APEC Bertekad Merespons Dampak Jangka Panjang Covid-19
Para pejabat senior negara-negara anggota APEC mempertimbangkan langkah-langkah kebijakan dan upaya regional bersama untuk mendorong pemulihan ekonomi global.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WELLINGTON, JUMAT — Sebanyak 21 negara anggota kelompok Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC bertekad untuk mempercepat respons regional terhadap dampak jangka panjang Covid-19, khususnya pemulihan ekonomi.
Hal itu menjadi salah satu kesimpulan dari pertemuan para pejabat senior negara-negara anggota APEC selama dua hari yang berakhir Jumat (12/3/2021).
Pertemuan virtual itu berupa diskusi intensif tentang bagaimana APEC akan melaksanakan komitmen yang dibuat para pemimpin pada tahun 2020 dan pengembangan rencana implementasi selama 20 tahun ke depan. Hal itu dengan mempertimbangkan tantangan dan risiko yang terekspos oleh pandemi saat ini.
”Kita menghadapi tantangan yang cukup serius tahun ini. Sebagian didorong oleh bencana kesehatan yang kita semua hadapi di seluruh wilayah kita, tetapi juga tantangan ekonomi serius yang sekarang dihadapi perekonomian kita saat kita mencari cara untuk mengatasi krisis ini,” kata Vangelis Vitalis, Ketua Pejabat Senior APEC 2021.
Vitalis adalah Wakil Menteri Luar Negeri dan Menteri Perdagangan Selandia Baru. Negara ini menjadi menjadi Ketua APEC bergilir pada tahun 2021.
APEC melihat sejumlah hal penting yang melatarbelakangi kondisi sebelum pandemi Covid-19, yakni aneka ketidakpastian yang membayang, risiko ketidaksetaraan yang lebih luas, dan meningkatnya proteksionisme.
Vitalis menekankan pentingnya menangkap dan menampilkan semua tantangan ini. Para pejabat senior mempertimbangkan langkah-langkah kebijakan dan upaya regional bersama mereka untuk mendorong pemulihan ekonomi global.
”Ada peningkatan proteksionisme di seluruh dunia yang menantang kita semua untuk memikirkan kembali dasar-dasar integrasi ekonomi regional,” kata Vitalis.
”Selain itu, respons sosial terkait kebijakan perdagangan dan integrasi ekonomi semakin tertekan karena kami menyaksikan dampak Covid-19 yang tidak setara pada perempuan, bisnis kecil, dan masyarakat adat,” katanya lagi.
Sebagai kawasan, kata Vitalis, kerja sama APEC harus dipastikan guna merespons aneka tantangan itu secara efektif. Hal itu semata tidak hanya untuk menghadapi krisis yang mendesak saat ini, tetapi juga kebutuhan jangka panjang untuk membangun ekonomi kawasan yang berkelanjutan dan tangguh yang menguntungkan semua orang.
Ada peningkatan proteksionisme di seluruh dunia yang menantang kita semua untuk memikirkan kembali dasar-dasar integrasi ekonomi regional.
Dalam pertemuan itu pejabat senior APEC berupaya untuk mewujudkan kebutuhan agar lebih berkelanjutan dan inklusif bagi semua orang, termasuk perempuan dan masyarakat adat. Fokusnya adalah untuk mendukung partisipasi penuh mereka dalam ekonomi kawasan.
Dengan demikian, gagasan-gagasan itu membantu mendorong pemikiran baru dan sekaligus membuka cara baru untuk merespons pandemi global.
Para pejabat senior APEC juga membahas langkah-langkah untuk merespons pandemi melalui kebijakan ekonomi dan perdagangan yang memperkuat masa pemulihan. Ini termasuk kebijakan yang mendorong keterbukaan dan konektivitas, serta mengurangi gesekan di perbatasan.
Tujuannya adalah mengurangi hambatan dan memudahkan perusahaan untuk berdagang di seluruh kawasan APEC, terutama pada barang-barang penting terkait penanggulangan Covid-19.
Selain respons atas pandemi Covid-19, upaya-upaya untuk memajukan inklusi digital, infrastruktur, dan teknologi hijau juga menjadi fokus utama APEC tahun ini. Ini termasuk mempromosikan bisnis dan perdagangan yang didukung secara digital, bekerja menuju koherensi peraturan, serta menyelesaikan masalah terkait data dan alat perdagangan digital.
”APEC sebagai forum regional perlu memanfaatkan momen dan meningkatkan kesempatan dengan menyusun tanggapan konkret yang akan menguntungkan bagi semua,” kata Direktur Eksekutif Sekretariat APEC Rebecca Sta Maria.
Mari menambahkan, ”Kami ingin melihat kebijakan yang terus membuat perdagangan dan investasi di seluruh pasar menjadi lebih mudah, lebih murah, lebih cepat, dan lebih berkelanjutan untuk menghindari merongrongnya kemajuan signifikan yang telah dicapai di kawasan ini.”
Vitalis setuju dengan menekankan pentingnya APEC bekerja sama untuk mengakhiri subsidi bahan bakar fosil dan menurunkan tarif barang lingkungan dan mengeksplorasi pekerjaan serupa di bidang jasa.
”APEC perlu menunjukkan kepemimpinan di bidang ini, seperti yang diharapkan dari ekonomi regional paling dinamis di dunia,” katanya.
”Kebijakan perdagangan harus inklusif dan bermanfaat bagi semua, dan perdagangan memungkinkan solusi untuk beberapa masalah keberlanjutan yang paling mendesak yang kita semua hadapi. Mengidentifikasi barang dan jasa lingkungan serta mengatasi hambatan penyerapannya, misalnya, dapat berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim kolektif kami.”
Tahun ini akan menjadi tahun yang signifikan bagi APEC dan Selandia Baru. Dengan APEC Putrajaya Vision 2040 yang disepakati oleh para pemimpin tahun lalu, negara anggota APEC saat ini perlu mengembangkan rencana tindakan terperinci untuk mengimplementasikan visi baru.
Hal itu akan memperluas tiga pendorong pertumbuhan ekonomi: perdagangan dan investasi; inovasi dan digitalisasi; serta pertumbuhan yang kuat, seimbang, aman, berkelanjutan, dan inklusif. ”Kuncinya adalah agar APEC tanggap terhadap krisis sekaligus relevan dengan tantangan yang akan kita hadapi selama 20 tahun ke depan,” kata Vitalis.