AS Tegaskan Dukungan dan Perlindungan pada Vietnam di LCS
Pemerintah AS menegaskan dukungannya atas Vietnam sekaligus perlindungan terhadap hak kedaulatan negara itu di kawasan Laut China Selatan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
HANOI, JUMAT — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menutup lawatannya selama lima hari di Asia dengan mengunjungi Hanoi, Vietnam, Jumat (30/10/2020). Pemerintah AS menegaskan dukungannya atas Vietnam sekaligus perlindungan terhadap hak kedaulatan negara itu di kawasan Laut China Selatan.
”Kami berharap dapat terus bekerja sama untuk membangun hubungan kami dan membuat kawasan—di seluruh Asia Tenggara, Asia, dan Indo-Pasifik—aman dan damai dan sejahtera,” kata Pompeo dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc. Sebelum berkunjung ke Hanoi, Pompeo mengunjungi India, Sri Lanka, Maladewa, dan Indonesia.
Keduanya saling menyapa dengan membenturkan siku secara perlahan di awal pertemuan. Dalam pernyataan keduanya, kedua pihak tidak menyebutkan nama atau kata China. Phuc mengatakan, dia mencari ”kerja sama yang tulus” untuk mendukung sebuah kawasan damai dan kemajuan dalam hubungan perdagangan dan investasi, khususnya antara Vietnam-AS.
Dalam pernyataan tertulis Pemerintah AS, Washington mendukung kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka yang mencakup kawasan LCS. Dinyatakan bahwa AS menghormati hak dan kepentingan Vietnam dan berusaha untuk menjaga perdamaian dan menegakkan kebebasan laut dengan cara yang sesuai dengan hukum internasional. Washington menolak klaim maritim China ke perairan di sekitar Vanguard di lepas pantai Vietnam.
”Kami akan menentang upaya apa pun yang bertujuan merusak tatanan maritim berbasis aturan di LCS,” demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Di mata Washington, Vietnam telah menjadi mitra setia dalam upaya AS untuk menumbuhkan kemakmuran wilayah Mekong. Pada September, Vietnam dan AS memimpin bersama peluncuran Mekong-AS. Hal itu menjadi bagian dari kemitraan dan perluasan upaya AS untuk mendukung otonomi dan pertumbuhan lima negara wilayah Mekong.
Washington mengakui, upaya Vietnam untuk meningkatkan subkawasan Mekong di dalam ASEAN dan berbagi pandangan bahwa kawasan Mekong yang makmur dan sehat merupakan hal mendasar bagi kemakmuran ASEAN secara keseluruhan.
Di mata Washington, Vietnam telah menjadi mitra setia dalam upaya AS untuk menumbuhkan kemakmuran wilayah Mekong. Pada September, Vietnam dan AS memimpin bersama peluncuran Mekong-AS.
Perjalanan Pompeo dilakukan di saat Vietnam-AS menandai peringatan 25 tahun normalisasi hubungan diplomatik. Kunjungan itu juga dilakukan sepekan setelah Hanoi membebaskan seorang warga negara AS kelahiran Vietnam yang dijatuhi hukuman 12 tahun penjara karena ”berusaha menggulingkan negara”. Beberapa jam sebelum kedatangan Pompeo, Kementerian Luar Negeri Vietnam merilis pernyataan yang mengatakan pria itu, bernama Michael Nguyen, dibebaskan karena alasan kemanusiaan.
Nguyen telah kembali ke rumahnya di California pekan lalu. Pernyataan Pemerintah Vietnam itu tidak merujuk pada pernyataan Nguyen tentang penangkapan dan interogasinya. Nguyen juga mengaku dalam sebuah konferensi pers bahwa dia telah diculik. Pompeo sempat bertemu dengan Menteri Keamanan Publik Vietnam To Lam, yang kantornya bertugas melacak para pembangkang di negara yang diperintah dengan sistem komunis itu.
Vietnam dan AS terlibat sebagai musuh selama Perang Vietnam pada 1960-an hingga awal 1970-an. Hanoi dan Washington menikmati hubungan yang lebih hangat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ketegangan perdagangan mewarnai hubungan kedua negara akhir-akhir ini.
Perwakilan Dagang AS mengonfirmasi pada Agustus lalu bahwa mereka sedang menyelidiki apakah Vietnam telah dengan sengaja melemahkan mata uang dong sehingga merugikan perdagangan AS. Perdana Menteri Phuc, pekan ini, meminta Presiden Donald Trump untuk memiliki ”penilaian yang lebih obyektif tentang kenyataan di Vietnam” sehubungan dengan ketidakseimbangan perdagangan itu.
Vietnam adalah salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat di Amerika. Nilai perdagangan kedua negara mencapai 81 miliar dollar AS secara tahunan. Pompeo menegaskan komitmen AS untuk mencapai perdagangan yang adil dan timbal balik dengan Vietnam. Kedua pihak mendorong iklim investasi terbuka, dengan mengurangi hambatan perdagangan dan memajukan reformasi berorientasi pasar.
Tanggapan China
Sejauh ini, tidak ada tanggapan langsung dari Pemerintah China atas kunjungan Pompeo di Asia. Namun, media resmi China, Global Times, menyebut genda perjalanan Pompeo sangat jelas. Agenda itu adalah memaksa dan memikat negara-negara di Asia untuk menghadapi China dalam kebijakan-kebijakannya. Washington dinilai berharap dapat membentuk ”NATO kecil” di Asia dengan nada anti-China yang kuat.
Disebutkan bahwa sikap dan pandangan negara-negara di Asia berbeda dengan cara AS memandang China. Negara-negara di ASEAN, misalnya, dinilai memiliki pengertian yang paling nyata tentang kebangkitan ekonomi China dan pengaruh yang tumbuh di kawasan. Sikap terbuka dan inklusif mereka terhadap China dalam urusan regional tidak berubah. Seiring peran China yang semakin aktif dalam tata kelola urusan regional, negara-negara ASEAN semakin menekankan tanggung jawab China dalam urusan regional dan ”merangkul” China di bidang keamanan.
Negara-negara anggota ASEAN juga dinilai selalu memiliki perbedaan yang signifikan dalam kebijakannya terhadap AS dan China. Meskipun beberapa orang mungkin berharap untuk menyeret kekuatan AS ke urusan regional karena kekhawatiran mereka tentang China, diyakini lebih banyak negara ASEAN yang lebih bersedia untuk menjaga pengaruh China dan AS dalam keseimbangan dinamis dalam urusan regional.
”Negara-negara ASEAN lebih cenderung mengembangkan dialog dan kerja sama dengan China dengan kepastian dan stabilitas,” demikian tulis Global Times. Di mata negara-negara di ASEAN, alih-alih menjadi bagian dari kebijakan penahanan AS terhadap China, mereka lebih baik memperkuat dialog politik dan meningkatkan kerja sama ekonomi serta perdagangan dengan China secara pragmatis. (REUTERS)