Sejumlah Negara di Eropa Tutup Pintunya untuk Inggris
Banyak negara di dunia mulai menutup diri dari Inggris menyusul lonjakan kasus baru Covid-19 dengan ”strain” virus baru yang lebih cepat menular.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
BERLIN, SENIN — Untuk mencegah penyebaran Covid-19 varian baru dari Inggris selatan, negara-negara anggota Uni Eropa, seperti Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Belgia, Austria, Swiss, Irlandia, dan Bulgaria, mengumumkan kebijakan pembatasan semua perjalanan darat, laut, dan udara dari Inggris.
Langkah yang sama juga diambil Kanada, Australia, Iran, Israel, dan beberapa negara lain di Eropa Timur dan luar Eropa. Penumpang yang tiba di Arab Saudi dari Eropa mulai 8 Desember akan diminta mengisolasi diri selama dua minggu dan mengikuti tes.
Kuwait telah menambahkan Inggris ke dalam daftar negara ”berisiko tinggi” dan melarang penerbangan, baik dari maupun ke Inggris. Presiden El Salvador Nayib Bukele mengatakan di Twitter, siapa pun yang berada Inggris atau Afrika Selatan dalam 30 hari terakhir tidak akan diizinkan memasuki negara itu.
Keputusan negara-negara itu dikeluarkan pada Minggu (20/12/2020) malam dan Senin ini, beberapa jam setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan agar masyarakat membatalkan kegiatan belanja dan kumpul-kumpul keluarga saat Natal. Ini karena virus Covid-19 varian baru lebih cepat menular.
Perancis melarang semua perjalanan dari Inggris selama 48 jam sejak Minggu malam, termasuk melarang kapal dan truk yang membawa barang melalui terowongan di bawah Selat Inggris atau dari Pelabuhan Dover di pantai Selatan.
Keputusan ini terpaksa dilakukan untuk mencari cara menangani virus varian baru itu meski kemudian mengacaukan distribusi ribuan angkutan barang.
Jerman melarang semua penerbangan dari Inggris masuk ke Jerman kecuali pesawat kargo. Namun, tidak disebutkan sampai kapan larangan itu berlaku. PM Belgia Alexander De Croo memberlakukan larangan penerbangan selama 24 jam dan bisa diperpanjang kembali melihat perkembangan kondisi.
”Masih banyak pertanyaan belum terjawab terkait mutasi baru ini,” ujarnya.
PM Kanada Justin Trudeau juga memberlakukan larangan penerbangan dari Inggris selama 72 jam sejak Minggu malam. Bagi siapa saja yang tiba di Kanada pada hari Minggu harus menjalani pemeriksaan kesehatan. Namun, pesawat kargo tetap boleh masuk agar tak mengganggu distribusi barang kebutuhan sehari-hari.
Johnson, Sabtu lalu, menjelaskan, ada virus varian baru di Inggris yang bergerak cepat dan 70 persen lebih efektif dalam penularan dibandingkan dengan varian yang saat ini menyebar.
Virus varian baru ini menyebar di London dan Inggris selatan selama beberapa pekan terakhir. Meski demikian, belum ditemukan bukti virus korona varian baru ini lebih mematikan atau menyebabkan sakit yang lebih parah.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock sebelumnya mengumumkan varian baru korona itu sudah tidak terkendali. Pemerintah mencatat 35.928 kasus yang terkonfirmasi, naik dua kali lipat ketimbang pekan lalu.
Untuk membahas masalah ini, Jerman yang kini memegang kepemimpinan Uni Eropa (UE) mengajak pertemuan khusus agar bisa segera menangani virus varian baru itu sebelum menyebar ke 27 negara anggota UE.
Berbeda dengan negara lain, Belanda tak mau ambil risiko. Mereka melarang semua penerbangan dari Inggris sampai setidaknya awal tahun depan. Italia juga menutup pintunya bagi pendatang dari Inggris sampai 6 Januari mendatang.
Israel juga melarang penerbangan tidak hanya dari Inggris, tetapi juga dari Denmark dan Afrika Selatan karena di negara-negara itulah diduga virus mutasi itu ditemukan.
Lebih cepat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, virus varian baru itu pertama kali ditemukan di Inggris selatan, September lalu, dan sejak itu menyebar ke mana-mana.
Sampai sejauh ini, Maria Van Kerkhove, yang memimpin tim teknis Covid-19 di WHO, mengatakan, virus varian baru ini memiliki kemampuan menyebar lebih cepat.
”Masih dipelajari seberapa cepat penyebarannya dan apakah terkait dengan varian yang sekarang atau kombinasi,” ujarnya.
Virus varian baru itu tak hanya ditemukan di Inggris, tetapi juga di Denmark, Belanda, dan Australia. Maria Van Kerkhove menjelaskan, semakin lama virusnya menyebar, semakin besar peluangnya untuk berubah.
Mutasi virus sering terjadi dan para ilmuwan menemukan ribuan mutasi yang berbeda dari sampel-sampel virus penyebab Covid-19 yang telah ditemukan. Banyak dari virus-virus mutasi itu yang tidak diketahui apakah bisa menyebar lebih cepat atau menyebabkan sakit lebih parah.
Otoritas kesehatan Inggris menyebutkan, meski virus varian baru itu sudah beredar sejak September lalu, baru pada pekan ini ada bukti virus varian baru ini bisa bergerak lebih cepat dibandingkan dengan virus yang ada saat ini.
Kepala Penasihat Kesehatan Inggris Patrick Vallance mengatakan, pihaknya khawatir dengan varian baru itu karena memiliki 23 perubahan yang berbeda dan memengaruhi bagaimana virus mengikat dan memasuki sel dalam tubuh.
Belum diketahui apakah aslinya dari Inggris, tetapi yang jelas virus varian baru ini sudah menyebabkan lebih dari 60 persen kasus penularan di London.
WHO mengimbau negara-negara untuk kembali siaga dan mengambil tindakan preventif untuk mencegah masuknya virus varian baru itu. Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn meyakini virus varian baru itu akan tetap bisa dilawan dengan vaksin Covid-19 yang kini telah beredar di sejumlah negara.
Namun, ia mengakui semua negara harus tetap waspada dengan gelombang baru Covid-19 dan memberlakukan kebijakan tegas dan ketat selama musim dingin.
Untuk mengatasi Covid-19, Eropa akan mulai proses vaksinasi masif setelah Natal menyusul Amerika Serikat dan Inggris yang sudah melakukan vaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech.
Panel ahli AS merekomendasikan warga yang berusia 75 tahun ke atas akan diprioritaskan mendapat vaksin bersama dengan 30 juta pekerja medis dan petugas garis depan lainnya. (REUTERS/AFP/AP)