Deklarasi Riyadh Jamin Akses Setara pada Vaksin Covid-19
Dibutuhkan total hampir Rp 400 triliun untuk penyediaan vaksin Covid-19 bagi semua negara. Dari seluruh dana, Rp 63 triliun diharapkan tersedia pada akhir 2020 oleh negara-negara anggota G-20.
Oleh
kris mada & NINA SUSILO
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Konferensi Tingkat Tinggi G-20 berakhir pada Minggu (22/11/2020) dan menyepakati Deklarasi KTT Riyadh. Deklarasi itu, antara lain, berisi komitmen semua pemimpin G-20 agar mengatasi tantangan global, termasuk pandemi Covid-19 dan upaya pemulihannya. Selain itu, disepakati pula upaya menjamin dan memastikan akses serta distribusi perlengkapan dan vaksin Covid-19 bagi semua.
”(Deklarasi juga berisi) komitmen untuk mendukung negara berkembang dalam menghadapi tantangan yang disebabkan pandemi Covid-19 serta mendukung pasar yang terbuka dan pemulihan perdagangan serta investasi,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi melalui konferensi pers secara daring.
KTT G-20 digelar secara virtual akibat pandemi sejak Sabtu dengan tuan rumah Arab Saudi selaku Ketua G-20 tahun ini. Seperti pada hari pertama, Presiden Joko Widodo mengikuti pertemuan dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Jaminan akses sama untuk semua negara atas vaksin dan kebutuhan terkait Covid-19 disampaikan Presiden Jokowi pada hari pertama KTT. Pemulihan ekonomi dunia, menurut Presiden, tak akan dapat dilakukan jika pemulihan kesehatan dunia tak tercapai. Salah satu upaya pemulihan kesehatan itu dilakukan melalui vaksinasi Covid-19.
Deklarasi KTT Riyadh, kata Retno, juga menyebut kesepakatan perpanjangan implementasi penundaan kewajiban pembayaran utang bagi negara miskin dan negara yang membutuhkan.
Terkait pemenuhan kebutuhan vaksin Covid-19 bagi dunia, tak disebutkan berapa dukungan dana yang disiapkan G-20. Namun, negara-negara G-20, yang menguasai 80 persen kekayaan dunia, diminta menyediakan hingga 4,5 miliar dollar AS dalam sebulan ke depan untuk membiayai penyediaan vaksin dan obat Covid-19 agar terjangkau bagi seluruh penduduk bumi.
Desakan itu, antara lain, dinyatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Guterres mengapresiasi G-20 yang mengucurkan sedikitnya 10 miliar dollar AS guna pengembangan vaksin, obat, dan perangkat tes Covid-19.
”Dibutuhkan 28 miliar dollar AS lagi, termasuk 4,2 miliar dollar AS, sebelum akhir tahun. Pendanaan ini sangat penting untuk pengadaan, produksi, dan pengantaran massal vaksin Covid-19 ke seluruh dunia. Negara-negara G-20 mempunyai sumber daya,” ujar Guterres.
Dana tersebut diminta dikucurkan pada mekanisme pemercepat akses pada perangkat Covid-19 (ACT Accelerator). ACT Accelerator merupakan kerja sama lintas negara, perusahaan, dan organisasi untuk mempercepat pendanaan, pengembangan, pembuatan, serta pengantaran aneka perangkat pemeriksaan dan perawatan Covid-19.
Sementara Von der Leyen meminta dana yang disuntikkan sebesar 4,5 miliar dollar AS. ”Dalam pertemuan G-20, saya meminta 4,5 miliar dollar AS disuntikkan ke ACT Accelerator pada akhir 2020 untuk pengadaan dan pengantaran perangkat pemeriksaan, perawatan, dan vaksin ke semua tempat,” ujarnya.
Pada kurs Rp 14.000 per dollar AS, anggota G-20 diminta menyediakan Rp 63 triliun dalam satu bulan mendatang. Guterres juga mendesak semua anggota G-20 terlibat dalam ACT Accelerator. Di bawah Presiden Donald Trump, AS belum terlibat dalam mekanisme itu.
