Tekor karena Semikonduktor
Rantai pasok semikonduktor global bergantung pada Taiwan, Korsel, Jepang, Eropa, dan AS. Meski menguasai banyak teknologinya, AS menggantungkan produksi semikonduktor pada Taiwan dan Samsung.
Sepanjang 2021, sebagian produsen utama otomotif global akan kehilangan sedikitnya Rp 2,3 triliun per hari. Sementara produsen aneka elektronik gagal mendapatkan beberapa ratus miliar per hari sepanjang 2021. Penyebabnya sama, kekurangan pasokan semikonduktor.
General Motors, produsen otomotif utama Amerika Serikat, telah mengumumkan pemangkasan produksi pada pabrik-pabrik di AS, Kanada, dan Meksiko sampai setidaknya pertengahan Maret 2021. ”Meski ada upaya mitigasi kami, kekurangan semikonduktor akan berdampak terhadap produksi GM pada 2021,” kata juru bicara GM, David Barnas, kepada Reuters pada awal Februari 2021.
Baca juga: Khawatir untuk Pengembangan Senjata, AS Larang Ekspor Teknologi ke China
Sebelum GM, ada Ford dan VW yang lebih dulu mengumumkan pemangkasan produksi karena kekurangan pasokan semikonduktor. Raksasa otomotif di sejumlah negara menghadapi masalah yang sama.
Hanya Toyota, sebagaimana dilaporkan Bloomberg, yang tetap menjaga produksi karena telah punya cadangan semikonduktor sampai beberapa bulan mendatang. Pabrikan Jepang itu sampai memperkirakan pendapatannya di 2021 akan naik lebih dari separuh.
Pemangkasan produksi berarti pemangkasan jam kerja dan upah. Karena itu, kekurangan pasokan semikonduktor menjadi perhatian khusus, antara lain, di meja Presiden AS Joe Biden, Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Mereka paham, keinginan memulihkan perekonomian akan sulit jika pabrik memangkas produksi. ”Masuk akal jika pemerintah bertindak. Hal ini akan menjadi masalah sampai setengah tahun ini,” kata Presiden American Automotive Policy Council AS Matt Blunt.
Elektronik
Memang, perkembangan teknologi membuat peran semikonduktor semakin penting. Kalkulator sederhana sampai mobil listrik terbaru membutuhkan semikonduktor. Benda, yang kini ukurannya semakin kecil, 5 nanometer, menjadi ”otak” mesin karena menjadi tempat aneka perintah diolah. Semakin kecil semikonduktor, semakin mangkus kinerjanya dan semakin mahal pula harganya.
Baca juga: Teknologi Digital dan Ekosistem Inovasi
Bagi perangkat, semakin banyak dibutuhkan jika kecanggihan peralatan itu meningkat. Semakin mudah penggunaan suatu perangkat karena aneka otomatisasi, semakin besar pula kebutuhan semikonduktor.
Ponsel, televisi, dan aneka perangkat elektronik di rumah tentu saja membutuhkan semikonduktor. Sepanjang 2020, meski di mana-mana ada keluhan soal penurunan perekonomian, penjualan aneka perangkat elektronik justru meningkat. Sebaliknya, penjualan mobil dan sepeda motor menurun. Orang-orang di rumah selama isolasi tidak butuh pergi ke sana-sini.
Lembaga penelitian pasar dan konsultasi usaha, Gartner, mencatat, penjualan komputer naik 4,8 persen sepanjang 2020 menjadi total 275 juta unit. Consumer Tech Association mencatat, anggotanya mendapat 442 miliar dollar AS sepanjang 2020. Perkumpulan produsen di AS itu memperkirakan penjualan semakin membaik di 2021 gara-gara tren bekerja dan belajar dari rumah masih akan terus bertahan.
Meski proyeksinya bagus, tidak semua produsen elektronika senang. Sony, yang antara lain memasarkan perangkat permainan PlayStation, mengeluhkan kekurangan pasokan semikonduktor. Pendapatan potensial gagal diraih karena produksi tidak bisa dipacu.
Baca juga: Gim Video dan Pendidikan Digital
Demikian pula Apple, yang meraih 111 miliar dollar AS di triwulan IV-2020 dan ratusan miliar dollar AS pada sembilan bulan lain di 2020. Perusahaan AS itu berharap mendapat pasokan semikonduktor lebih banyak untuk memenuhi lonjakan permintaan.
