Iran-Israel terlibat front baru perang di laut. Lokasinya adalah di Laut Tengah, Laut Merah, dan Teluk Persia, ditandai dengan serangan atas kapal asal pihak lawan.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI MESIR, KAIRO
·4 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Iran dan Israel sudah mulai terlibat perang di laut. Salah satu kantor berita Iran, Nour News, Minggu (14/3/ 2021), mengutip tim penyidik Iran, menyebut bahwa Israel diduga kuat berada di balik serangan atas kapal kargo Iran, MV Shahr-E-Kord, di Laut Tengah, Rabu pekan lalu.
Serangan atas kapal MV Shahr-E-Kord diduga dilakukan lewat serangan udara dengan cara menjatuhkan bahan peledak pada kapal kargo tersebut. Kapal kargo milik Iran itu sedang berlayar menuju Eropa ketika terjadi serangan. Kapal mengalami kerusakan ringan dan kebakaran kecil akibat serangan tersebut. Tak ada korban jiwa dalam insiden itu.
Nour News melaporkan, letak geografis dan cara serangan dilancarkan terhadap kapal MV Shahr-E-Kord menunjukkan bukti keterlibatan rezim zionis dalam serangan itu. Israel sejauh ini tak memberi tanggapan atas tuduhan Iran tersebut.
Iran berjanji menempuh jalur hukum melalui lembaga internasional untuk menentukan identitas pelaku serangan itu. Teheran menyebutkan, serangan atas kapal kargo Iran itu sebagai aksi perompak laut dan bertentangan dengan hukum internasional.
Serangan atas kapal kargo Iran tersebut terjadi dua pekan setelah serangan atas kapal laut milik Israel berbendera The Bahamas, MV Helios Ray, 26 Februari lalu di Teluk Oman. PM Israel Benjamin Netanyahu saat itu menegaskan, Iran berada di balik serangan atas kapal MV Helios Ray tersebut.
Serangan atas kapal kargo Iran itu diduga kuat merupakan serangan balasan Israel atas insiden yang menimpa kapal MV Helios Ray. Sebelumnya, pada Minggu malam, 28 Februari lalu, Israel melancarkan serangan balasan lewat udara atas sasaran Iran dan loyalisnya di sekitar kota Damaskus, Suriah.
Netanyahu, seperti dikutip televisi Israel, Chanel 13, Minggu (14/3/2021), mengungkapkan, Israel akan terus melakukan aktivitas rahasia. Netanyahu melalui pernyataan telah mengisyaratkan tentang serangan Israel atas sasaran Iran di Suriah dan di lautan saat ini.
Menurut laporan harian AS, Wall Street Journal, edisi Kamis (11/3), Israel sejak 2019 menyerang sedikitnya 12 kapal laut milik Iran yang sedang mengangkut minyak mentah menuju Suriah. Harian tersebut mengungkapkan, Israel menggunakan berbagai jenis senjata, termasuk ranjau laut, dalam menyerang sasaran kapal laut Iran, baik ketika kapal laut Iran berada di Laut Merah maupun Laut Tengah. Sepanjang tahun 2020, Israel telah melancarkan sedikitnya enam kali serangan atas sasaran kapal laut Iran.
Front baru
Koresponden televisi Al Jazeera di Jerusalem, Elias Karam mengatakan, I,srael kini membuka front baru perang terhadap Iran, yaitu front perang di lautan. Menurut dia, wilayah perang laut antara Iran dan Israel berlokasi di Laut Tengah, Laut Merah, dan Teluk Persia.
Tidak seperti perang konvensional, tidak ada gembar-gembor di media dalam perang laut antara Iran dan Israel. Dengan melibatkan peran intelijen dari kedua pihak, ”perang senyap” itu terjadi secara tiba-tiba tanpa ada pengumuman terbuka untuk membuka front baru.
Sebelum ini, Israel hanya melancarkan serangan udara lewat gempuran pesawat tempur atau serangan rudal dari udara ke darat atas sasaran Iran dan loyalisnya di Suriah. Sejak meletusnya revolusi Suriah tahun 2011, Israel sudah melakukan ratusan kali serangan udara atas sasaran Iran dan loyalisnya di Suriah dalam upaya melumpuhkan kekuatan militer Iran dan loyalisnya di Suriah serta menggagalkan upaya Iran memasok senjata ke loyalisnya di Lebanon, Hezbollah, lewat wilayah Suriah.
Iran-Israel selama ini juga terlibat perang intelijen. Dalam perang intelijen, Iran telah kehilangan seorang ilmuwan nuklir terkemuka andalannya, Mohsen Fakhrizadeh (59), yang tewas pada 27 November 2020 di Absard, dekat kota Teheran.
Sebelumnya pada Januari 2020, intelijen Iran juga kecolongan dalam insiden tewasnya tokoh militer sekelas Komandan Divisi Al Quds pada Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassim Soleimani, di dekat Bandar Udara Internasional Baghdad, Irak. Tewasnya Soleimani saat itu disebut merupakan hasil kolaborasi intelijen antara dinas intelijen luar negeri Israel, Mossad, dan Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA).
Pakta Arab-Israel
Dalam upaya menghadapi perang laut, udara, darat, dan intelijen melawan Iran itu, menurut laporan televisi Israel, i24News, pada awal Maret lalu, Israel sedang berusaha membangun pakta pertahanan bersama dengan Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan Oman. Pakta pertahanan tersebut dirancang persis seperti NATO.
Akan tetapi, sejauh ini belum ada tanggapan positif dari Arab Saudi. Arab Saudi terakhir ini cukup marah terhadap Israel karena membocorkan pertemuan rahasia PM Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) pada akhir November lalu di kota Neom, Arab Saudi barat laut.
Adapun UEA dan Bahrain masih menunggu sikap Arab Saudi. UEA dan Bahrain telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel melalui Abraham Accord pada Agustus dan September 2020.
Diprediksi bahwa UEA dan Bahrain akan menolak membentuk ”NATO baru” bersama Israel di kawasan Arab Teluk tanpa ada persetujuan dari Arab Saudi. Arab Saudi sampai saat ini masih enggan membuka hubungan resmi dengan Israel.