleh wartawan tentang pemadaman Natanz, juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman memperingatkan bahwa insiden seperti itu dapat memengaruhi negosiasi nuklir.
Khatibzadeh mengatakan, pembicaraan nuklir akan dilanjutkan pada Rabu (15/4) mendatang di Vienna. Swiss, Sejumlah diplomat dari beberapa negara yang terlibat dalam negosiasi mengaku kemajuan diplomatik telah terjadi sebelumnya. Iran menegaskan semua sanksi AS yang melumpuhkan ekonomi berbasis minyaknya harus dicabut terlebih dulu sebelum berhenti mempercepat pengayaan dan mengembalikan batas pada prosesnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada awal pekan ini bahwa Iran tidak pernah menyerah untuk mengembangkan senjata nuklir. Ia pun menegaskan, Israel tidak akan pernah mengizinkan Teheran untuk melakukannya. Israel melihat dorongan pengayaan Iran sebagai ancaman yang eksistensial bagai Israel. (AFP/Reuters)