Peace Arch Park, taman di perbatasan Amerika Serikat dan Kanada, tidak hanya sekadar tempat transit atau istirahat bagi para pelaju antarnegara bagian kedua negara. Taman ini menyelamatkan ”hubungan” antarwarga.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
Christina Kelly tidak membayangkan akan mengikat janji dengan kekasihnya di perbatasan, tepatnya di sebuah taman. ”Peace Arch Park” atau ”Taman Peace Arch”, namanya. Taman ini menjadi pemisah antara Amerika Serikat dan Kanada.
Taman seluas sekitar 17 hektar di wilayah barat laut dan memisahkan Negara Bagian Washington di Amerika Serikat dengan Negara Bagian British Columbia di Kanada ini adalah taman yang terawat, tertata rapi, dan dilengkapi dengan bangku-bangku taman. Bangku-bangku ini kerap dijadikan tempat mengaso oleh para pelancong warga AS yang hendak menyeberang ke Kanada atau sebaliknya.
Kelly (28), asisten bagian hukum asal Vancouver, Kanada, selama dua tahun terakhir berjalan melewati taman itu saat hendak menemui sang kekasih. Selama ini, tidak ada hambatan sama sekali.
Peristiwa Maret 2020, ketika Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global, mengubah semua rencana Kelly dan calon suaminya. Apalagi, kemudian masih pada bulan itu Pemerintah Kanada menutup perbatasan.
Pandemi juga memaksa banyak calon pengantin untuk menunda pernikahan mereka. Namun, Kelly dan calon suaminya, seorang anggota Angkatan Laut AS, memilih tetap melanjutkan rencana pernikahan mereka dengan berbagai modifikasi, termasuk lokasi sakral bagi keduanya untuk menjalin ikatan.
”Pada akhirnya kami memang akan menikah suatu saat nanti. Namun, Covid-19 telah mempercepatnya,” kata Kelly.
Kelly mengakui, lokasi pernikahannya bukanlah tempat ideal. Tempat ini selalu ada di angan-angannya saat kecil untuk mengikat janji dengan laki-laki yang akan menjadi pasangannya. Baginya, taman perbatasan itu adalah lokasi praktis yang dipilih karena mereka dan keluarganya dapat bertemu satu sama lain.
Kelly mengingat bagaimana pada hari H, dia menggigil dalam gaun pengantin putih yang dikenakannya di taman yang dingin dan berlumpur. Sementara kedua orangtua mempelai dan beberapa teman dekat keduanya memandang dari kedua sisi perbatasan.
Kini Kelly sadar, dalam beberapa hal, pengaturan itu sempurna. ”Taman itu telah menjadi hidup saya selama setahun terakhir. Satu-satunya tempat di mana saya bisa melihat suami saya. Bagi kami, bisa menikah di sana sangat berkesan,” kata Kelly.
Tempat segala aktivitas
Sebelum pandemi, Taman Peace Arch tidak lebih dari tempat beristirahat, tempat pemberhentian para pelancong dan pelaju AS-Kanada serta sebaliknya. Selain itu, taman tersebut adalah titik pertemuan sekaligus tempat piknik bagi keluarga dari kota-kota perbatasan kedua negara.
Saat penutupan perbatasan tahun lalu, awalnya semua orang dilarang melintasi perbatasan kedua negara. Namun, belakangan para pekerja yang melayani kebutuhan penting dikecualikan dari aturan itu. Kini, taman tersebut tidak sekadar menjadi tempat beristirahat, tetapi menjadi penyelamat bagi para pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh atau istilahnya long distance relationship, disingkat LDR.
Pada Juni, pemerintah Negara Bagian British Columbia menutup taman yang berada dalam wilayahnya. Sementara di sisi AS, taman tetap terbuka untuk umum. Warga Kanada bisa memasuki Negara Bagian Washington dengan memarkirkan kendaraan mereka di area perumahan. Untuk menjangkau taman, mereka harus berjalan kaki sekitar 800 meter dan menyeberangi selokan yang memisahkan taman.
