India Targetkan Vaksinasi 300 Juta Warga dalam 6-8 Bulan
Vaksinasi gelombang pertama di India diprioritaskan bagi tenaga medis, aparat keamanan, dan kelompok rentan karena usia lanjut atau memiliki penyakit lain. Sekitar 20.000 tenaga medis telah dilatih untuk vaksinasi itu.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
NEW DELHI, MINGGU — India akan memulai program vaksinasi gratis dengan dua vaksin, yakni vaksin produksi AstraZeneca-Oxford University dan vaksin produksi perusahaan farmasi lokal, Bharat Biotech, Covaxin, pada pekan depan. Vaksinasi gelombang pertama diberikan kepada 300 juta orang dari total jumlah penduduk 1,3 miliar jiwa. Proses vaksinasi gelombang pertama ini diperkirakan baru akan selesai dalam 6-8 bulan.
Organisasi Pusat Standardisasi Pengendalian Obat-obatan India menyetujui vaksin Covid-19 tersebut untuk penggunaan darurat, Minggu (3/1/2021). Berbeda dengan vaksin AstraZeneca-Oxford yang juga sudah disetujui di Inggris, Argentina, dan El Salvador, penggunaan vaksin Covaxin akan diawasi lebih ketat karena belum ada data efikasinya.
”Kami meminta rakyat memercayakan protokol ketat yang sudah dilakukan untuk memastikan keamanan dan kemanjuran vaksin ini,” kata Harsh Vardhan, Menteri Kesehatan India.
Kepala Organisasi Pusat Standardisasi Pengendalian Obat-obatan India VG Somani mengatakan bahwa secara keseluruhan efikasi dari vaksin AstraZeneca-Oxford mencapai 70,42 persen. Sementara Covaxin dinyatakan ”aman dan memberikan respons imun yang kuat”. Vaksin AstraZeneca-Oxford dikembangkan Inggris dan akan diberi merek Covishield di India oleh Institut Serum India (SII).
SII juga sudah menandatangani kontrak dengan AstraZeneca-Oxford untuk memproduksi vaksin itu bagi negara-negara berkembang, termasuk India. Sementara Covaxin dikembangkan oleh Bharat Biotech bekerja sama dengan Dewan Riset Medis India yang dikelola pemerintah. Bharat Biotech menjanjikan akan bisa memproduksi vaksin hingga 300 juta dosis per tahun.
Kedua vaksin tersebut masing-masing akan dibagi dalam dua dosis dan disimpan dengan suhu 2-8 derajat celsius. Tidak disebutkan jarak pemberian antarvaksin, tetapi kabarnya diberikan berjarak empat pekan. SII, produsen vaksin terbesar di dunia, sudah menyimpan lebih dari 50 juta dosis vaksin AstraZeneca-Oxford.
Kementerian Kesehatan India menjelaskan rencana vaksinasi pertama diprioritaskan bagi tenaga medis, aparat keamanan, dan siapa saja yang termasuk dalam kelompok rentan karena usia lanjut atau memiliki penyakit lain. Guna memastikan distribusi vaksin dan vaksinasi berjalan efektif, sekitar 20.000 tenaga medis sudah dilatih untuk memberikan vaksinasi.
Murah dan mudah
Vaksin AstraZeneca-Oxford lebih murah dengan penyimpanan serta penggunaannya lebih mudah ketimbang vaksin lain, seperti Pfizer. Namun, terkait otorisasi pada Covaxin, banyak anggota parlemen dari oposisi masih mempertanyakan efektivitasnya. Pihak Bharat Biotech menjelaskan, Covaxin sudah menyelesaikan tiga tahap uji klinis.
Hasil uji klinis awal menunjukkan tidak ada efek samping serius pada Covaxin dan mampu menghasilkan antibodi bagi Covid-19. Jarak antar-suntikan Covaxin selama 28 hari dan respons imun akan muncul dua pekan setelah suntikan pertama. ”Covaxin aman dan akan memenuhi kebutuhan vaksin bagi siapa saja yang paling membutuhkan,” kata Direktur Bharat Biotech Krishna Ella.
SII berencana akan menjual vaksin AstraZeneca-Oxford ke Pemerintah India dengan harga 3,42 dollar AS per dosis. Selain kedua vaksin itu, regulator India juga menerima permohonan penggunaan darurat dari vaksin Pfizer-BioNTech.
India merupakan negara kedua yang paling parah terdampak pandemi Covid-19 di dunia setelah Amerika Serikat. Sejauh ini ada 10,3 juta kasus Covid-19 di negara itu dan 149.435 orang di antaranya tewas. Sejak pertengahan September, jumlah kasusnya menurun secara signifikan. (REUTERS/AFP/AP)