Kelompok ekstremis bermotif rasial, seperti supremasi kulit putih, kini tengah mengancam Amerika Serikat dan dikhawatirkan akan melakukan serangan masif terhadap warga sipil.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
WASHINGTON, RABU — Kelompok ekstremis bermotif rasial, seperti supremasi kulit putih, kini tengah mengancam Amerika Serikat dan dikhawatirkan akan melakukan serangan masif terhadap warga sipil. Sementara kelompok-kelompok milisi dikhawatirkan akan menyerang aparat kepolisian, pegawai pemerintah, dan gedung-gedung pemerintah.
Peringatan itu dikeluarkan oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional, termasuk Biro Investigasi Federal AS (FBI), Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan Pusat Kontraterorisme Nasional di dalam laporan intelijen gabungannya, Rabu (17/3/2021).
Di dalam laporan yang disampaikan kepada Gedung Putih dan Kongres AS itu disebutkan kelompok-kelompok ekstremis dalam negeri AS akan mencoba melakukan serangan dan memicu gejolak kekerasan tahun ini. Penyebabnya, antara lain, karena perkembangan politik dan sosial, seperti klaim kemenangan pemilihan presiden oleh mantan Presiden Donald Trump dan pendukungnya, kebijakan pembatasan terkait Covid-19, dampak dari kerusuhan Gedung Capitol pada 6 Januari lalu, serta teori konspirasi.
Kategori ekstremis domestik lain yang menjadi perhatian penyelidik pemerintah, termasuk aktivis hak hewan dan lingkungan, kelompok anti-aborsi, kelompok anarkis, dan orang-orang yang menyebut diri mereka warga negara yang kebal dari otoritas dan hukum pemerintah. Menyinggung laporan itu, Ketua Intelijen DPR AS Adam Schiff menyebutkan, yang paling sulit dideteksi adalah pelaku tunggal karena kekerasan yang dilakukannya juga melibatkan sel dan plot yang canggih.
Ketua Komite Intelijen Senat AS Mark Warner mengatakan, platform media sosial selama ini memfasilitasi radikalisasi secara daring, membantu perekrutan, pengorganisasian, dan koordinasi pergerakan antarbenua dari kelompok supremasi kulit putih, ekstremis, dan gerakan milisi.
Menurut hasil penelitian Liga Anti-Fitnah, kelompok supremasi sayap kanan dan kulit putih AS kian gencar membagikan selebaran berbau rasis atau anti-Semit, spanduk, poster, dan propaganda bentuk fisik lainnya tahun lalu. Peringatan serupa selama beberapa pekan juga dikeluarkan Direktur FBI Christopher Wray yang mengatakan ancaman ekstremisme kekerasan domestik kian meluas.
Jaksa Agung AS Merrick Garland juga menilai isu ini menjadi prioritas utama apalagi karena saat ini Departemen Kehakiman tengah memproses penuntutan ratusan orang yang masuk ke Gedung Capitol saat kongres mengesahkan terpilihnya Presiden AS, Joe Biden. Setelah kerusuhan itu, Biden lalu menugaskan intelijen untuk menyelidiki kasusnya.
Intelijen juga menyebutkan kelompok ekstremis berisiko melakukan kekerasan karena termotivasi oleh beragam ideologi. Selain itu, juga bisa semakin parah karena adanya kemarahan akan kondisi pandemi Covid-19 ditambah lagi dengan narasi kemenangan Trump. Di dalam laporan itu juga disebutkan ancaman yang paling berbahaya itu kekerasan ekstremis yang dipicu oleh isu rasial. (REUTERS/AFP/AP)