Tidak ada penjelasan dari otoritas terkait, mengapa warga Kanada masih diizinkan kembali ke wilayah mereka meski pernah memasuki wilayah AS tanpa harus mematuhi protokol kesehatan bagi pendatang, seperti kewajiban tes PCR ataupun karantina selama 14 hari. Kementerian Keamanan Publik, kementerian yang bertanggung jawab atas keamanan perbatasan, meneruskan pertanyaan soal itu ke Royal Canadian Mounted Police. Otoritas ini hanya menyatakan, pengunjung ke taman harus mematuhi perintah karantina wajib.
Meski begitu, warga Kanada yang memasuki taman dari wilayah AS bisa keluar dari taman tanpa harus melewati pos pengamanan perbatasan. Padahal, di pos pengamanan itu petugas penjaga perbatasan biasanya memberlakukan persyaratan protokol kesehatan terkait pandemi.
Alhasil, taman itu pun berubah menjadi lokasi bagi berbagai peristiwa penting, seperti pesta ulang tahun, pertemuan atau reuni keluarga, dan juga pernikahan.
Menurut catatan Washington State Park Service (WSPS), otoritas yang mengelola taman itu di Negara Bagian Washington, sebanyak tujuh acara pernikahan dilakukan di taman tersebut sepanjang tahun 2019. Namun, pada tahun 2020, angka itu melonjak tajam hingga beberapa kali lipat.
Menurut Amber Forest dari WSPS, ada lima kegiatan pernikahan setiap hari kerja di taman tersebut. Angka itu berubah tajam menjadi lusinan setiap akhir pekan hampir sepanjang tahun. Jumlah itu seiring dengan pertumbuhan jumlah pengunjung sebanyak 140.000 orang sepanjang 2020 atau dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tenda-tenda juga mulai bermunculan saat keluarga memilih taman ini menjadi titik kumpul. Pasangan LDR mendapatkan tempat tersendiri di lokasi ini ketika mereka bertemu. Pertemuan di antara mereka tidak jarang sedikit mengganggu saluran irigasi.
Banyaknya warga yang memanfaatkan taman ini sebagai tempat berkumpul membuat kekhawatiran meluas. Beberapa politisi Kanada baru-baru ini kembali menyerukan agar akses ke taman dari sisi AS ditutup. Namun, sejauh ini tidak ada respons dari otoritas.
Penyelamat hubungan
Taman itu tidak sekadar tempat kongko, menikmati udara segar alam terbuka. Bagi Regan Steele (41), taman itu menjadi penyelamat hubungannya dengan kekasihnya yang bertugas di Kanada. Ia tinggal di kota kecil Marysville, 130 kilometer selatan perbatasan AS-Kanada. Hampir setiap pekan ia pergi ke taman itu.
Saat berkunjung ke Taman Peace Arch, Steele membekali diri dengan tenda, pemanas portabel, kopi, dan bahan minuman cokelat panas. Di taman itu, dia dan kekasihnya sudah menjalani hubungan LDR selama lebih kurang enam tahun, berkemah, atau mengisi teka-teki silang di sela-sela kegiatan mereka sepanjang akhir pekan.
”Taman itu telah menjadi penyelamat hubungan. Selama setahun ini, kami melewatkan begitu banyak waktu bersama,” kata Steele.
Steele menuturkan, dia beruntung masih bisa bertemu dengan kekasihnya di sebuah taman yang menyenangkan. Dia merasa beruntung dibandingkan dengan warga lain, yang mungkin tidak memiliki kesempatan seperti dirinya.
Sementara Kelly kini sudah bersatu dengan sang suami yang pindah tugas ke Kanada. Pasangan itu untuk sementara waktu memilih ”beristirahat” dari semua kegiatan luar ruang. ”Untuk sementara, sudah cukup untuk tidak lagi pergi ke taman. Saat ini sudah sangat menyenangkan bisa berduaan dengan suami di rumah,” katanya. (REUTERS)