Meski belum teruji, rudal baru balistik antarbenua yang dipamerkan Korea Utara dalam parade militer, Sabtu lalu, menghadirkan kecemasan baru, terutama bagi Amerika Serikat.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
PYONGYANG, SENIN — Rudal balistik antarbenua yang ditampilkan dalam parade militer Korea Utara di Pyongyang, Sabtu (10/10/2020), menjadi ancaman nyata bagi pertahanan Amerika Serikat. Selain buah dari kegagalan diplomasi denuklirisasi AS-Korea Utara, unjuk kekuatan rudal terbaru itu dinilai juga menjadi peringatan bagi siapa pun Presiden AS yang terpilih dalam pemilu, 3 November mendatang.
Analis menyebutkan, rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dibawa kendaraan pengangkut-peluncur dengan 22 roda akan menjadi salah satu ICBM bergerak terbesar di dunia. ”Rudal ini adalah monster,” kata Melissa Hanham, Wakil Direktur Open Nuclear Network.
Dalam pidato tahun baru pada 1 Januari 2020, Pemimpin Korut Kim Jong Un mengumumkan bahwa Korut ”mengembangkan sistem persenjataan canggih yang hanya dimiliki oleh negara-negara maju.” Menurut BBC, kata ”strategis” yang juga disebut dalam pidato Kim saat itu merujuk pada senjata nuklir yang sedang dikembangkan.
ICBM baru yang dipamerkan dalam parade militer itu adalah senjata strategis yang disebutkan Kim pada awal tahun ini. Rudal balistik itu dipamerkan sebagai pesan bagi AS yang gagal dalam negosiasi dengan Korut. Hal ini diketahui dari pernyataan Kim.
Kim mengaitkan langsung pengembangan senjata nuklir negaranya itu dengan AS. ”Di masa depan, semakin AS mengulur waktu dan ragu-ragu dalam hubungan AS-Korut, semakin AS tidak berdaya di hadapan Republik Demokratik Rakyat Korea Utara yang tumbuh kian kuat,” kata Kim merujuk nama resmi negaranya.
Salah seorang pejabat tinggi pemerintahan Donald Trump di Washington menyebutkan parade senjata khusus ICBM Korut ”mengecewakan”. Ia mengharapkan pemerintahannya bernegosiasi soal perlucutan senjata nuklir Korut secara menyeluruh.
Peluncur terbesar
Analis menyebutkan, ICBM dalam parade militer Korut itu berbahan bakar cair yang diluncurkan dari kendaraan darat terbesar di dunia. Mereka memperkirakan kendaraan peluncur itu kemungkinan akan didesain untuk bisa membawa beberapa hulu ledak sekaligus.
Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute of International Studies mengatakan, sangat jelas bahwa ICBM itu ”ditujukan untuk menghujani sistem pertahanan rudal AS di Alaska”.
Di Twitter, Jeffrey menyebutkan, jika ICBM Korut tersebut membawa tiga atau empat hulu ledak, AS membutuhkan sekitar 1 miliar dollar AS untuk menembakkan 12-16 pencegat (interceptor) untuk melawan ICBM itu. ”Dengan biaya sebesar itu, saya yakin Korut bisa menambahkan hulu ledak lebih cepat dibandingkan dengan kita menambah pencegat,” katanya.
Korut memiliki dua ICBM yang sudah diuji coba. Pertama, Hwasong-14 yang diuji coba dua kali tahun 2017. ICBM dengan satu hulu ledak nuklir itu berdaya jelajah 10.000 kilometer dan bisa mencapai hampir seluruh negara di Eropa Barat dan separuh wilayah daratan AS.
Kedua, Hwasong-15 yang juga diuji coba tahun 2017. Dengan daya jangkau 13.000 kilometer, rudal balistik ini bisa membawa hulu ledak nuklir ke seluruh wilayah daratan AS.
Sementara ICBM baru yang belum diuji coba juga termasuk rudal dua bagian berbahan bakar cair dengan panjang dan diameter yang lebih besar daripada Hwasong-15. Publik tidak akan mengetahui pasti daya jangkau ICBM ini sebelum diuji coba.
Direktur Non-Proliferasi dan Kebijakan Nuklir di International Institute for Strategic Studies Michael Elleman memperkirakan kemampuan ICBM Korut yang baru ini melebihi rudal balistik R-16 atau R-26 milik Soviet yang tidak pernah digunakan.
Melihat desainnya, terlihat jelas niat Korut bahwa mereka tidak perlu lagi meningkatkan daya jangkau rudal balistiknya. Yang dilakukan Pyongyang adalah fokus pada pengembangan rudal balistik yang bisa membawa hulu ledak nuklir lebih dari satu.
ICBM Korut yang terbaru diperkirakan memiliki panjang 24 meter dan diameter 2,5 meter. Dengan ukuran ini, rudal tersebut cukup untuk membawa 100 ton bahan bakar yang butuh waktu berjam-jam untuk diisi. Dimensinya yang besar dan juga bobotnya yang sangat berat membuat rudal ini, menurut sebagian pengamat, tidak praktis untuk digunakan.
Belum teruji
Sementara itu, para pengamat Korut memperingatkan, ICBM yang dipamerkan dalam parade bisa jadi tiruan atau sebatas model dan belum ada bukti bahwa rudal itu berfungsi sebelum mereka mengujinya.
Meski begitu, rudal itu dibawa kendaraan pengangkut-peluncur 11 as atau 22 roda yang belum pernah ada sebelumnya. Kendaraan pengangkut-peluncur itu bahkan lebih besar dari kendaraan pengangkut-peluncur delapan as buatan China yang selama ini dimiliki Korut.
”Truk pengangkutnya mungkin lebih mengerikan dari rudalnya,” ujar Melissa. ”Jika Korut memproduksi sendiri kendaraan itu, hambatan mereka untuk meluncurkan ICBM lebih sedikit.”
ICBM ini merupakan bukti bahwa Korut terus mengembangkan persenjataannya di kebuntuan negosiasi dengan AS. ICBM itu juga bisa menjadi alat negosiasi yang ampuh.
”Suka tidak suka, Korut adalah kekuatan nuklir dan mungkin menjadi negara ketiga yang mampu menyerang kota-kota di AS setelah Rusia dan China,” kata Andrei Lankov dari Korea Risk Group.
Kim mengirimkan pesan kepada AS bahwa kemampuan Korut meningkat. Ia, kata Lankov, seolah ingin mengatakan, ”Jika kamu tak ingin membuat kesepakatan sekarang, suatu saat nanti kamu harus membuat kesepakatan yang bakal berdampak buruk bagimu dan komunitas internasional.”
Lebih dari 12 jam setelah parade militer di Pyongyang berakhir, Trump yang biasanya aktif melontarkan komentar di Twitter tetap tidak mengunggah apa pun. Begitu juga dengan saingannya dalam pemilu presiden AS dari Demokrat, Joe Biden. (AFP/REUTERS)