Adaptasi
Lonjakan permintaan elektronik dan penurunan penjualan otomotif berpengaruh pada rencana usaha produsen semikonduktor. Pasokan ke otomotif, sebagaimana dicatat Semiconductor Industry Association (SIA), sebenarnya hanya 3 persen dari produksi semikonduktor global yang bernilai rata-rata 400 miliar dollar AS per tahun. Sisanya diserap industri elektronik, mulai dari ponsel, televisi, sampai mesin penyejuk udara.
Karena permintaan menurun selama pandemi, produsen otomotif mengurangi pesanan semikonduktor. Tentu saja produsen semikonduktor tidak mau rugi membiarkan kapasitas produksi tidak terpakai di tengah penurunan pesanan dari salah satu sektor pelanggan. Mereka mengalihkan sumber daya ke sektor yang meningkat, yaitu elektronik.
Inilah salah satu pokok masalah yang kini dirasakan berbagai produsen otomotif. Karena mesin produksi semikonduktor telanjur diarahkan ke tempat lain, pengubahan akan membutuhkan waktu dan hal itu berarti produksi tertunda.
Baca juga: Perseteruan AS-China di Tiga Arena
Kondisi itu harus diterima karena dunia praktis hanya mengandalkan Samsung dari Korea Selatan dan TSMC di Taiwan sebagai pabrik utama semikonduktor. AS, yang memiliki banyak perusahaan perancang dan pemilik hak paten semikonduktor, juga bergantung pada Taiwan dan Korsel. Jepang, China, Jerman, sampai Vietnam lebih tergantung lagi.
Penasihat ekonomi Biden, Brian Deese, berkali-kali mengontak Taiwan untuk mengatasi kekurangan semikonduktor pada industri otomotif AS. Negara lain juga berusaha membujuk Taiwan.
AS memang punya Intel yang merupakan produsen semikonduktor dengan pendapatan tertinggi di bumi. Masalahnya, Intel fokus pada komputer. Kebutuhan semikonduktor untuk otomotif dan aneka produk elektronik lain bergantung pada TSMC dan Samsung yang memproduksi aneka macam produk. SIA mencatat, porsi AS dalam produksi semikonduktor global terpangkas dari 37 persen di 1990 menjadi 12 persen di 2020.
Di China, ada beberapa produsen, seperti SMIC. Masalahnya, teknologi di China tertinggal jauh dibandingkan dengan Korsel dan Taiwan, apalagi Eropa.
Dalam laporan Stiftung Neue Verantwortung, rantai pasok semikonduktor global bergantung pada Taiwan, Korsel, Jepang, Eropa, dan AS. Dari AS terutama dipasok rancangan dan teknologi pengujian.
Dari Eropa, untuk mesin pembuat kepingan tempat meletakkan aneka sirkuit ukuran mahakecil sehingga menjadi benda yang dikenal sebagai cip atau integrated circuits (IC). Jepang terutama memasok bahan kimia untuk proses produksi kepingan tersebut dan tahap lanjutan dari proses produksi semikonduktor. China berusaha mengejar, dan masih tertinggal sangat jauh, untuk menjadi perancang dan produsen.
Perang dagang
Upaya China mengejar ketertinggalan kini terhambat oleh perang dagang dengan AS. Washington melarang hak paten dan produknya dijual ke Beijing. AS juga mengajak mitranya di Eropa untuk tidak memasok industri semikonduktor China.
Baca juga: Presiden Moon Peringatkan Kondisi Darurat akibat Langkah Jepang
Tanpa teknologi AS dan Eropa, nyaris mustahil bagi China untuk memajukan industri semikonduktornya. Sebab, teknologi dan perangkat pembuat dan penguji keping semikonduktor dikuasai produsen AS dan Eropa. Padahal, China bisa disebut pabrik global karena memproduksi aneka produk setengah jadi untuk berbagai pabrik di banyak negara. Gangguan produksi di China telah dirasakan dampaknya pada industri global.
Baca juga: Giliran Xiaomi Masuk Daftar Sanksi Amerika Serikat
AS juga melarang transaksi dengan perusahaan teknologi China. Larangan itu membuat perusahaan-perusahaan AS tidak punya pilihan selain memesan ke Taiwan. Padahal, barang sejenis bisa disediakan China.
Perang dagang yang berdampak pada semikonduktor tidak hanya antara AS dan China. Perselisihan Korsel-Jepang pun berdampak pada pasokan semikonduktor global. Jepang melarang ekspor sejumlah bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam proses produksi semikonduktor. Larangan itu mencekik produsen semikonduktor Korsel yang bergantung pada pasokan Jepang.
Kekurangan pasokan semikonduktor global membuat semua kondisi itu kini sedang dikaji. Dunia yang semakin canggih bergantung pada benda yang semakin kecil. (AFP/REUTERS)