Paus Fransiskus menekankan pentingnya pemaafan dan persaudaraan. Ia mengajak warga Irak menjauhi dendam dan pembalasan demi memutus lingkaran kekerasan. Ini salah satu pesan penting Paus guna membangun kembali Irak.
Oleh
Kris Mada dan B Josie Susilo Hardianto
·4 menit baca
BAGHDAD, MINGGU — Pemimpin tertinggi umat Katolik Paus Fransiskus mengajak umat dan semua pengungsi Irak kembali ke negara mereka dan membangun Irak lagi. Selain itu, menjelang akhir kunjungan apostoliknya di Irak, kepada komunitas Kristen dan para korban konflik di Irak, Paus Fransiskus mengingatkan kembali sendi-sendi utama yang dibutuhkan untuk membangun kembali Irak. Sendi-sendi utama itu adalah pengampunan, harapan, dan persaudaraan.
Paus tidak menampik kejinya penganiayaan dan pembunuhan yang dialami korban kekejaman kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Meski demikian, saat berbicara dalam perayaan Ekaristi di Gereja Maria Dikandung Tanpa Noda di Qaraqosh, Minggu (7/3/2021), Paus dengan tegas mengingatkan salah satu kata kunci dalam iman Kristiani, yaitu pengampunan.
”Jalan menuju pemulihan masih panjang, tetapi saya mohon, jangan berkecil hati. Yang dibutuhkan kemampuan untuk mengampuni dan keberanian untuk tidak menyerah,” kata Paus, Minggu.
Sampai sebelum Amerika Serikat menyerbu dan menduduki Irak pada 2003, ada 1,5 juta pemeluk Kristiani di Irak. Kini, jumlahnya ditaksir paling banyak 400.000 atau 1 persen dari 40 juta penduduk Irak. Mayoritas Kristiani Irak mengungsi atau tewas di tengah perang saudara. Banyak pula dibunuh NIIS. Banyak gereja yang sudah berusia ratusan tahun dan bangunan lain yang berusia berabad-abad dihancurkan NIIS.
Dalam lawatan di Qaraqosh dan Mosul, Paus Fransiskus mendatangi sisa-sisa gereja kuno yang dihancurkan NIIS. Sementara dalam pernyataan di Mosul, Sri Paus menyebut Irak telah menghadapi kekejaman tak terperi dan telah merusak peradaban. ”Banyak tempat ibadah kuno dihancurkan dan ribuan orang, Muslim, Kristen, Yazidi, dimusnahkan secara kejam oleh terorisme dan banyak yang dipaksa mengungsi,” ujarnya.
Mengampuni atau memaafkan, kata Paus, adalah keutamaan dalam hidup orang beriman, khususnya umat Kristiani. Pesan itu merupakan salah satu sendi penting guna membangun kembali Irak yang porak poranda karena perang dan konflik.
Saat berada di Mosul, Paus menegaskan satu nilai penting lain, yaitu persaudaraan. ”Hari ini, bagaimanapun, kami menegaskan kembali keyakinan kita bahwa persaudaraan lebih tahan lama daripada pembunuhan saudara, bahwa harapan lebih kuat daripada kebencian, dan bahwa perdamaian lebih kuat daripada perang.”
Pernyataan itu mengulang pernyataan di Qaraqosh. ”Kala saya melihat Anda, saya melihat keberagaman agama dan kebudayaan masyarakat Qaraqosh, ini keindahan yang harus dirawat. Kehadiran Anda adalah pengingat bahwa keindahan tidak seragam, tetapi bersemi dalam keberagaman dan perbedaan,” kata Paus.
Salah seorang pemuka umat Kristen di Mosul, Raed Kallo, menyebutkan bahwa dirinya diterima komunitas Muslim di kota itu saat kembali dari pengungsian. ”Kini, saya hidup di antara 2 juta Muslim yang memanggil saya Bapa Raed,” ujarnya.
Tokoh Muslim Mosul, Gutayba Aagha, mengajak pengungsi Kristiani dari kota itu kembali. ”Saya mengundang semua saudara Kristiani kembali ke kota mereka, ke usaha mereka,” ujarnya.
Seusai mengunjungi Qaraqosh dan Mosul, Paus bertandang ke Erbil. Di kota itu, Paus memimpin perayaan Ekaristi di Stadion Franso Hariri. Di sana, Paus kembali menyampaikan pesan tentang kasih, persaudaraan, dan permohonan ampun kepada Tuhan.
Para hadirin diajaknya tidak menyerah dan putus asa. Paus mengajak membangun kembali dan memulai dari awal. ”Kunjungan ini memberi kami harapan dan keberanian, seolah-olah kami merayakan kehidupan baru,” kata Frdos Zora, biarawati di Erbil.
Ribuan orang mendatangi Stadion Franso Hariri, tempat Sri Paus memimpin ekaristi. Selain duduk di bangku stadion, sebagian hadirin duduk di kursi di lapangan. Di tengah lapangan dibuat panggung sementara tempat Paus dan sejumlah pastor memimpin ekaristi.
Di sana Paus kembali menyampaikan tentang kasih dan permohonan ampun kepada Tuhan. Ia juga menekankan pentingnya persaudaraan. Para hadirin diajak menjauhi dendam dan pembalasan demi memutus lingkaran kekerasan. Kesabaran adalah bentuk keberanian yang besar. Dengan semua itu, ia mengajak semua Kristiani Irak untuk kembali dan membangun gereja serta komunitas yang ditinggalkan selama perang.
Perayaan di Erbil merupakan yang terbesar selama lawatan Bapa Suci ke Irak. Dimulai Jumat siang, muhibah itu akan berakhir pada Senin pagi. Erbil menjadi tempat terakhir yang disambangi Sri Paus selain Baghdad.
Selama perang saudara dan perang melawan NIIS, kota itu memberi perlindungan kepada para pengungsi Kristiani dan kelompok minoritas lain dari milisi. Erbil merupakan pusat pemerintahan otonom Kurdi. Di sana milisi Kurdi menjadi salah satu kekuatan penting selama perang melawan NIIS.
Dalam 16 tahun terakhir, para pemimpin daerah otonom Kurdistan telah bertemu tiga Paus, yakni Santo Yohanes Paulus II, Benekditus, dan Fransiskus. Kecuali Fransiskus, semua Paus menemui pemimpin Kurdi di Vatikan. Fransiskus menemui para pemimpin Kurdi Irak di Vatikan dan Irak. (AFP/REUTERS)