Empat Negara Quad Satukan Tekad di Kawasan Indo-Pasifik
Empat menteri luar negeri dari Amerika Serikat, Australia, India, dan Jepang bertemu di Tokyo untuk membahas langkah-langkah meredam pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik.
Oleh
MH SAMSUL HADI & BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
TOKYO, SELASA — Para menteri luar negeri dari empat negara di kawasan Indo-Pasifik, yang dikenal dengan sebutan kelompok Quad, menggelar pertemuan di Tokyo, Jepang, Selasa (6/10/2020). Tidak ada pernyataan bersama seusai pertemuan. Namun, seperti dikatakan PM Jepang Yoshihide Suga dalam pertemuan dengan keempat menlu itu, inisiatif keamanan dan ekonomi mereka di kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka kini jauh lebih penting daripada sebelumnya di tengah tantangan pandemi.
Pertemuan tersebut merupakan forum tatap muka pertama di antara keempat menlu itu sejak pandemi Covid-19 terjadi. Hadir dalam pertemuan itu Menlu AS Mike Pompeo, Menlu Australia Marise Payne, Menlu India Subrahmanyam Jaishankar, dan Menlu Jepang Toshimitsu Motegi.
Kepada mereka, Suga menyebutkan bahwa komunitas internasional menghadapi tantangan beragam seiring upaya mereka menangani pandemi. ”Persis mengapa sekarang ini merupakan saatnya kita harus memperkuat koordinasi dengan sebanyak mungkin negara yang memiliki visi sama dengan kita,” kata Suga.
Seusai pertemuan dengan PM Suga, keempat menlu tersebut menggelar pertemuan sendiri. Menlu AS Mike Pompeo menggelar pertemuan satu per satu dengan koleganya dari tiga negara mitra di kelompok Quad. Departemen Luar Negeri AS menyebutkan, dalam pertemuan itu, Pompeo menyampaikan perhatiannya tentang meningkatnya pengaruh China di kawasan.
Isu tersebut disampaikan lagi oleh Pompeo dalam pertemuan bersama. Selain AS, tiga negara lain dalam Quad juga menghadapi perhatian serupa terkait hubungan mereka dengan China. India, misalnya, baru-baru ini terlibat gejolak ketegangan dengan China terkait sengketa perbatasan di Himalaya.
Hubungan antara Australia dan China juga memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Jepang juga prihatin dengan klaim China atas Kepulauan Senkaku yang dikuasai Jepang, yang disebut Diaoyu di China, di Laut China Timur. Jepang juga menganggap aktivitas militer China yang meningkat sebagai ancaman keamanan.
Meski demikian, keempat negara itu berbeda dalam mengekspresikan keprihatinan terkait China. Pompeo secara blak-blakan menyebut kata-kata yang menuduh secara langsung partai penguasa di China, Partai Komunis China (PKC), dalam kecamannya terhadap Beijing. Namun, ketiga menlu lainnya menghindari menyebut China secara langsung.
”Sebagai mitra dalam Quad, saat ini semakin mendesak daripada sebelumnya bahwa kita berkolaborasi melindungi rakyat dan mitra kita dari eksploitasi, korupsi, dan pemaksaan PKC,” kata Pompeo. ”Kita lihat hal itu di Laut China Selatan dan Timur, Mekong, Himalaya, dan Selat Taiwan.”
Namun, kelugasan AS menghadang China bakal terbentur pada kenyataan bahwa Australia, Jepang, dan India memiliki ketergantungan dalam bidang perdagangan dengan China. Menurut statistik perdagangan IMF, yang dikompilasi Refinitiv, China merupakan tujuan ekspor teratas bagi Australia, tujuan ekspor nomor dua bagi Jepang, dan tujuan ekspor nomor tiga bagi India.
Menanggapi pertemuan Quad, Kementerian Luar Negeri China memperingatkan agar negara-negara di kawasan menjaga perdamaian dan stabilitas. ”Kami berharap, negara-negara itu dapat melanjutkan kepentingan bersama negara-negara di kawasan, dan melaksanakan hal-hal yang kondusif bagi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan kawasan,” kata Wang Wenbin, jubir Kemlu China.
Pengamat menyebut pertemuan Quad diperkirakan tidak akan menghasilkan rencana aksi nyata. Namun, pertemuan itu bisa dianggap sebagai peringatan terhadap China dan memainkan kekhawatiran Beijing bahwa kelompok Quad suatu hari bisa berubah menjadi struktur yang diformalkan, seperti Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Prakarsa Indo-Pasifik
Dalam pertemuan bilateral, Pompeo dan Motegi mengatakan bahwa kedua negara akan memimpin prakarsa regional yang disebut ”Indo-Pasifik Bebas dan Terbuka” (FOIP). ”Saya berharap Jepang dan AS akan memimpin masyarakat internasional untuk mencapai Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka,” kata Motegi.
Motegi mengatakan, aliansi Jepang-AS menjadi ”landasan perdamaian dan stabilitas di kawasan”. Ia menekankan hal itu sebagai bagian dari kebijakan PM Suga. Sejak menjabat pada 16 September, Suga bertekad melanjutkan kebijakan keamanan dan diplomatik pendahulunya, Shinzo Abe. Kebijakan FOIP dicanangkan oleh Abe.
Pompeo menyambut baik pemaparan Suga tentang Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka sebagai dasar perdamaian dan stabilitas regional. Pompeo menyatakan, ”Saya sangat setuju dengannya.”
Selain dengan Motegi, Pompeo juga mengadakan pembicaraan terpisah dengan mitranya dari Australia, Payne. Pompeo juga berbagi keprihatinan tentang apa yang disebutnya sebagai ”aktivitas buruk China di kawasan (Indo-Pasifik) itu”. Merujuk pada pernyataan Departemen Luar Negeri AS, Pompeo pun sepakat atas pentingnya pertemuan Quad sebagai sarana untuk ”mempromosikan perdamaian, keamanan, dan kemakmuran di Indo-Pasifik”.
Terkait Indo-Pasifik, keempat pihak akan membahas detail inisiatif FOIP untuk keamanan dan kerja sama ekonomi yang lebih besar. Inisiatif itu didorong oleh Jepang dan AS untuk menyatukan negara-negara yang ”berpikiran sama” tentang meningkatnya pengaruh China.
Suga, kepada media Jepang, Senin (5/10), mengatakan akan mengupayakan diplomasi yang didasarkan pada aliansi Jepang-AS dan ”secara strategis mempromosikan FOIP” sambil membangun hubungan yang stabil dengan tetangga, termasuk China dan Rusia. Suga mengatakan, dirinya berencana untuk mempromosikan FOIP selama kunjungan yang direncanakan ke sejumlah negara di Asia Tenggara akhir bulan ini.
Jepang memandang FOIP sangat penting untuk memiliki akses ke jalur laut sampai ke Timur Tengah. Kawasan itu adalah sumber utama minyak bagi Jepang, negara kepulauan yang miskin sumber daya itu.
Suga memiliki sedikit pengalaman dalam diplomasi. Beberapa analis menyebutkan, menyeimbangkan kekuatan antara AS—sekutu keamanan utama Jepang—dan China—mitra dagang utamanya—akan tidak mudah bagi Jepang. Setiap anggota Quad memiliki sikap politiknya sendiri terhadap China dan akan sulit untuk menyetujui langkah-langkah konkret meskipun mereka memiliki persepsi yang sama tentang China sebagai ancaman bersama. (AP/AFP/REUTERS)