Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus, menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden terpilih AS Joe Biden melalui pembicaraan via telepon. Biden menyatakan siap bekerja sama dengan Vatikan di beberapa bidang.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
WILMINGTON, JUMAT — Pengakuan atas kemenangan Joe Biden dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat terus berdatangan dari komunitas internasional. Sementara di dalam negeri, sejumlah politisi dan warga masih menyangkal kemenangan itu.
Pengakuan terbaru atas kemenangan Biden disampaikan pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus. Dalam pernyataan pada Kamis (12/11/2020) siang waktu Delaware atau Jumat dini hari WIB, tim Biden berterima kasih atas dukungan Paus kepada Biden. ”Kami berterima kasih atas berkah dan selamat serta mencatat apresiasinya,” demikian pernyataan tim Biden.
Biden juga menghargai kepemimpinan Paus Fransiskus dalam mendorong perdamaian, rekonsiliasi, dan ikatan kemanusiaan di berbagai penjuru bumi. Ia berharap bisa bekerja sama dengan Paus Fransiskus dalam masalah seperti perubahan iklim, pengentasan rakyat miskin, dan imigrasi.
Sebelumnya, Takhta Suci Vatikan dalam sorotan setelah Paus menolak bertemu Presiden Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Michael R Pompeo. Vatikan beralasan, sikap itu untuk menjaga netralitas Takhta Suci selama proses pemilu AS.
Paus memang sering berseberangan dengan Trump. Saat Trump masih menjadi kandidat presiden pada Februari 2016, Paus mengkritik janji Trump membangun tembok di sepanjang perbatasan AS dengan Meksiko. Saat itu, Paus menyebut bahwa orang yang membangun tembok-tembok ”bukanlah seorang Kristen”.
Setelah Trump terpilih menjadi presiden, Paus kembali melontarkan kritiknya saat memutuskan keluar dari Kesepakatan Paris, yang mengatur langkah pembatasan pemanasan global. Paus juga mengkritik kebijakan pemerintahan Trump memisahkan para anggota keluarga migran saat mereka memasuki wilayah AS.
Dalam wawancara dengan kantor berita Reuters tahun 2018, Paus mengungkapkan kesedihannya atas keputusan Trump mementahkan kesepakatan yang mendorong upaya perdagangan dan perjalanan dengan Kuba. Kesepakatan itu dimediasi Vatikan pada masa pemerintahan Barack Obama.
Presiden Katolik kedua
Dalam sejarah AS, Biden adalah presiden kedua yang beragama Katolik setelah John F Kennedy. Meski demikian, jajak pendapat terhadap 110.000 pemilih oleh VoteCast menunjukkan, hanya 49 persen umat Katolik AS yang memberi suara untuk Biden. Sejumlah pastor AS juga menolak menyokong Biden dan mengajak umat tidak memilih Biden. Sebab, Biden mendukung hak aborsi.
Dalam berbagai kesempatan, Biden menyatakan mengikuti ajaran Katolik soal aborsi. Walakin, ia tidak mau memaksakan kepercayaan pribadinya kepada orang lain. Ia juga berulang kali menyatakan pentingnya iman dalam kehidupan. Ia rutin mengikuti misa. Jika tidak ada halangan, ia menghadiri misa di gereja Wilmington, kota tempat ia tinggal.
Paus bukan pemimpin dunia pertama yang mengakui kemenangan Biden. Sebelumnya, para kepala negara dan kepala pemerintahan Jepang, Korea Selatan, Inggris, Perancis, Jerman, Arab Saudi, hingga Indonesia telah memberi selamat atas kemenangan Biden. Sebagian sudah berbicara dengan Biden. Sebagian hanya memberi selamat lewat pernyataan resmi dari negara masing-masing.
Tokoh kulit berwarna
Sejumlah tokoh kulit berwarna di AS digadang masuk tim peralihan kekuasaan yang dibentuk Biden. Kini, sedikitnya 250 orang dari 500 anggota tim itu merupakan perempuan dan pria kulit berwarna. Sebagian perempuan malah mendapat peran penting dalam tim itu.
Mereka akan menjadi bagian dari tim yang memuluskan peralihan kekuasaan dari pemerintahan Trump ke pemerintahan Biden. Tugas utama mereka adalah mengurus segala macam hal teknis untuk memastikan pemerintahan terus berjalan. Kata sandi komputer, akses ruangan, hingga cara penomoran surat adalah bagian dari informasi yang lazimnya diterima tim peralihan.
”Koalisi Biden berutang banyak kepada warga kulit hitam. Warga kulit hitam membantu mereka melewati proses seleksi dan pemilu mereka (orang kulit hitam) teruji di Georgia, Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin sehingga bisa mengangkat Biden. Jelas, ini upaya Biden dan Demokrat untuk menjaga ikatan dengan warga kulit hitam,” tutur Niambi Carter, pengajar ilmu politik di Howard University, tentang susunan tim peralihan Biden.
Sebagian anggota tim Biden lulus dari perguruan tinggi yang dikenal sebagai tempat belajar komunitas kulit hitam. Mereka antara lain Charmion Kinder di Kementerian Perdagangan dan Patrice Simms di badan lingkungan hidup.
Sementara salah satu pendiri Black Lives Matter, Patrisse Cullors, menyebut bahwa hasil pemilu akan sangat berbeda jika warga kulit hitam tidak menyokong Biden. ”Singkatnya, orang kulit hitam memenangi pemilu ini. Kami ingin didengar dan agenda kami diprioritaskan,” kata Cullors.
”Kami menyampaikan harapan ini bukan hanya karena warga kulit hitam adalah pemilih penting Demokrat, melainkan juga karena warga kulit hitam hidup dalam situasi krisis,” ujarnya. (AP/REUTERS)