Kisah Besar Gagarin dan Memudarnya Kejayaan Eksplorasi Luar Angkasa Rusia
Rusia masih memiliki ambisi besar pada program luar angkasa, tetapi kini kemampuan untuk mewujudkan hal itu lebih membumi. Presiden Putin lebih tertarik mengembangkan kekuatan militer.
Enam puluh tahun setelah menjadi orang pertama yang menjelajah luar angkasa, nama astronot Soviet, Yuri Gagarin, tetap harum di Rusia sampai hari ini. Wajah Gagarin yang sedang tersenyum menjadi lukisan mural di segala penjuru negeri. Bahkan ada gambar Gagarin sedang berdiri melihat ke angkasa yang terbentang di Lapangan Leninsky, Moskwa, Rusia. Bahkan, wajah Gagarin menjadi gambar paling favorit untuk dipakai sebagai tato.
Baca juga : Bung Karno, Gagarin, dan Kosmonot Soviet
Uni Soviet boleh bubar dan masa kejayaan Rusia pada program angkasa luar boleh memudar. Namun, kejayaan Gagarin terus berlanjut. Ia menjadi simbol keberhasilan Rusia dan kebanggaan nasional serta kerap digunakan sebagai cara untuk membangkitkan patriotisme. ”Ia tokoh yang menginspirasi dan mempersatukan seluruh rakyat. Ini jarang terjadi di Rusia,” kata penulis biografi Gagarin, Lev Danilkin.
Peringatan perjalanan Gagarin yang bersejarah pada 12 April 1961 itu diperingati setiap tahun di Rusia sebagai Hari Kosmonautika. Pada hari itu, seluruh rakyat Rusia berbagai usia meletakkan bunga di monumen peringatan Gagarin. Penghormatan pada Gagarin bukan hanya karena ia menjadi orang pertama di luar angkasa. Bukan pula karena misteri di balik kematian Gagarin.
Baca juga : Melihat Soyuz dan Sputnik di Sela-sela Piala Dunia Rusia
Sejarawan Alexander Zheleznyakov mengatakan Gagarin dipandang sebagai tokoh yang membantu menghidupkan imajinasi. ”Ia mengubah kita dari spesies biologis yang sederhana menjadi spesies yang bisa membayangkan alam ini ternyata sangat luas dan dunia ini tidak hanya terdiri dari Bumi,” ujarnya.
Putra dari tukang kayu dan peternak susu yang hidup semasa pendudukan Nazi itu bekerja sebagai pekerja pabrik baja sebelum akhirnya menjadi pilot di militer. Kemudian pada usia 27 tahun, ia berada di luar angkasa selama 108 menit. Dengan pesawat ulang-alik Vostok, ia berhasil menyelesaikan satu putaran mengelilingi Bumi.
Baca juga : Roket Soyuz Alami Malafungsi dan Mendarat Darurat, Dua Astronot Selamat
Ia dipuji karena keberanian dan profesionalismenya, karakter sempurna laki-laki Soviet. Namun, namanya besar juga karena banyak kisah mengenai persahabatan, keberanian, dan cinta untuk kedua putri dan istrinya, Valentina Gagarina. Gagarin sempat menulis surat perpisahan kepada istrinya sebelum ia tewas saat sedang menjalankan misinya. ”Kalau sesuatu terjadi, saya minta jangan bersedih karena hidup harus terus berjalan,” tulis Gagarin.
Propaganda
Ketika kembali ke Bumi, Gagarin menjadi pusat kampanye propaganda superioritas Soviet. Danilkin mengatakan, Gagarin dimanfaatkan pemerintah untuk menjadi contoh teladan bagi dunia. Gagarin juga dimanfaatkan untuk meyakinkan rakyat Soviet bahwa pengorbanan Soviet pada masa Perang Dunia II dan pada era Stalin yang represif tidak akan terbuang sia-sia.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga memanfaatkan itu dan mengingatkan kesuksesan Soviet demi mempertahankan kekuasaannya selama 20 tahun. ”Pemerintah selalu mengingatkan akan kemenangan saat Perang Dunia II dan penaklukan luar angkasa,” kata Danilkin.
Baca juga : Pacuan Menguasai Antariksa
Seperti semua pahlawan Rusia, Gagarin juga tokoh yang tragis. Ia tewas saat sedang latihan terbang pada 1968 di usia 34 tahun. Penyebab dan penjelasan kematiannya masih misteri karena pemerintah tidak pernah memublikasikan laporan lengkap mengenai hasil penyelidikan kecelakaan itu. Hanya ada sebagian catatan laporan yang menyebutkan jet MiG-15 yang digunakan Gagarin menabrak balon cuaca. Karena tidak ada transparansi, banyak dugaan bertebaran.
