Kim Jong Un Perintahkan Pengetatan Pencegahan Hadapi Korona
Perintah Kim Jong Un dikeluarkan saat dirinya memimpin pertemuan politbiro Partai Pekerja yang berkuasa. Itu adalah penampilan publik pertamanya dalam 27 hari terakhir.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SEOUL, SENIN — Kantor berita Korea Utara, KCNA, pada Senin (16/11/2020) melaporkan, Pemimpin Korut Kim Jong Un memerintahkan pengetatan sistem darurat antivirus korona tipe baru dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Korut. Pernyataan Kim Jong Un itu dikeluarkan saat dirinya memimpin pertemuan politbiro Partai Pekerja yang berkuasa. Itu adalah penampilan publik pertamanya dalam 27 hari terakhir.
Pertemuan itu digelar di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik seputar pandemi Covid-19 secara global. Kondisi itu diperkirakan semakin memberi tekanan tambahan pada ekonomi Korut. Negara itu sudah terpukul oleh sanksi internasional yang diterapkan menghentikan program nuklirnya.
Untuk pertama kali Korut mengumumkan dugaan kasus pertama Covid-19 pada akhir Juli lalu. Pyongyang mengumumkan mengisolasi Kaesong, kota industri di perbatasan dengan Korea Selatan. Selain itu, Pyongyang juga mengumumkan status darurat. Langkah itu diambil setelah seorang pembelot yang kembali dari Korsel menunjukkan gejala terinfeksi Covid-19.
Namun, kemudian Pyongyang berupaya menampilkan diri baik-baik saja dalam menghadapi pandemi. Pada awal Oktober lalu, Kim Jong Un tampil memimpin parade militer raksasa di Pyongyang. Itu adalah penampilan Kim terakhir sebelum tampil ke publik awal pekan ini. Korut kala itu memamerkan senjata terbaru dan tercanggihnya, di mana ribuan anggota militer negara itu tampil tanpa mengenakan masker pelindung wajah untuk mencegah penularan virus korona. Kim kala itu ditampilkan tersenyum dan tampak bercanda dengan para jenderalnya saat dia melihat mereka.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Korut telah menguji lebih dari 12.000 orang dan melaporkan tidak ada kasus terkonfirasi Covid-19 pada awal November. Pihak WHO menambahkan sebanyak 6.173 orang, delapan di antaranya adalah orang asing, dinyatakan sebagai terduga orang dengan Covid-19.
Kini Kim menekankan perlunya tetap waspada dan mengintensifkan kerja antiepidemi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Korut telah menguji lebih dari 12.000 orang dan melaporkan tidak ada kasus terkonfirasi Covid-19 pada awal November.
Saat ini, secara global, lebih dari 54 juta orang telah dilaporkan terinfeksi Covid-19, dan hingga hari Minggu (15/11/2020) sebanyak 1.312.334 di antaranya meninggal dunia.
Kim dilaporkan telah meminta negaranya untuk memulai kampanye 80 hari untuk mencapai tujuannya di setiap sektor sebelum kongres pada bulan Januari tahun depan. Kongres itu menjadi bagian dari proses rencana program kerja pemerintahannya selama lima tahun mendatang. Kondisi pandemi Covid-19 membayangi perencanaan program kerja Korut itu.
BBC pada pekan terakhir Oktober lalu melaporkan, otoritas Korut telah memperingatkan warganya untuk tetap tinggal di dalam rumah karena kekhawatiran bahwa ”debu kuning” yang berembus dari China dapat membawa virus korona. Jalan-jalan di ibu kota Pyongyang pun dilaporkan lengang setelah peringatan itu dikeluarkan. Tidak ada hubungan yang diketahui antara awan debu musiman itu dan Covid-19.
Upaya peretasan
Masih terkait pandemi Covid-19, Micosoft pada pekan lalu mengungkapkan, para peretas yang didukung negara dari Korut dan Rusia telah menargetkan serangan pada lembaga-lembaga yang tengah bekerja mengembangkan vaksin Covid-19. Dikatakan, sebuah kelompok Rusia berjuluk ”Beruang Mewah” dan kelompok Korea Utara berjuluk ”Seng” dan ”Cerium” terlibat dalam serangan dunia maya baru-baru ini.Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC) sebelumnya juga menyatakan, peretas Rusia menargetkan penelitian vaksin. Rusia menyatakan tidak bertanggung jawab atas tindakan itu.
Microsoft mengembangkan perangkat lunak keamanan dunia maya. Perusahaan itu menyatakan telah mendeteksi upaya pembobolan sistem komputer tujuh perusahaan farmasi. Peneliti vaksin di Kanada, Perancis, India, Korea Selatan, dan Amerika Serikat juga menjadi sasaran. Microsoft mengatakan, kelompok peretas Rusia itu mencoba masuk ke akun menggunakan jutaan kata sandi yang berbeda.
Adapun salah satu grup peretas asal Korut mengirim surel dengan identitas palsu sebagai WHO. Isi surel itu adalah pihak perusahaan menyerahkan kredensial login mereka. Beberapa upaya pembobolan gagal, tetapi Microsoft memperingatkan bahwa beberapa di antaranya berhasil. Rusia sebelumnya membantah serangan peretas atas penelitian-penelitian vaksin. (REUTERS)