Kelompok Negara Quad Bertekad Tandingi Diplomasi Vaksin China
Kelompok negara Quad, yaitu Amerika Serikat, India, Jepang, dan Australia, akan meningkatkan kapasitas produksi vaksin Covid-19 untuk menyaingi pengaruh China di kawasan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Para pemimpin negara-negara kelompok Quad, yaitu Amerika Serikat, Australia, India, dan Jepang, akan bertemu secara virtual, Jumat (12/3/2021). Mereka bertekad memberikan tekanan pada diplomasi vaksin China yang semakin luas dengan meningkatkan kapasitas produksi vaksin Covid-19.
Gedung Putih menyampaikan bahwa pertemuan virtual itu akan memperlihatkan pentingnya kehadiran Presiden AS Joe Biden di kawasan Indo-Pasifik dan fokus dalam melawan pandemi Covid-19, kerja sama dalam pertumbuhan ekonomi dan perubahan iklim.
Seorang pejabat senior di pemerintahan Biden mengatakan, dalam pertemuan itu akan diumumkan kesepakatan pendanaan untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi vaksin Covid-19 di India, sesuatu yang telah didorong oleh New Delhi untuk menandingi diplomasi vaksin China yang semakin luas.
Pada Selasa (9/3/2021), seorang pejabat Pemerintah AS menyampaikan bahwa AS dan Jepang akan membantu mendanai perusahaan-perusahaan farmasi India untuk memproduksi vaksin Covid-19 Novavax dan Johnson & Johnson.
AS juga ingin memperkuat hubungannya dengan mitra-mitranya seiring China yang mengadopsi kebijakan yang semakin tegas di Asia dan sekitarnya. Washington mengatakan, penambahan kapasitas vaksin akan dipakai untuk program vaksinasi di Asia Tenggara yang menjadi lokasi perebutan pengaruh Beijing.
Akan tetapi, Serum Institute of India (SII), produsen vaksin terbesar di dunia, khawatir larangan ekspor AS atas sejumlah bahan pendukung akan membuat produksi vaksin Covid-19 Novavax yang dijadwalkan bulan depan menjadi terbatas.
”Peningkatan skala produksi bakal terdampak oleh pembatasan larangan itu. Jika ini tetap berlangsung, justru bisa memperlambat produksi vaksin Covishield, vaksin Covid-19 AstraZeneca yang diproduksi SII,” kata sumber yang mengetahui informasi ini.
Apabila produksi vaksin Covid-19 dari Novavax dan Covishield terhambat, akan berdampak pada mekanisme pengadaan vaksin Covid-19 global, Covax, yang bergantung pada vaksin AstraZeneca.
Baik SII, para pejabat Pemerintah AS, maupun Kementerian Luar Negeri India tidak memberikan tanggapan atas hal ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ”menerima” banyak kekhawatiran soal produksi, pasokan, dan pengadaan vaksin Covid-19 dan bahan-bahan pendukungnya.
”Ada kekurangan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat vaksin, botol kaca, dan plastik penyumbatnya,” kata Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan dalam diskusi dengan Bank Dunia, pekan lalu.
”Itu sebabnya kita perlu koordinasi dan kesepakatan global, bukan melarang ekspor bahan-bahan tersebut.”
Perusahaan India, Biological E, kemungkinan telah mengikat kontrak dengan Johnson & Johnson untuk memproduksi hingga 600 juta dosis vaksin Covid-19 setahun. Keduanya sudah menandatangani kesepakatan awal, tetapi jumlah dosis yang akan diproduksi belum disepakati.
India memproduksi lebih dari 60 persen semua jenis vaksin Covid-19 yang ada di dunia saat ini dan perusahaan-perusahaan India telah berjanji untuk memproduksi lebih dari tiga miliar dosis setahun.
Isu lain yang juga akan dibahas oleh Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga adalah rantai pasok ekonomi yang selama pandemi ini bergantung pada China.
Koran Nikkei, Kamis (11/3/2021), melaporkan bahwa keempat negara akan bekerja sama untuk mengamankan logam langka esensial untuk kepentingan produksi kendaraan listrik dan produk lainnya.
Akan tetapi, sumber-sumber di Pemerintah India mengatakan, larangan ekspor logam tersebut oleh AS akan menghambat upaya itu dan distribusi skala besar ke Asia Tenggara. (REUTERS)