Ada dugaan yang menyebutkan Gagarin sedang mabuk saat latihan terbang. Ada juga dugaan pemerintah tidak suka dengan popularitas Gagarin dan mulai terancam. Sampai saat ini pun, Pemerintah Rusia belum mengumumkan secara resmi kronologi resmi kecelakaan itu. ”Bagaimana bisa kosmonot yang terkenal, baik, dan sangat muda itu bisa tewas begitu saja. Orang masih berusaha melupakan itu,” kata Zheleznyakov.
Memudar
Rusia masih memiliki ambisi besar pada program luar angkasa seperti dulu. Namun, kini kemampuan untuk mewujudkan hal itu lebih membumi. Banyak rencana proyek yang dijalankan, tetapi kemudian ditunda karena masalah anggaran dan birokrasi. Selain itu, perhatian Kremlin juga kini lebih banyak pada penguatan militer ketimbang program eksplorasi luar angkasa.
Salah satu proyek yang sedang berjalan adalah upaya mengganti kapsul Soyuz yang sudah uzur karena sudah dipakai untuk membawa astronot ke luar angkasa sejak 1960-an. Soyuz juga beberapa kali dipakai untuk misi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Proyek penggantian Soyuz sudah diumumkan sejak 2009, tetapi ditunda beberapa kali. Bahkan, calon namanya juga berubah terus, seperti Federasi dan Elang, kemudian diganti lagi menjadi Orlyonok. RKK Energia, perusahaan yang membangun Soyuz, kembali dipasrahi untuk melakukan proyek itu.
Baca juga : Era Baru Persaingan di Ruang Angkasa
Kepala Pusat Penerbangan RKK Energia Alexander Kaleri mengatakan, kapsul yang baru akan lebih besar, memiliki mesin lebih kuat, dan lebih nyaman ketimbang Soyuz. Namun, ia mengakui, proyek itu akan memakan waktu lama. ”Targetnya bisa uji terbang tanpa pilot pada 2023. Untuk sekarang, kami baru mulai mengetes model untuk kapsulnya. Prosesnya masih panjang,” ujarnya.
Pakar luar angkasa Rusia, Vitaly Yegorov, menjelaskan, proses yang panjang itu bisa dimaklumi karena tingkat kesulitan teknisnya. Belum lagi mengingat adanya sanksi-sanksi dari Barat pada industri luar angkasa Rusia dan kurangnya anggaran untuk program luar angkasa. ”Karena Soyuz masih beroperasi, tidak ada kebutuhan mendesak untuk menggantinya,” ujarnya.
Baca juga : Kematian Yuri Gagarin Masih Diselimuti Misteri
Ada proyek lain lagi yang juga tertunda, yakni generasi baru roket Angara-A5 yang akan membawa kapsul luar angkasa Rusia. Roket ini sudah dikembangkan sejak 1990-an, tetapi hanya diuji dua kali pada 2014 dan 2020. Modul laboratorium Nauka untuk ISS yang mulai dirakit sejak 1990-an juga belum jadi karena gagal terus.
Meski gagal terus, politikus nasionalis dan mantan diplomat yang kini bertanggung jawab pada Badan Luar Angkasa Rusia Roscosmos, Dmitry Rogozin, terus sesumbar soal proyek-proyek yang sedang digarap. Ia sesumbar akan membangun pesawat yang bisa membawa pulang sampel dari Venus dan roket yang mampu menjalani 100 perjalanan pergi-pulang luar angkasa. Rogozin menjanjikan kepada Putin bahwa Rusia akan ke Bulan, Mars, atau Venus. Namun, banyak yang meragukan.
Baca juga : Mengeksplorasi Bulan
Pakar luar angkasa Rusia, Vadim Lukashevich, menilai, masalah pada Roscosmos adalah fokus perhatian Putin tidak berada pada eksplorasi luar angkasa. Fokusnya ada pada proyek militer, khususnya pembangunan rudal dan persenjataan supersonik yang diklaim mampu menyerang musuh seperti meteor. Oleh karena itu, anggaran pemerintah untuk Roscosmos selama 20 tahun terakhir ini juga menurun terus.
Pada tahun lalu, Rogozin mengumumkan, anggaran industri luar angkasa 2016-2025 sebesar 18,4 miliar dollar AS dipotong 10 persen. Karena industri luar angkasa Rusia mandek, negara-negara kompetitor dan sektor swasta melaju. Rusia kehilangan monopoli atas peluncuran ISS ketika roket Space X milik pengusaha Amerika Serikat, Elon Musk, membawa astronot NASA ke ISS.
Industri luar angkasa Rusia kian parah karena diterpa korupsi, seperti pada proyek pembangunan landas pacu baru Vostochny di Timur Jauh. Banyak yang ditahan karena skandal itu. Masalah lain adalah seluruh industri luar angkasa Rusia kini dioperasikan oleh orang-orang baru yang tidak mendapatkan pelatihan dalam teknologi luar angkasa. (AFP)