Sebagian Warga Eropa Bakal Lalui Natal dalam Pembatasan Gerak yang Ketat
Pembatasan gerak yang ketat diterapkan sejumlah negara di Eropa untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 yang melonjak akibat munculnya varian varu virus korona.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
LONDON, MINGGU -- Sebagian warga Eropa, termasuk di London, Inggris, bakal melalui Natal di bawah pembatasan yang ketat untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 yang belakangan ini melonjak.
Kebijakan itu diambil agar strain baru virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, tidak menyebar ke wilayah-wilayah lain di Inggris.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Sabtu (19/12/2020), mengumumkan perintah untuk tetap berada di rumah bagi warga London dan wilayah Inggris selatan untuk memperlambat penyebaran strain baru SARS-CoV-2 yang diketahui lebih mudah menular. Perintah akan berlaku hingga setidaknya 30 Desember 2020.
Dengan demikian, sepertiga populasi Inggris tidak bisa bepergian atau saling berkunjung selama perayaan Natal. Kebijakan pembatasan diambil agar strain baru SARS-CoV-2 ini tidak menyebar ke wilayah lainnya di Inggris.
Boris dan para penasihat ilmiahnya memperingatkan publik bahwa saat ini SARS-CoV-2 bisa menular lebih gesit daripada sebelumnya. Juga dikatakan, kebijakan pembatasan yang dilakukan sekarang tak cukup mengendalikannya.
Boris mengatakan, virus korona strain baru ini bisa sampai 70 persen lebih cepat menular. Namun, Boris menekankan bahwa tidak ada bukti strain baru ini lebih mematikan, menyebabkan kasus yang lebih parah, atau vaksin relatif tidak efektif melawan virus ini.
Kebijakan pembatasan tersebut merupakan langkah dramatis yang diambil Boris setelah pekan lalu ia menyampaikan akan tidak manusiawi untuk membatalkan Natal dengan melarang kumpul keluarga saat liburan Natal.
”Dengan berat hati saya harus sampaikan kita tidak bisa merayakan Natal seperti yang direncanakan,” kata Boris. ”Ketika faktanya berubah, kita harus mengubah pendekatan.”
Kebijakan pembatasan terbaru ini dikeluarkan Pemerintah Inggris setelah terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 dan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
”Virus ini sudah menyebar, bergerak cepat, dan akibat yang tak terhindarkan adalah peningkatan tajam pasien yang dirawat,” kata Patrick Vallance, Ketua Penasihat Ilmiah Pemerintah Inggris. Sabtu pekan lalu, Inggris melaporkan 27.052 kasus baru Covid-19.
Eropa, yang menjadi episenter pandemi awal tahun ini, sekarang kembali melaporkan lonjakan kasus. Para pemimpin negara khawatir kasus baru Covid-19 meledak kembali setelah libur Natal dan Tahun Baru.
Inggris telah memperingatkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa strain baru SARS-CoV-2 yang teridentifikasi pekan lalu telah menyebar luas. Enam puluh persen kasus Covid-19 di London disebabkan strain baru ini.
Virus bermutasi secara alamiah dan para ilmuwan telah menemukan ribuan variasi mutasi dari sampel SARS-CoV-2. Namun, mayoritas mutasi tidak membuat virus lebih mudah menyebar atau mengakibatkan kesakitan yang lebih parah.
Tim ilmuwan di Afrika Selatan juga mendeteksi varian baru dari SARS-CoV-2 yang membuat Covid-19 menyebar lebih cepat dan berdampak pada orang dewasa muda. Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zwelini Mkhize, mengatakan, varian 501.V2 ini sudah dilaporkan kepada WHO.
Sebuah tim di bawah Kwazulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform (KRISP) telah mengurutkan genom ratusan sampel virus sejak pandemi dimulai dan mengetahui bahwa varian tertentu mendominasi temuan dalam dua bulan terakhir.
Beberapa jam setelah Inggris mengumumkan kebijakan pembatasan sosialnya bersamaan dengan ditemukannya satu kasus Covid-19 dengan strain baru, Belanda melarang masuk penumpang pesawat yang terbang dari Inggris. Pembatasan ini berlaku sampai 1 Januari 2021.
Saat ini, Belanda memberlakukan karantina wilayah selama lima minggu hingga pertengahan Januari 2021. sekolah dan semua tempat usaha non-esensial ditutup.
Negara Eropa lainnya, Italia, juga mengumumkan aturan pembatasan terbaru yang berlaku sampai 6 Januari 2021. Dengan pembatasan baru ini setiap warga dibatasi hanya boleh keluar rumah sekali dalam sehari, semua tempat usaha non-esensial seperti bar juga restoran ditutup, dan mobilitas warga juga dibatas. (AFP/AP/ADH)