Demi keselamatan dan alasan kehati-hatian, sejumlah negara menunda pemberian vaksin Oxford-AstraZeneca.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
BANGKOK, JUMAT — Dengan alasan kehati-hatian dan demi keselamatan, Pemerintah Thailand menunda penyuntikan vaksin AstraZeneca pada Jumat (12/3/2021). Suntikan pertama yang direncanakan akan diberikan kepada Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha pun ditangguhkan. ”Penyuntikan vaksin untuk warga Thailand harus aman. Kami tidak harus terburu-buru,” kata Piyasakol Sakolsatayadorn, penasihat pada Komite Vaksin Covid-19 Thailand, dalam konferensi pers di Bangkok.
Langkah Thailand diambil setelah sejumlah negara di Eropa menangguhkan program vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca. Alasan penundaan itu dipicu kekhawatiran setelah adanya laporan kematian selepas vaksinasi dengan vaksin produk Oxford-AstraZeneca dalam kelompok produksi AVB5300 yang dikirim ke 17 negara Eropa.
Austria, Denmark, Eslandia, Estonia, Italia, Lituania, Luksemburg, Latvia, Norwegia, dan Spanyol telah mengumumkan penundaan vaksinasi dengan produk Oxford-AstraZeneca. Sebagian negara Eropa terutama menunda penyuntikan vaksin Oxford-AstraZeneca kepada orang berusia di atas 55 tahun.
Austria memilih menghentikan penggunaan vaksin produk AstraZeneca setelah seorang perawat berusia 49 tahun meninggal karena pembekuan darah, hanya beberapa hari setelah menerima vaksin. Akan tetapi, belum ada hubungan pasti antara vaksin dan pembekuan darah tersebut.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Denmark Magnus Heunicke menyebut penundaan itu bentuk kehati-hatian. Dengan kondisi sekarang, belum ada kesimpulan apa pun bisa dibuat. Asisten Direktur Kesehatan Eslandia Kjartan Njálsson mengatakan bahwa negaranya menunggu saran dari European Medicines Agency (EMA).
”Kekhawatiran kami sekarang adalah kekurangan data,” ujarnya.
Dalam pernyataan, European Medicines Agency (EMA) tengah memeriksa lebih lanjut vaksin AstraZeneca dan kaitannya dengan kasus-kasus pembekuan darah.
Spanyol yang menunda penyuntikan vaksin AstraZeneca kepada orang berusia di atas 55 tahun juga menanti rekomendasi dari EMA sebagaimana dilakukan Eslandia.
Dengan alasan kehati-hatian dan keselamatan itu pula, Thailand mengambil kebijakan menunda penyuntikan vaksin produk AstraZeneca. ”Meski kualitas AstraZeneca bagus, beberapa negara meminta penundaan. Kami akan menunda,” kata Piyasakol.
Kepala Pusat Virologi Klinis pada Chulalongkorn University Yong Poovorawan mengatakan, Pemerintah Thailand sedang menunggu negara-negara Eropa membuat kesimpulan atas isu tersebut. Menurut dia, kelompok vaksin yang dikirim ke Thailand berbeda dengan vaksin yang dikirim ke Eropa. Vaksin AstraZeneca yang diterima Thailand dibuat di sebuah pabrik di Asia.
Yong mengatakan, penggumpalan terutama ditemukan pada orang tua yang kurang gerak. Menurut dia, ada faktor genetika yang turut memengaruhi.
”EMA sudah membandingkan darah yang menggumpal dari orang yang sudah dan belum divaksinasi, tidak ada perbedaan. Hal ini adalah alasan EMA mengindikasikan tidak ada kaitan dengan vaksin,” kata Dekan Fakultas Kedokteran pada Mahidol University Prasit Watanapa, seraya menyebut 1 juta dosis pesanan Thailand bukan dari kelompok AVB5300.
Sementara itu, AstraZeneca mengatakan tidak ada bukti risiko penggumpalan darah yang dipicu vaksin yang mereka produksi. Mereka menegaskan bahwa vaksin yang mereka produksi aman.
Untuk mempercepat produksi, perusahaan farmasi memang membuat vaksin di beberapa lokasi. Selain di Eropa, AstraZeneca, antara lain, memproduksi vaksin Covid-19 di India dan Amerika Serikat.
Pasokan
Penundaan vaksinasi di Eropa terjadi di tengah pemangkasan target pasokan AstraZeneca ke Uni Eropa. Dalam dokumen bertanggal 10 Maret 2021 tercantum bahwa AstraZeneca hanya bisa memasok paling banyak 30,1 juta dosis vaksin pada Maret dan 20 juta dosis lainnya pada April.
Pada 24 Februari, AstraZeneca berjanji memasok 40 juta dosis vaksin ke UE sampai Maret 2021. Tidak ada informasi untuk pasokan Mei dan Juni.
Padahal, UE dan AstraZeneca pernah menyepakati pasokan hingga 300 juta dosis untuk periode Desember 2020-Juni 2021. Selanjutnya, target pasokan ke UE dipangkas lagi menjadi 90 juta dosis. Belakangan, kembali ada pemangkasan pasokan.
Pemangkasan itu menambah persoalan pasokan vaksinasi di UE. Sebelumnya, AS telah menyampaikan bahwa vaksin AstraZeneca yang diproduksi di AS tidak bisa diekspor ke mana pun dalam waktu dekat.
Informasi itu disampaikan meski vaksin AstraZeneca belum mendapat izin penggunaan di AS. Tanpa izin itu, ekspor mustahil terjadi. Washington menginformasikan hal itu kepada Brussels kala AS mengindikasikan akan menuntaskan kebutuhan vaksin domestik sebelum mengizinkan ekspor ke negara atau wilayah lain, termasuk UE yang sekutu AS.
Presiden AS Joe Biden menargetkan seluruh penduduk AS yang berusia di atas 18 tahun telah divaksin pada 1 Mei 2021. Untuk mengejar target itu, AS, antara lain, mengerahkan 6.000 tentara. Mahasiswa kedokteran, perawat, sampai dokter hewan juga akan dilibatkan dalam proses vaksinasi. Lokasi vaksinasi akan ditambah. Biden berharap AS merayakan hari kemerdekaan 2021 dengan sepenuhnya bebas dari Covid-19. (AFP/REUTERS)