Kim Jong Un Akui Korut Gagal Capai Target Strategi Ekonomi
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengakui ada kesalahan sehingga implementasi strategi pembangunan ekonomi Korea Utara selama lima tahun terakhir gagal memenuhi target di semua sektor.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
SEOUL, RABU —Strategi pembangunan ekonomi Korea Utara selama lima tahun terakhir gagal memenuhi target di semua sektor. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengakui ada kesalahan. Meski demikian, Kim tetap mengajak seluruh rakyat memperkuat kemandirian Korut karena hanya itu bekal untuk menghadapi tantangan internal dan eksternal.
Kongres Partai Pekerja Korut yang terakhir kali diselenggarakan tahun 2016 ini akan memaparkan strategi ekonomi baru selama lima tahun ke depan. ”Rencana ekonomi lima tahun kemarin seharusnya bisa tercapai tahun lalu, tetapi gagal di hampir semua sektor. Kita tidak boleh mengulangi pelajaran yang menyakitkan ini,” kata Kim, sebagaimana dikutip kantor berita resmi Korut, KCNA, Selasa (5/1/2021).
Kongres Partai Pekerja ke-8 tahun ini terselenggara di saat yang tidak mudah bagi Kim yang sudah berkuasa selama sembilan tahun itu. Kegagalan rencana ekonomi itu, menurut Kim, akibat krisis yang bertubi-tubi datang, seperti penutupan perbatasan akibat pandemi Covid-19, bencana alam, dan sanksi dari Amerika Serikat.
Banjir krisis itu diperparah dengan kesalahan dalam pengelolaan ekonomi. Rencana ekonomi lima tahunan itu ternyata sudah sempat diam-diam dihapuskan awal tahun ini karena sudah ketahuan tidak bisa mencapai target.
Untuk mengejar target, Oktober lalu, Kim memerintahkan 80 hari kerja keras untuk mendorong perekonomian menjelang kongres. Bentuk kerja keras itu adalah menambah jam kerja menjadi lebih panjang dan tambahan-tambahan pekerjaan bagi para pekerja. Ini juga terjadi sebelum kongres ke-7 tahun 2016. Pada waktu itu malah perintahnya 200 hari kerja keras.
Pandemi
Beban Korut bertambah berat gara-gara penutupan perbatasan akibat pandemi. Perdagangan dengan China terganggu dan banyak perwakilan negara asing yang keluar dari Korut karena khawatir tertular Covid-19. Korut bersikeras tidak ada satu pun kasus Covid-19 di negeri itu. Tetapi, tidak ada yang percaya.
Analis pada IBK Economic Research Institute di Seoul, Song Jaeguk, mengatakan, volume perdagangan bilateral antara China-Korut pada sebelas bulan pertama tahun 2020 turun 79 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019. Ia mengatakan, PDB Korea Utara diperkirakan turun 9,3 persen pada 2020.
Para pengamat menilai, kongres Korut itu akan lebih banyak membahas masalah-masalah domestik dengan penekanan pada pentingnya kemandirian. Harian partai berkuasa, Rodong Sinmun mengajak rakyat untuk tetap setia pada Kim karena semangat persatuan penting untuk meraih kemenangan.
Kongres ini merupakan pertemuan tingkat tinggi partai berkuasa dan menetapkan kekuatan politik otoritas rezim. Kongres ini dipantau oleh banyak pihak karena bisa terlihat jika ada tanda-tanda perubahan arah kebijakan atau perubahan posisi para pejabat. Adik Kim dan penasihat utama Korut, Kim Yo Jong, termasuk salah satu pejabat yang dipilih menjadi presidium kongres. Ini menunjukkan posisi yang lebih kuat.
Dalam kongres 2016, kongres pertama setelah selama 40 tahun tak ada kongres, Kim Jong Un dinyatakan sebagai pemimpin tertinggi dan mewarisi kekuasaan dinasti keluarganya selama 70 tahun.
Peneliti di World Institute for North Korea Studies di Seoul, Ahn Chan-il, menilai, kongres Korut tahun ini merefleksikan kebutuhan mendesak akan solidaritas internal. ”Kongres partai harus bisa memulihkan kepercayaan rakyat yang kian frustrasi,” ujarnya.
Mendiang ayah Kim, Kim Jong Il, belum pernah menggelar kongres partai selama ia berkuasa. Kim sepertinya akan rutin menggelar kongres lima tahunan ini. ”Kim Jong Un menginginkan rezim yang stabil dan menghendaki normalisasi partai. Dan, cara normalisasinya dengan menggelar kongres,” kata Shin Beom-chul dari Institut Penelitian Strategi Nasional Korea.
Amerika Serikat
Dalam pidato pembukaannya di kongres, Kim tidak menyinggung soal AS. Peneliti di Institut Studi Kebijakan Asan, Go Myong-hyun, menilai Korut akan tetap bersikap keras dan provokatif terhadap AS meski Presiden AS Donald Trump sudah pergi. Ini karena Korut tetap akan melanjutkan program nuklirnya, sedangkan AS tetap pada posisi berlawanan.
Dengan menggelar kongres sebelum pelantikan Presiden AS terpilih Joe Biden, Kim sepertinya ingin memberikan pesan kepada AS. ”Kim mau maju duluan menunjukkan sikap ketimbang bereaksi pada kebijakan-kebijakan Biden,” kata Guru Besar Ewha University di Seoul, Leif-Eric Easley.
Para pengamat menilai Kim kemungkinan tidak akan memprovokasi AS dalam waktu dekat karena akan mengganggu prospek perundingan soal nuklir. Ini dikhawatirkan akan berdampak lebih parah pada urusan domestik. Perundingan nuklir Korut-AS menemui jalan buntu selama dua tahun setelah AS menolak mencabut sanksinya terhadap Korut karena Korut tidak mau menghentikan program nuklirnya.
Pada akhir November lalu, badan intelijen Korea Selatan menyebutkan, Kim sudah memerintahkan para diplomatnya di luar negeri untuk tidak memprovokasi AS karena khawatir dengan kebijakan-kebijakan baru Biden terkait Korut. (REUTERS/AFP/AP)