Guterres juga mendesak semua anggota G-20 terlibat dalam ACT Acceletator. Di bawah Donald Trump, Amerika Serikat belum terlibat dalam mekanisme itu. Bahkan, AS memilih keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebab, AS menuding WHO terlalu membela China yang dituduh menjadi penyebab pandemi Covid-19
Pemulihan ekonomi
KTT hari kedua bertema membangun masa depan inklusif, berkelanjutan, dan tangguh. Perhatian para kepala negara, termasuk upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan, antikorupsi, pemberdayaan perempuan dan pemuda, pendidikan, pariwisata, serta ekonomi digital. Selain itu, dibahas pengendalian perubahan iklim dan kerja sama internasional lingkungan, terumbu karang, ketahanan pangan, dan air.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Pemerintah RI menilai pemulihan ekonomi menjadi lebih kuat jika disertai visi besar, aksi besar, dan transformasi besar. ”Ini (visi besar, aksi besar, dan transformasi besar) harus dilakukan negara-negara G-20 untuk membangun ekonomi masa depan yang inklusif, berkelanjutan, dan tangguh,” kata Presiden, seperti disampaikan Menlu Retno.
Pada hari kedua KTT, Presiden didampingi Menlu Retno, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Sherpa G-20 Indonesia Rizal Affandi Lukman, serta Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Makroekonomi dan Keuangan Internasional Suminto.
Dengan ketiga hal itu, menurut Presiden Jokowi, semua negara tidak hanya bisa pulih dari krisis, tetapi juga bangkit dan tumbuh lebih kokoh lagi. Karena itu, pandemi Covid-19 memberikan pelajaran berharga bagi semua. Introspeksi perlu dilakukan. Pemerintah Indonesia sangat ingin melakukan transformasi besar tersebut. RI juga berkomitmen mengarah pada ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Rancangan pernyataan
Dalam rancangan pernyataan bersama, para pemimpin G-20 menyebut akan mengupayakan penyediaan pendanaan untuk ACT Accelerator. ”Kita harus menggalang sumber daya untuk mengatasi kebutuhan pendanaan yang diperlukan (sistem) kesehatan global untuk mendukung penelitian, pengembangan, pembuatan, dan pengantaran perangkat pemeriksaan, perawatan, serta vaksin Covid-19 yang aman dan efektif,” demikian tercantum dalam rancangan pernyataan bersama.
”Kita akan melakukan seluruh upaya untuk memastikan akses yang terjangkau dan adil bagi semua orang, sesuai dengan komitmen para anggota untuk mendorong inovasi.”
Pernyataan direncanakan diumumkan pada akhir KTT G-20, yakni pada Minggu (22/11/2020) malam waktu Riyadh atau Senin dini hari WIB. Dalam rancangan itu tidak disebutkan bagaimana cara G-20 akan kembali mengucurkan tambahan dana tersebut.
Ketua G-20 tahun ini, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, menyebut G-20 telah menyumbangkan 21 miliar dollar AS untuk penanganan Covid-19 secara global. Dana itu di luar yang dipakai untuk penanggulangan Covid-19 di tiap-tiap negara anggota G-20.
Selain itu, anggota G-20 telah berkomitmen pada stimulus total 11 triliun dollar AS untuk menggerakkan perekonomian yang nyaris berhenti selama pembatasan gerak untuk mengendalikan laju infeksi.
Raja Salman mengatakan, tantangan penanggulangan Covid-19 bukan hanya pembuatan vaksin. ”Hal yang lebih sulit dihadapi adalah akses universal pada teknologi melawan Covid-19,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan, pemulihan ekonomi dan upaya bersama akan penting pada masa depan. Untuk membantu negara-negara Afrika memulihkan perekonomian, Persatuan Afrika mengusulkan sejumlah langkah, seperti keringanan utang sementara.
”Bentuknya penundaan pembayaran bunga dan penundaan pembayaran pokok,” ujar Ramaphosa seraya menyebut dana pembayaran utang bisa dialihkan untuk membiayai penelitian.
Sementara Presiden Bank Dunia David Malpass mendesak pengampunan utang secara permanen. Tanpa itu, beberapa negara akan kembali terperangkap dalam kemiskinan.
Sejauh ini, pengampunan utang telah diterima 46 negara dengan total 5,7 miliar dollar AS ditunda pembayarannya. Walakin, pengampunan dinilai belum cukup. Sebab, total 73 negara membutuhkan pengampunan utang agar punya dana untuk penanggulangan Covid-19 dan dampaknya. Pengampunan untuk 73 negara itu bisa menghasilkan hingga 12 miliar dollar AS. (AP/AFP)