Permusuhan Iran-Israel, dari Konflik Militer hingga Intelijen
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN (DARI KAIRO, MESIR)
·3 menit baca
Konflik sengit antara Iran dan Israel saat ini makin menjadi sorotan menyusul gempuran dahsyat jet-jet tempur Israel, Senin (21/1/2019) dini hari, atas berbagai sasaran militer Iran di sekitar kota Damaskus, Suriah. Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah menyebutkan kepada kantor berita AFP, Selasa (22/1/2019), serangan itu menewaskan 21 orang, termasuk 12 tentara Iran dan enam tentara Suriah.
Serangan militer Israel atas sasaran Iran di Suriah tercatat dimulai pada 30 Januari 2013 dan berlanjut hingga Senin dini hari lalu. Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Gadi Eizenkot, secara mengejutkan mengungkapkan, Israel sepanjang tahun 2018 telah menembakkan lebih dari 2.000 rudal dan bom ke berbagai sasaran Iran dan Hezbolllah di seantero Suriah.
Namun, sesungguhnya konflik sengit Iran-Israel tak hanya terbatas di militer, tetapi juga dalam jaringan intelijen. Pada 9 Januari lalu, Pengadilan kota Jerusalem pada menjatuhkan vonis 11 tahun penjara kepada mantan Menteri Energi Israel, Gonen Segev, yang didakwa menjadi mata-mata untuk Iran. Segev menjabat Menteri Urusan Energi Israel tahun 1990-an.
Tertangkapnya Segev pada sisi lain telah mengungkap keberhasilan Iran merekrut figur-figur papan atas Israel untuk menjadi mata-mata negara itu. Menurut media Israel, Segev selama enam tahun terakhir bertemu secara rutin dengan dinas intelijen Iran. Segev telah memberi informasi sensitif kepada dinas intelijen Iran tentang berbagai instalasi militer penting di Israel dan para pejabat militer Israel yang sedang memegang posisi strategis.
Via Nigeria-Siprus
Segev ditangkap, Mei 2018 di Guinea, Afrika barat, dan diserahkan ke Israel. Dinas intelijen luar negeri Israel (Mossad) telah memantau gerak-gerik Segev ketika ia berdomisili di Nigeria dan membuka klinik di kota Lagos.
Aparat keamanan Israel mengungkapkan, Segev mulai menjalin komunikasi dengan pejabat intelijen Iran di kantor Kedubes Iran di Nigeria tahun 2012. Segev diketahui telah dua kali berkunjung ke Iran dan bertemu para pejabat tinggi intelijen Iran di Teheran. Ia diduga memendam kekecewaan pada Israel.
Dinas intelijen Iran mulai mengincar Segev untuk direkrut sebagai mata-matanya ketika mengetahui klinik milik Segev ramai didatangi warga Israel di Nigeria, baik dari diplomat, pengusaha, maupun profesional Israel. Semula dinas intelijen Iran hanya mengorek informasi dari Segev tentang identitas warga Israel yang sering datang ke kliniknya, kemudian berkembang ke kesediaan Segev menjadi mata-mata Iran.
Konflik dan persaingan sengit Iran-Israel tidak hanya berlangsung di medan pertempuran militer, tetapi juga merambah hingga ranah intelijen.
Ada pula kasus imigran Yahudi di Australia, Mark Eden, yang juga menjadi mata-mata untuk Iran. Kasus Eden terungkap tahun 2001. Eden pernah menjadi anggota militer Israel, dan kemudian keluar dari dinas militer. Eden diketahui masuk ke kantor Kedubes Iran di Siprus pada tahun 1998 dan menawarkan diri menjadi mata-mata untuk Iran. Eden ditangkap ketika kembali ke Israel untuk mencari informasi yang diminta Iran, dan dijebloskan ke penjara pada tahun 2001.
Ada juga kasus populer, Nahum Manbar, yang menjadi mata-mata untuk Iran. sebagai pengusaha, Manbar sering berkunjung ke Iran tahun 1990-an untuk tujuan bisnis. Ia ditangkap dan dihukum penjara 16 tahun pada tahun 1997 dengan dakwaan menjual senjata ke Iran dan menjadi mata-mata untuk Iran. Manbar kemudian bebas tahun 2011 setelah 14 tahun menjalani hukuman penjara.
Sebaliknya, Israel sejak revolusi Iran tahun 1979 tidak pernah berhenti pula berusaha merekrut warga Yahudi Iran menjadi mata-mata untuk Israel. Kasus yang terkenal adalah saat pengadilan Teheran tahun 2000 menjatuhkan vonis hukuman penjara terhadap 13 warga Yahudi Iran dengan dakwaan menjadi mata-mata untuk Israel.
Di antara 13 warga Yahudi Iran yang menjadi mata-mata untuk Israel itu, adalah Hamid Danny Tefileen, Farhad Salehi, dan Ashir Zadamer. Tefileen kepada televisi Iran mengungkapkan, Mossad merekrutnya sebagai mata-mata untuk Israel ketika ia berkunjung pertama kali ke Israel pada tahun 1994.
Tefileen mengakui dirinya adalah bagian dari jaringan mata-mata untuk Israel yang mendapat tugas Mossad mengumpulkan informasi tentang dokumen dan rahasia militer Iran, serta tempat-tempat strategis di Iran.